Ditentang Pemerintah, Muslim Polandia Bantu Migran

Muslim Polandia tak ragu memberikan bantuan kepada para migran.

EPA
Muslim Tatar di Polandia membawa jenazah bayi migran untuk dimakamkan di Bohoniki, perbatasan Polandia-Belarusia, November 2021.
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Oleh: Rossi Handayani

Baca Juga

SOKOLKA -- Komunitas Muslim di desa perbatasan Polandia, Bohoniki, menyiapkan lokasi pemakaman bagi para migran yang meninggal saat mencoba menyeberangi perbatasan. Mereka juga membantu membawa makanan dan pakaian kepada mereka yang membuthkan. 

 

Dilansir dari laman the National News pada Senin (29/11), saat menyerahkan bantuan, komunitas Muslim terpaksa melakukannya secara sembunyi-sembunyi, hal ini dilakukan guna menghindari razia petugas. 

 

"Bagaimanapun, kami adalah pengungsi," kata Eugenia Radkiewicz, yang menyapa pengunjung di masjid.

Bohoniki memiliki salah satu dari dua masjid yang selamat dari perang, penindasan, dan perubahan rezim di Polandia timur selama abad ke-20. Wilayah ini merupakan benteng dari salah satu komunitas Muslim tertua di Eropa.

Desa itu disumbangkan oleh raja Polandia yang berterima kasih lebih dari 300 tahun yang lalu atas bantuan yang diberikan oleh prajurit Tatar dari Krimea dalam mempertahankan perbatasan Timurnya. Mantan presiden Polandia, Bronislaw Komorowski mengatakan, darah mereka yang tertumpah dalam pertempuran membantu membentuk fondasi Republik Polandia modern.

Infografis nasib pengungsi di tengah pandemi - (Republika)

Tentara Polandia ditempatkan hanya satu kilometer di luar desa. Tentara berada di persimpangan jalan, di mana para migran yang melarikan diri ke Eropa barat bisa datang.

 

 

Di sisi lain, poster tulisan tangan terpaku di pohon-pohon di jalan menuju desa yang berisikan ucapkan terima kasih kepada para prajurit karena mempertahankan perbatasan. Belasan poster yang memberikan dukungan kuat kepada militer terlihat diikat di pagar di kota terdekat Sokolka, dan ditempelkan di pagar di luar masjid Bohoniki.

Sementara keturunan pejuang Tatar kini berjumlah sekitar 30 orang dari 100 penduduk desa yang berjumlah 100 orang. Mereka terus shalat di masjid kecil berpanel kayu. Mereka bekerja di kota-kota terdekat dan tambang di pinggiran desa. Mereka juga menonjol dalam membantu mengumpulkan paket makanan untuk mereka yang bersembunyi di hutan. 

Uni Eropa (UE) menuduh Belarus mengatur pergerakan migran dengan menawarkan visa, dan mengantar mereka ke perbatasan. Hal ini sebagai pembalasan karena menjatuhkan sanksi pada rezim otokratis Presiden Belarus, Alexander Lukashenko.

Lukashenko mengunjungi sebuah gudang pada Jumat di sisi perbatasan Belarusia, di mana sekitar 2.000 orang tinggal di akomodasi sementara. Dia mengatakan kepada mereka bahwa negaranya tidak akan menghalangi jika mereka ingin mencoba melintasi perbatasan.

Empat dari setidaknya 13 orang yang meninggal saat mencoba menyeberang. Kemudian dimakamkan di pemakaman di Bohoniki. Di antara mereka adalah warga Suriah Ahmed Al Hassan (19 tahun) yang tenggelam saat mencoba menyeberangi sungai dan seorang migran Yaman, Mustafa Mohammed Murshed Al Raimi.  Seorang anak yang belum lahir yang ibunya keguguran saat dia berjalan melalui hutan bersama keluarganya berada di plot lain.

"Bukan dilema bagi kami untuk mengubur mereka dengan bermartabat daripada di kuburan tanpa nama tanpa rasa hormat. Jika ada lebih banyak jenazah yang perlu dikuburkan, maka kami akan melakukannya. Kami akan memberi ruang," kata Radkiewicz.

 

 

Lewat penjagaan militer yang ketat, ini dapat menghentikan siapa pun yang tidak memiliki izin untuk berada dalam jarak tiga kilometer dari perbatasan. Radkiewicz mengatakan, salah satu dari sedikit orang yang diizinkan lewat adalah pemimpin Muslim setempat Maciej Szczesnowicz.

"Dari komunitas Muslim kami, ada banyak bantuan.  Kami juga memasak sup untuk para prajurit, kami melayani 300 porsi setiap hari," kata Szczesnowicz.

Sementara Pemerintah Polandia telah dituduh oleh kelompok-kelompok hak asasi melakukan pelanggaran hukum internasional dalam tanggapannya terhadap para migran. Termasuk mendorong para pencari suaka kembali ke Belarus.

Polandia, negara yang sebagian besar beragama Katolik dan homogen secara etnis, dijalankan oleh partai Hukum dan Keadilan. Pemimpinnya telah mengecam migrasi dari Timur Tengah, dengan mengatakan kedatangannya dapat membawa penyakit dan parasit. 

"Apakah seseorang berhak untuk tinggal secara legal di Polandia atau tidak, setiap orang berhak atas atap di atas kepala mereka, atas tempat tinggal yang hangat, atas piring dengan sup hangat dan makanan hangat pada umumnya, atas pakaian yang layak," kata mufti yang memimpin komunitas Muslim Polandia, Tomasz Miskiewicz.

 

 

Sementara seorang yang bekerja dengan badan amal dari kota Wroclaw di Polandia, Lilla Swierblewska telah membantu menyediakan makanan untuk para migran. Dia memiliki sejarah membantu orang, termasuk warga Suriah yang tiba di Eropa pada 2015 untuk menghindari perang.

"Mereka selalu datang," katanya di restoran makanan tradisional Tatar di kota Bialystok, 50 kilometer dari Bohoniki.

"Pertama kami membeli dan mengirim makanan, tetapi karena keadaan menjadi lebih sulit bagi orang-orang ini yang terjebak di perbatasan, saya mulai memasak," lanjut dia.

 

Dia membuat 100 makanan panci tunggal di gelombang pertama dan kemudian 60 lagi. "Saya hanya membantu karena saya seorang manusia dan mungkin di beberapa titik dalam hidup saya, saya akan membutuhkan bantuan dari orang lain ketika saya tanpa makanan atau tempat tinggal. Begitulah cara saya dibesarkan," ucap Swierblewska.

 
Berita Terpopuler