Hukum Mengangkat Anak Kembar Sebagai Anak Asuh (3)

Mengasuh anak kembar tergantung kepada pertimbangan kemaslahatan anak.

Republika/Putra M. Akbar
Hukum Mengangkat Anak Kembar sebagai Anak Asuh (3)
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adapun terkait dengan masalah apakah pengasuhan anak kembar atau saudara kandung (tidak kembar) harus tetap bersamaan atau dapat dipisahkan, menurut hemat kami tergantung kepada pertimbangan kemaslahatan bagi mereka (anak-anak). Bila kebersamaan mereka dapat memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang mereka, maka tidak boleh dipisahkan, begitu pula sebaliknya.

Baca Juga

Khusus berkenaan dengan anak kembar ini, secara teori ada dua macam kembar: yaitu kembar monozygot (kembar identik) dan kembar fraternal (kembar non identik). Kembar monozygot (kembar identik), yaitu berasal dari bersatunya sel telur dan satu sel sperma yang segera sesudah pembuahan terpisah menjadi dua. Anak kembar fraternal (tidak identik) adalah dua anak yang dilahirkan dari hasil pembuahan dua sel telur dan dua sel sperma yang memungkinkan memiliki penampilan fisik dan jenis kelamin yang berbeda. (B. Elizabeth Hurlock, 2013. Perkembangan Anak: Edisi Keenam. (Jakarta:Erlangga, 2013), hlm. 59)

Anak kembar identik mempunyai kesamaan dalam penampilan fisik, dan cenderung memiliki kesamaan dalam karakter. Anak kembar yang mempunyai kemiripan atau kesamaan perilaku lebih banyak terjadi pada kembar identik (mirip secara genetik), dibandingkan dengan kesamaan perilaku pada anak kembar fraternal (kembar nonidentik). Meskipun pada kembar fraternal (kembar nonidentik) yang juga dikandung bersama dalam satu rahim, tetapi mereka secara genetik tidak lebih mirip dibandingkan kakak beradik. (W. John Santrock, Life-Span Development: Perkembangan Masa-Hidup:Edisi Kesebelas: Jakarta: Erlangga, 2012, I: 80)

Pada kembar identik, karena berasal dari satu ovum (sel telur) dan satu spermatozoan (sel sperma) maka selalu mempunyai jenis kelamin dan penampilan fisik yang sama. Sedangkan pada kembar non identik, karena berasal dari dua ovum (sel telur) dan dua spermatozoan (sel sperma) maka memungkinkan mempunyai jenis kelamin yang sama maupun berbeda dan mempunyai penampilan fisik yang berbeda.

Persamaan mental antara kembar identik lebih banyak daripada antara kembar nonidentik, dan keadaan ini terus berlangsung sampai dewasa atau tua. Anak kembar identik juga memperlihatkan persamaan-persamaan yang kuat dalam hal kemampuan khusus, seperti bakat musik dan artistik. Pada anak kembar yang berasal dari satu sel telur dan memiliki jenis sama biasanya mereka memiliki intelegensi yang sama atau tidak jauh apabila mereka dibesarkan pada tempat, kondisi lingkungan gen yang sama.

Pada anak kembar identik, karena sejak lahir mereka memiliki gen yang sama maka kecerdasan mereka akan cenderung sama, sedangkan pada kembar fraternal (tidak identik) yang berjenis kelamin berbeda cenderung tumbuh menjadi anak yang memiliki kecerdasan yang berbeda, karena jenis kelamin anak mempengaruhi pola asuh orang tua, kondisi tersebut membentuk anak menjadi sepasang kembar yang berbeda. (B. Elizabeth Hurlock…, hlm. 33). 

Tidak ada perbedaan kemandirian dalam pengambilan keputusan antara kembar identik maupun kembar fraternal (nonidentik). Ada perbedaan kemandirian dalam pengambilan keputusan antara remaja kembar pria dan wanita, remaja kembar pria lebih mandiri dibandingkan remaja kembar wanita.

Ada hubungan yang positif antara persepsi ibu terhadap anak kembar dan kemandirian dalam pengambilan keputusan, ibu yang mempersepsikan bahwa anak kembarnya adalah individu yang berbeda dalam banyak hal anak cenderung memberikan perlakuan yang membuat anak kembarnya menjadi individu yang mandiri, daripada ibu yang mempersepsikan anak kembarnya sebagai individu yang sama dalam banyak hal. (Herlina Murdiastuti,  Kemandirian dalam Pengambilan Keputusan pada Remaja Kembar Ditinjau dari Jenis Kembar, Jenis Kelamin dan Persepsi Ibu terhadap Anak Kembar. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi. UNIKA Semarang, 2000)

Kondisi pengasuhan pada anak kembar, orangtua selalu memberikan perlakuan yang sama pada anak dan menganggap anak seolah-olah individu yang sama baik dalam karakteristik maupun kepribadiannya, hal ini akan berdampak pada perkembangan kemandirian dalam melakukan aktivitas atau kegiatan sehari-hari anak di masa mendatang. (Lita Latiana, Bahan Ajar: Pendidikan Anak dalam Keluarga. Semarang: Unnes Semarang, 2010, hlm. 23)

Pola pengasuhan zaman sekarang sudah mulai berkembang dan menempatkan anak sejajar dengan posisi orang tua, dan menghargai anak sebagai masing-masing individu yang berbeda. Penelitian ini mematahkan pandangan tradisi atau masyarakat zaman dahulu yang menganggap bahwa anak kembar itu sama, maka mereka harus diperlakukan sama dalam segala hal dan setiap aktivitasnya, seperti: dalam pemberian pakaian, pemberian makan dan minum, bermain, dan lain sebagainya. Bersambung.

 

 
Berita Terpopuler