Influencer Marak Promosi Diet tak Sehat di Media Sosial

Media sosial disarankan hapus konten yang secara eksplisit promosikan gangguan makan.

pixabay
Media sosial (Ilustrasi). Banyak konten yang mempromosikan gangguan makan beredar di media sosial.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya influencer yang berbagi tips pola makannya sedikit banyak telah memengaruhi gaya hidup para pengikutnya. Isu gangguan makan pun mengemuka hingga platform media sosial populer seperti TikTok dan Instagram didesak untuk mengatasinya melalui moderasi konten.

Baca Juga

"Media sosial secara umum tidak menyebabkan gangguan makan, namun dapat berkontribusi pada gangguan makan," kata Chelsea Kronengold, juru bicara Asosiasi Gangguan Makan Nasional, dikutip dari Indian Express, Senin (15/11).

Asosiasi tersebut menyarankan perusahaan media sosial untuk menghapus konten yang secara eksplisit mempromosikan gangguan makan. Asosiasi sekaligus menawarkan bantuan kepada pengguna untuk meningkatkan kesadaran mereka.

"Ini menjadi masalah, terutama ketika orang menemukan konten yang dapat dirugikan atau tidak ingin melihatnya," kata Kronengold.

Seorang Youtuber bernama Eugenia Cooney (27 tahun) menjadi salah satu contoh bagaimana influencer menjadi sorotan terkait gangguan makan. Perempuan berusia 27 tahun itu membagikan benda fashion dan kosmetik favoritnya di setiap konten yang dibuatnya.

Alih-alih membuat warganet antusias terhadap hobinya, unggahan Cooney justru bikin orang khawatir. Pengikutnya di media sosial mengkhawatirkan kondisi tubuh Cooney yang sangat kurus.

Cooney yang memang pernah bicara perjuangannya terkait gangguan makan dalam sebuah wawancara memang tidak blak-blakan mendorong orang mengikutinya. Namun, dia tetap dianggap secara tidak langsung mempromosikan gangguan makan kepada kaum muda.

Lebih dari 53 ribu orang menandatangani petisi pada Januari yang meminta platform media sosial untuk menghapus konten Cooney. Menanggapi hal tersebut, Cooney menyebut, semua orang memiliki hak untuk membuat video dan mengunggah foto diri mereka sendiri.

"Terhadap saya, orang akan selalu berusaha mengubahnya menjadi hal yang buruk," kata Cooney pada Agustus lalu.

Cooney tidak menanggapi permintaan komentar dari The New York Times. Platform Youtube telah menyatakan bahwa konten Cooney tidak melanggar aturan.

Youtube, Snapchat, TikTok, dan Twitter mengklaim telah menerapkan kebijakan untuk melarang konten yang mendorong gangguan makan. Elena Hernandez, juru bicara Youtube mengatakan pihaknya telah mengurangi penyebaran konten tentang gangguan makan. Tidak semua konten yang diperiksa, telah melewati batas aturan.

Youtube tidak mencegah pengguna menelusuri konten gangguan makan. Youtube menyediakan bantuan gangguan makan di bagian atas hasil penelusuran untuk beberapa istilah umum yang terkait dengan topik tersebut.

Mishel Levina, seorang mahasiswi berusia 19 tahun di Israel dengan 21 ribu pengikut di TikTok, adalah contoh lain yang disoroti terkait dorongan membuat diri menjadi lapar setiap hari. Namun, sang influencer menyarankan untuk tidak mengikuti akunnya jika merasa sensitif dengan konten yang ia hadirkan.

Levina yang kerap memamerkan bentuk pinggangnya mengakui bahwa beberapa perilakunya tidak sehat. Tetapi, dia hanya ingin berbagi kegiatan dan tidak meminta orang lain melakukan hal serupa.

Tahun lalu, TikTok mulai menindak konten yang secara eksplisit mendorong gangguan makan dan memblokir beberapa tagar yang mempromosikan gangguan makan. Tara Wadhwa, direktur kebijakan TikTok di Amerika Serikat, mengatakan bahwa langkah ini memungkinkan pembuat konten untuk terus membagikan video yang membahas pemulihan atau membuat lelucon halus tentang gangguan makan.

Di Twitter, tidak sedikit pembuat konten yang secara rutin membagikan saran untuk diet ketat dan mendorong pola makan tidak teratur. Mengatasi itu, algoritma Twitter secara otomatis akan merekomendasikan topik lainnya, seperti "model fashion", "aplikasi & pelacak kebugaran", "makan penuh perhatian", dan "video olahraga".

"Meskipun kami menghapus konten yang melanggar kebijakan kami tentang bunuh diri dan menyakiti diri sendiri, kami juga mengizinkan orang untuk berbagi perjuangan mereka atau mencari bantuan," kata juru bicara Twitter.

Di Snapchat, banyak pengguna yang sering membentuk obrolan grup dan didedikasikan untuk mendorong satu sama lain secara pribadi untuk mencapai gangguan makan. Beberapa obrolan difokuskan untuk memberikan umpan balik negatif, pada dasarnya menindas peserta karena tidak memenuhi tujuan diet mereka. 

Kepada The New York Times, Snapchat mengatakan akan melarang istilah yang terkait dengan obrolan grup digunakan dalam nama tampilan pengguna, nama obrolan grup, dan pencarian. Perusahaan sebelumnya memblokir sejumlah istilah umum yang terkait dengan gangguan makan dan memberikan saran untuk sumber daya.

Tren gangguan makan telah banyak dibicarakan di internet. Bahkan diketahui telah banyak grup dan komunitas yang dibuat oleh pejuang gangguan makan ini.

 
Berita Terpopuler