Studi: Orang dengan Alergi Makanan Punya Risiko Covid-19 yang Lebih Rendah

Apa yang membuat orang dengan alergi makanan lebih rendah risiko kena Covid-19?

www.pixabay.com
Covid-19 (ilustrasi). Penelitian National Institutes of Health (NIH) menemukan orang dengan alergi makanan memiliki risiko 50 persen lebih kecil untuk terinfeksi virus yang menyebabkan Covid-19.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian National Institutes of Health (NIH) menemukan orang dengan alergi makanan memiliki risiko 50 persen lebih kecil untuk terinfeksi SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19. Itu jika dibandingkan orang yang tidak memiliki alergi makanan.

Studi Human Epidemiology and Response to SARS-CoV-2 (HEROS) memantau kesehatan 4.000 orang di 1.400 keluarga antara Mei 2020 hingga Februari 2021. Ini adalah masa ketika vaksin Covid-19 tidak tersedia untuk umum atau tidak tersedia secara luas, menurut NIH.

Selama penelitian, setiap keluarga memiliki setidaknya satu orang berusia 21 tahun atau lebih. Seseorang di setiap rumah tangga melakukan tes swab Covid-19 setiap dua pekan.

Para peneliti tidak sepenuhnya mengerti mengapa orang dengan alergi makanan memiliki risiko Covid-19 yang lebih rendah. Ada kemungkinan bahwa peradangan tipe 2, yang sering disebabkan oleh reaksi alergi, mengurangi tingkat reseptor ACE2 pada permukaan sel saluran napas.

Baca Juga

Reseptor ACE2 adalah titik masuk untuk Covid-19. Lebih sedikit reseptor berarti lebih sedikit peluang Covid-19 menyerang tubuh.

"Kemungkinan lain yang dipertimbangkan adalah orang dengan alergi makanan lebih jarang makan di luar dan memiliki peluang lebih kecil untuk tertular Covid-19," ungkap studi tersebut, seperti dilansir dari laman Web MD, Senin (6/6/2022).

Tetapi peneliti menemukan orang dengan alergi makanan hanya memiliki tingkat paparan komunitas yang sedikit lebih rendah daripada rumah tangga lainnya. Studi HEROS menemukan orang dengan asma dan kondisi alergi lainnya, termasuk eksim dan rhinitis alergi, tidak memiliki risiko lebih rendah atau lebih tinggi terkena Covid-19.

Namun, penelitian tersebut tampaknya mengonfirmasi penelitian sebelumnya yang menunjukkan hubungan antara obesitas dan risiko Covid-19. Studi NIH menghitung peningkatan 10 poin dalam persentil indeks massa tubuh (BMI) meningkatkan risiko seseorang terinfeksi Covid 19 sebesar 9 persen.

"Peserta yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko infeksi 41 persen lebih besar daripada mereka yang tidak," tambah studi tersebut.

Anak-anak berusia 12 tahun atau lebih muda memiliki kemungkinan yang sama untuk tertular Covid-19 seperti remaja atau orang dewasa. Namun, 75 persen kasus anak tidak menunjukkan gejala.

"Temuan studi NIH menggarisbawahi pentingnya memvaksinasi anak-anak dan menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat lainnya untuk mencegah mereka terinfeksi SARS-CoV-2, sehingga melindungi anak-anak dan anggota rumah tangga mereka yang rentan dari virus," papar Anthony Fauci, kepala penasihat medis Gedung Putih.

Selanjutnya, lanjut Fauci, hubungan yang diamati antara alergi makanan dan risiko infeksi SARS-CoV-2, serta antara indeks massa tubuh dan risiko ini, perlu diselidiki lebih lanjut.

 
Berita Terpopuler