Kesalahan Diet Berbekal Google

Banyak orang melakukan diet dengan mencari informasi dari Google.

Flickr
Diet (ilustrasi). Banyak orang mencari informasi diet lewat Google, namun tak tahu mana yang sebetulnya baik untuknya.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO dan founder dari lightHOUSE dr Grace Judio memetakan ada kesalahan yang paling banyak dilakukan seseorang saat sedang menjalani program diet. Ia menyebut, tidak memahami informasi diet secara tepat adalah kesalahan terjamak.

"Kalau lihat dari pasien secara umum, sebetulnya lebih ke arah dia mendapatkan informasi dari Google. Jadi dia search lha ya. Dan informasi itu 1001 banyaknya, dia juga tidak tahu apa yang tepat untuk dirinya," ungkap Grace saat ditemui di Jakarta, Kamis.

"Jadi misalnya ini sehat, tapi sehat belum tentu membantu menurunkan berat badan. Kemudian ada juga istilah-istilah seperti gluten free, dia kira itu bisa membantu untuk menurunkan berat badan. Padahal, tidak," sambungnya.

Lebih lanjut, Grace juga menjelaskan bahwa orang sering kali langsung mengikuti diet orang lain yang sudah berhasil menurunkan berat badannya. Padahal, pola diet dari setiap orang tidaklah sama.

Oleh sebab itu, wajar jika sebuah metode diet cocok untuk seseorang namun tidak berhasil untuk diri sendiri. Tak hanya itu, Grace juga memaparkan bahwa selain kesalahan saat melakukan program diet, ada pula beberapa kecenderungan yang banyak dialami.

Grace mencontohkan bulimia. Pelaku bulimia sengaja memuntahkan makanannya karena merasa bersalah setelah mengonsumsi makanan.

"Selain itu ada kecenderungan juga. Yang paling banyak adalah tendency eating disorder. Kalau yang berat kita bisa langsung tahu dan ditanganinya itu super khusus, misalnya seperti bulimia," kata Grace.

Oleh karena itu, Grace menyarankan untuk tidak sembarangan melakukan program diet. Untuk melakukan diet yang sehat dan sesuai dengan tubuh masing-masing, sebaiknya berkonsultasi terlebih dulu terhadap ahli gizi hingga psikolog.

Bukan semata defisit kalori

Dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia dr Cut Hafiah mengatakan, diet sehat bukan semata dinilai dari besaran angka penurunan berat badan. Diet sehat ialah cara mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.

Baca Juga

Hafiah mengatakan, gaya hidup yang perlu diubah, mulai dari pola makan yang semula mengonsumsi camilan berlebihan menjadi lebih terarah dan makan lebih teratur. Kemudian dari yang semula terlalu sering sendeter atau banyak duduk menjadi mulai bergerak, misalnya berolahraga rutin.

"Penurunan berat badan sukses bukan sebanyak-banyaknya tetapi mengubah gaya hidup yang tadinya sedentary lifestyle sekarang berolahraga terus, yang tadinya snacking berlebihan sekarang lebih terarah," kata Hafiah yang berpraktik di SKYN Clinic itu dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (14/12).

Di sisi lain, upaya diet sehat juga mencakup menerapkan pola tidur tepat waktu demi menjaga metabolisme tetap baik, seperti yang dilakukan penyanyi Reza Artamevia. Berawal dari kebiasaan mengemil, stres akibat terbatasnya aktivitas dan ruang gerak, berat badan pun Reza naik hingga 73,4 kilogram.

Reza lalu termotivasi untuk hidup lebih sehat dengan konsisten mengikuti program diet sehat. Setelah mengikuti diet, dia bisa menurunkan berat badannya dalam dua pekan.

"Diet bukan semata defisit kalori. Jadi, perbaiki pola hidup, misalnya makan teratur, makan lebih sehat, dibantu treatment-treatment seperti obat dan tindakan, serta olahraga," ujar Hafiah.

Menurut Hafiah, saat ini masih banyak orang yang mengeluh bertambahnya berat badan karena kebiasaan tidak sehat yang dikembangkan. Hal ini sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan disiplin dalam mengatur pola makan yang sehat dengan gizi seimbang.

 
Berita Terpopuler