Ada Empat Bulan Suci dalam Islam, Apa Saja?

Hal yang paling istimewa dilakukan di bulan suci adalah menghindari dosa.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Ada Empat Bulan Suci dalam Islam, Apa Saja?
Rep: mgrol135 Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah subhanahu wa ta'ala (Maha Suci dan Maha Tinggi) berfirman dalam Alquran: “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram.” (QS. At-taubah:36)

Baca Juga

Dikisahkan Abu Bakrah, Nabi (SAW) memberikan khutbah selama hajinya dan berkata: “Waktu telah menyelesaikan satu siklus dan mengambil bentuk hari ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam satu tahun terdapat dua belas bulan yang empat di antaranya adalah bulan suci, tiga di antaranya berurutan, Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram, dan juga Rajab Mudar yang terjadi antara Jumada dan Sya'ban.” (HR. Sunan Abi Dawud)

Dengan demikian, empat bulan suci adalah Rajab, Dzulqa'da, Dzulhijjah, dan Muharram. Allah SWT berfirman bahwa mereka suci dan Allah yang memberi makna, tujuan, nilai dan hukum pada apa yang Dia ciptakan di langit dan di bumi dan kemudian mengajarkan apa yang bermanfaat bagi kita.

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui..” (QS. Yunus: 5)

Kegiatan khusus apa yang harus dilakukan di bulan-bulan suci? Hal yang paling istimewa dilakukan di bulan-bulan suci adalah tidak menzalimi diri sendiri, yaitu dengan menghindari melakukan dosa karena dosa yang dilakukan di bulan-bulan suci lebih buruk dan lebih parah di sisi Allah (SWT):

“…Maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu,” (QS At-Taubah: 36)

Bulan-bulan itu dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran kita akan Tuhan karena pahala dan dosa dibesar-besarkan di sisi Allah pada bulan-bulan itu. Oleh karena itu, seseorang harus memantau dan memurnikan pikirannya serta tindakan untuk menghindari kesalahan diri dengan melakukan kesalahan tersembunyi atau nyata. Dan jika seseorang melenceng, mereka harus segera melakukan taubat yang tulus.

Menyadari bulan-bulan suci dalam Islam dan menghormatinya dalam hati adalah tanda ketakwaan dan membawa kebaikan dari Allah. Sebagaimana firman Yang Maha Kuasa:

“…Dan barang siapa mengagungkan apa yang terhormat di sisi Allah (hurumat) maka itu lebih baik baginya di sisi Tuhannya.” (QS. Al-Hajj:30)

“…Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS Al-Hajj:32)

Menuai buahnya

Selain itu, seseorang harus meraih penghargaan tinggi dari tindakan khusus yang didorong di beberapa hari di bulan-bulan itu. 

• Tidak ada waktu lain yang lebih dicintai Allah selain 10 hari pertama Dzulhijjah. Diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas: Rasulullah (ﷺ) bersabda: Tidak ada keutamaan yang lebih disukai Allah pada suatu hari selain pada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Mereka (para sahabat) bertanya: Ya Rasulullah, bukankah perjuangan di jalan Allah (Jihad)? Dia berkata: (Ya), bahkan tidak berjuang di jalan Allah, kecuali seorang pria yang keluar (di jalan Allah) dengan jiwa dan hartanya dan tidak kembali dengan salah satu dari mereka. (HR. Sunan Abi Dawud)

• Haji dilakukan pada bulan Dzulhijjah, dan pahala haji yang diterima tidak kurang dari surga. Abu Hurairah (ra dengan dia) melaporkan: Rasulullah (ﷺ) berkata, “(Melakukan) 'Umrah adalah penghapus dosa yang dilakukan antara itu dan 'Umrah sebelumnya; dan pahala haji mabrur (haji yang diterima mengikuti jalan Nabi) tidak lain adalah Jannah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

• Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) – bagi orang yang tidak haji – menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya. Nabi SAW bersabda: “Puasa pada hari Arafah adalah penghapus dosa untuk tahun sebelumnya dan tahun berikutnya.” (HR. Muslim)

Juga dianjurkan untuk berpuasa di bulan Muharram, sebagaimana Nabi (damai dan berkah besertanya) mengatakan: “Dan puasa yang paling utama setelah (puasa) di bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Allah al-Muharram.” (HR. Sahih Muslim).

• Hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram juga memiliki pahala yang besar. Sebagaimana Nabi (SAW) ditanya tentang menjalankan As-Saum (puasa) pada tanggal 10 Muharram, dan dia menjawab, “Itu adalah penghapus dosa tahun sebelumnya.” [Muslim].

Banyak peluang untuk hadiah besar di bulan-bulan itu. Juga suci, berarti mereka meningkatkan rasa kehadiran dan kesadaran akan Allah untuk membantu seseorang menjadi lebih disiplin secara holistik dan sadar akan Tuhan.

 
Berita Terpopuler