Pangkas Kalori Secara Ekstrem Bukan Solusi Turunkan Berat Badan, Malah Picu Overeating

Memangkas kalori secara ekstrem justru bisa menjadi bumerang.

www.freepik.com
Makanan sehat (ilustrasi). Memangkas asupan kalori dalam jumlah besar dan melakukan olahraga secara berlebih memang bisa menciptakan defisit kalori yang besar dan hasil yang instan, tetapi berat badan tidak akan stabil.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu kesalahan umum yang banyak dilakukan orang saat ingin menurunkan berat badan adalah mengurangi asupan kalori secara ekstrem. Meski bisa menurunkan berat badan dalam waktu singkat, cara ini juga bisa menjadi bumerang yang merugikan.

Secara umum, penurunan berat badan bisa dicapai melalui defisit kalori. Defisit kalori ini dapat dicapai melalui pengurangan asupan kalori dan peningkatan latihan fisik atau olahraga. Akan tetapi, defisit kalori ini perlu dilakukan secara sehat dan berkelanjutan.

Memangkas asupan kalori dalam jumlah besar dan melakukan olahraga secara berlebih memang bisa menciptakan defisit kalori yang besar dan hasil yang instan. Akan tetapi, hasil penurunan berat badan yang dicapai tak akan bisa bertahan lama. Selain itu, defisit kalori yang ekstrem juga dapat membuat orang-orang lebih rentan terhadap makan berlebih atau overeating.

"Jauh lebih baik untuk menerapkan defisit 500 kalori yang bisa Anda pertahankan dibandingkan menerapkan defisit 1.000 kalori yang dapat memicu overeating," ungkap personal trainer Emma Storey Gordon, seperti dilansir Insider, Kamis (14/7/2022).

Hal yang sama juga berlaku untuk olahraga. Orang yang biasanya tidak pernah berolahraga sebaiknya tidak langsung memaksakan diri untuk berolahraga lima kali per pekan. Akan lebih baik bila orang tersebut mulai berolahraga dengan frekuensi satu kali per pekan.

Baca Juga

Contoh lainnya, orang yang terbiasa berjalan kaki 2.000 langkah per hari tak perlu meningkatkan intensitas menjadi 14 ribu langkah per hari demi menurunkan berat badan. Peningkatan jumlah langkah ini bisa dimulai dari 2.000 langkah per hari menjadi 5.000 langkah per hari.

"Manfaat terbesar datang dari (mengubah kebiasaan yang semula) tidak aktif menjadi sedikit lebih aktif," jelas Emma.

Emma mengatakan hal yang terpenting adalah membangun kebiasaan dasar terlebih dahulu. Orang-orang yang ingin menurunkan berat badan tidak perlu sibuk dengan menggunakan berbagai suplemen atau defisit kalori secara berlebih.

Hal yang perlu menjadi fokus adalah memperbaiki pola makan terlebih dahulu dan mulai membiasakan diri berolahraga. Frekuensi makan yang disarankan Emma adalah tiga makan besar yang bergizi dan satu atau dua camilan sehat per hari.

"Bila Anda melakukan hal yang mendasar dengan benar, Anda tidak perlu khawatir untuk melangkah lebih jauh," kata Emma.

 
Berita Terpopuler