Israel Diduga Kehabisan Tentara, Siapkan Pasukan Cadangan untuk Perang di Gaza

Tentara Zionis akan merekrut Yahudi ultra-Ortodoks untuk kebutuhan militer.

AP Photo/ Ohad Zwigenberg
Peti mati tentara Israel yang tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza saat dibawa saat pemakamannya di pemakaman militer Mount Herzl di Yerusalem, Selasa, 11 Juni 2024.
Rep: Teguh/Fuji Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel diisukan mulai kehabisan tantara dalam perang Gaza. Mereka kini sedang menyiapkan tantara cadangan.

Baca Juga

"Tentara Israel membentuk divisi baru untuk pasukan cadangan yang berusia di atas pensiun 4 tahun untuk memenuhi kebutuhan mendesak akan lebih banyak pasukan," ujar Koresponden Radio Angkatan Data, Israel dilansir Aljazirah, Senin (17/6/2024).

Menurut laporan tersebut, akan ada pembagian lima brigade cadangan yang kini dalam 'tahap awal'. Brigadir akan melibatkan warga Israel lainnya yang sebelumnya dibebaskan dari tugas militer. Demikian disampaikan Doron Kadosh dalam sebuah postingan di X.

Kepala Staf militer Israel Herzi Halevi baru-baru ini mengatakan bahwa merekrut orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks adalah kebutuhan jelas. Hal itu disampaikan ketika mengunjungi lokasi penyergapan mematikan Hamas terhadap pasukan Israel, di Gaza.

Seperti yang dilaporkan sebelumnya, otoritas Israel mendukung rancangan undang-undang yang memperpanjang usia pensiun bagi tentara cadangan meskipun mendapat reaksi keras dari masyarakat Israel.

Saat ini, Israel terus menggempur Gaza meskipun DK PBB telah memerintahkan gencatan senjata.  Setidaknya, lima anak termasuk di antara puluhan warga Palestina wafat dan syahid dalam serangan Israel di Gaza tengah dan selatan selama 24 jam terakhir.

Militer Israel telah memperingatkan bahwa serangan lintas batas dari Hizbullah ke Israel dapat memicu kebakaran yang lebih luas dengan konsekuensi yang menghancurkan bagi Lebanon dan seluruh kawasan.

Dilansir dari laman Aljazirah  pada Senin (17/6/2024), PBB menyambut baik langkah tentara Israel untuk menghentikan pertempuran di dekat rute utama di Gaza selatan selama 11 jam setiap hari untuk pengiriman bantuan. Namun PBB meminta langkah-langkah nyata Israel untuk membuka hambatan respons kemanusiaan yang sedang goyah.

Seorang tentara Israel tewas setelah sebuah bangunan jebakan meledak di Gaza selatan, sehari setelah 10 orang lainnya tewas dalam serangan tersebut.

Setidaknya 37.337 orang telah wafat dan 85.299 orang terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas mencapai 1.139 orang dengan puluhan orang masih ditawan di Gaza.

Sebelumnya diberitakan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menentang rencana yang diumumkan oleh militer untuk mengadakan jeda taktis setiap hari dalam pertempuran di sepanjang salah satu jalan utama menuju Jalur Gaza untuk memfasilitasi pengiriman bantuan ke daerah kantong Palestina.

Militer telah mengumumkan jeda harian mulai pukul 05:00 GMT hingga 16:00 GMT di daerah penyeberangan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) ke Jalan Salah al-Din dan kemudian ke utara.

“Ketika perdana (Israel) menteri mendengar laporan tentang jeda kemanusiaan selama 11 jam di pagi hari, dia menoleh ke sekretaris militernya dan menjelaskan bahwa hal ini tidak dapat diterima olehnya,” kata seorang pejabat Israel kepada kantor berita Reuters.

Militer mengklarifikasi bahwa operasi normal akan berlanjut di Rafah, fokus utama serangan yang sedang berlangsung di Gaza selatan, di mana delapan tentara Israel tewas pada Sabtu lalu.

Pasukan Israel menghancurkan rumah-rumah warga Palestina di daerah tersebut dan serangan di sana terus berlanjut pada Ahad kemarin meskipun hari itu adalah hari pertama Idul Adha, perayaan umat Islam yang paling penting tahun ini.

Serangan Israel terhadap dua rumah di kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah membuat wafat sembilan orang, termasuk enam anak-anak, menurut kantor berita negara Palestina Wafa.

 
Berita Terpopuler