Penyesalan Saksi Kasus Vina dan Gembiranya Allah atas Taubat Hamba-Nya

Sejumlah kasus pembunuhan Vina menyesal atas kesaksiannya.

Dok Republika
Liga Akbar (tengah) saksi kasus Vina Cirebon, yang mencabut BAP yang ditandatanganinya pada 2016. Liga Akbar didampingi kuasa hukumnya saat ditemui di Cirebon, Jumat (14/6/2024) malam.
Rep: Fauzi Ridwan / Lilis Sri Handayani Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah saksi dalam kasus pembunuhan Vina di Cirebon  ingin mencabut berita acara pemeriksaan (BAP) kasus pembunuhan Vina dan Eky.

Baca Juga

"Ingin mengubah BAP (menjadi) yang sebenarnya," ujar  salah seorang saksi didampingi para pengacara di Mapolda Jabar, Selasa (11/6/2024).

Dalam laporan BAP tahun 2016 silam, salah seorang saksi mengaku tidak berada di rumah kontrakan milik seorang RT. Namun, sebenarnya ia menyebut bahwa ia bersama kelima terpidana kasus itu berada di rumah kontrakan.

"Bahwa saya di rumah Pak RT, bahwa saya dulu (dalam BAP) tidak tidur di rumah Pak RT," ungkap dia.

Saksi mengaku ditekan saat pemeriksaan oleh penyidik tahun 2016 silam. Bahkan, Pramudya menyebut penyidik menyampaikan bahwa apabila mengaku tidur di rumah RT akan terkena seret kasus.

Ia merasa kasihan dan bersalah karena mengaku tidak berada di rumah kontrakan dalam laporan BAP tahun 2016 silam. Pramudya mengenal kelima terpidana sebagai teman sekampung. Kini, ia ingin menebus dosa dengan mencabut BAP 2016 lalu.

Terlepas dari kasusnya, niatan saksi yang ingin menebus dosa karena merasa bersalah merupakan salah satu usaha untuk bertaubat. Allah sangat bergembira atas taubat hamba-Nya.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda,

اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ

Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).

Pertaubatan adalah kembali. Bukan sekadar bertaubat setelah melakukan dosa yang mengerikan, meskipun itu adalah bagian besar darinya. Dia juga berbicara kepada umatnya yang bertanya-tanya apakah seseorang dapat memulihkan atau mencapai semangat dan energi serta tujuan tersebut. Maka manusia harus kembali.

Jadi, jangan menyerah. Jangan menyerah pada perasaan yang menyuruh Anda melakukan hal yang minimal. Rabb tidak akan menciptakan Anda untuk menjadi tambahan yang tidak berguna bagi dunia ini. Anda bisa menjadi sesuatu yang istimewa, sesuatu yang istimewa bagi-Nya, jika Anda tidak menyerah, jika Anda mengambil langkah itu.

Mengapa manusia diingatkan oleh Nabi dalam banyak sabda bahwa Allah menerima hamba yang kembali? Mengapa manusia diberi tahu ketika seseorang selangkah lebih dekat dengan Rabbnya, Dia datang dengan cepat? Ini untuk mengingatkan manusia bahwa Allah ingin hamba mencapai potensinya. Ini untuk mengambil langkah pertama, meskipun faktanya langkah pertama mungkin yang paling sulit.

Maka janganlah Anda menyerah "...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.”(QS. Yusuf ayat 87)

Maka ingatlah kisah Nabi Yunus Alaihissallam, yang terjebak dalam perut ikan besar. Nabi Yunus mendapatkan karunia dari Allah untuk keluar dari perut ikan tersebut. Rasa bersalah, kerendahan hati, dan kerinduan yang semuanya dapat dirangkum dalam kalimat yang diulang-ulangnya:

 لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ

"Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim" (QS. Al-Anbiya’ 21: 87)

Dan apa akibatnya? Maka Allah memberi tahu umat manusia,

فَلَوْلَآ اَنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ ۙ لَلَبِثَ فِيْ بَطْنِهٖٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَۚ

"Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan." (QS. As-Saffat ayat 143-4)

Untuk itu Nabi Yunus Alaihissallam diselamatkan. Dia diselamatkan karena dia berpaling kepada Tuhan dan tidak pernah menyerah. Manusia bisa tetap dalam kegelapan, jika menginginkannya. Hanya mereka, yang percaya bahwa tidak ada jalan pulang yang tidak pernah kembali. Bagi mereka yang mungkin berkata: 'Dulu saya religius', atau bahkan: 'Saya tidak pernah religius', selalu ada jalan kembali.

 

Keutamaan taubat

Bertaubat merupakan perintah Allah ﷻ yang ditujukan secara terus menerus. Terutama bagi mereka yang ingin diampuni dosa-dosanya. 

Dilansir di aboutislam.net, beberapa pahala taubat yang dilakukan dengan tulus maka akan dibalas Allah ﷻ, beberapa hikmah  yang diberikan kepada petaubat, di antaranya: 

Pertama, taubat membawa kesuksesan 

Jika menempuh jalan yang dilarang Allah, maka berarti memilih untuk kehilangan rahmat, penghargaan, bantuan, dan perlindungan Allah. 

 Tetapi pada saat dengan sungguh-sungguh bertaubat, maka yakinlah akan bantuan-Nya dalam hidup. Allah ﷻ memberitahu kita, dalam surat An Nur ayat 31 sebagai berikut:

 ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 “Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” 

Contoh kesuksesan di dunia adalah, kekayaan, anak-anak, dan peningkatan produktivitas dan berkah. Sebagaimana Allah sebutkan dalam surat Hud ayat 52:  

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

“Dan (Hud berkata), "Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.” 

Kedua, bartaubat menjauhkan dari kesulitan

Semakin banyak kita berbuat dosa, semakin kita dapat kehilangan berkah Allah dan semakin banyak cobaan yang mungkin harus kita tanggung. Taubat dapat memberi kita jalan keluar dari kesulitan hidup kita, sebagaimana Allah berfirman dalam surat At Taubah ayat 126: 

أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ

“Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, namun mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” 

Ketiga, Allah  ﷻ mencintai orang yang bertaubat 

Tahukah kamu bahwa taubat adalah salah satu ibadah yang paling dicintai-Nya? Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 222: 

 ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” 

Keempat, bertaubat akan membuat bahagia 

Bertaubat adalah membersihkan hati. Sehingga membuat kita merasa lebih ringan, sama seperti beban dosa membuat merasa berat. Katakan saja pada diri sendiri, siapa yang bisa menghentikan saya untuk kembali kepada Allah ﷻ

 

Syarat taubat diterima 

Imam Nawawi dalam Kitab  Riyadhus Shalihin menyampaikan tentang tiga syarat taubat kepada Allah SWT. Ia menyampaikan bertaubat hukumnya wajib dari segala macam dosa. 

Dalam kitabnya, Imam Nawawi menyampaikan jika kemaksiatan terjadi antara seorang hamba dan Allah ﷻ. Artinya tidak ada hubungannya dengan hak orang lain. Maka, untuk bertaubat kepada Allah ﷻ harus memenuhi tiga syarat.   

Pertama, segera hentikan semua kemaksiatan yang dilakukan sejak saat keinginan taubat muncul. Kedua, harus merasa menyesal karena telah melakukan kemaksiatan.

Ketiga, berniat tidak akan mengulangi perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Kalau tiga syarat ini tidak terpenuhi semuanya dan ada satu syarat yang tidak dilaksanakan maka tidak sah taubatnya.

Imam Nawawi menyampaikan, jika kemaksiatan yang diperbuat ada hubungannya dengan orang lain. Maka syarat taubatnya ada empat, yakni tiga syarat taubat kepada Allah ﷻ harus terpenuhi.

Syarat keempat melepaskan tanggungan itu dari hak orang lain. Jika tanggungan itu berupa harta atau yang serupa dengan itu, maka wajib mengembalikannya kepada orang yang berhak. 

Jika berupa tuduhan zina atau yang serupa dengan itu, maka harus mencabut tuduhan itu dari orang yang dituduh atau meminta ampun dari orang yang dituduh itu. Jika maksiat yang dilakukan berupa mengumpat orang lain, maka harus meminta dimaafkan oleh orang yang diumpat.

Imam Nawawi mengatakan, sudah jelas dalil-dalil yang tercantum dalam Kitabullah, Sunnah Rasulullah ﷺ serta ijma seluruh umat tentang wajibnya melakukan taubat.

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 

"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS An Nur ayat 31)    

Infografis Syarat dan Batas Waktu Taubat - (Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler