Olimpiade Tokyo Pangkas Jumlah Atlet di Acara Pembukaan

Jumlah atlet yang berkurang capai ribuan orang.

EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Pekerja berdiri di atas tongkang membawa monumen cincin Olimpiade di tepi laut Taman Laut Odaiba, di Tokyo, Jepang, 01 Desember 2020. Monumen cincin Olimpiade telah dipasang kembali ke lokasi aslinya setelah pekerjaan pemeliharaan. Olimpiade Tokyo 2020 telah dijadwalkan ulang menjadi 23 Juli 2021, karena pandemi virus corona.
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyelenggara Olimpiade Tokyo akan memangkas jumlah atlet pada upacara pembukaan dan penutupan Olimpiade tahun ini. Jumlah atlet yang berkurang capai ribuan orang.

Baca Juga

Lebih dari 11.000 atlet diperkirakan akan bertanding di Olimpiade Tokyo, namun tindakan anti-virus membatasi waktu mereka berada di Olympic Village yang artinya tidak semua akan bisa menghadiri perayaan pembukaan dan penutupan.

Penyelenggara juga akan mempertimbangkan kembali berapa banyak atlet bisa ambil bagian dalam upacara tersebut, dan bagaimana membawa mereka ke dalam stadion dengan aman.

"Untuk memastikan keselamatan dan keamanan atlet dan menyederhanakan operasi pada Olimpiade Tokyo 2020, kami yakin perlu mempertimbangkan kembali jumlah peserta pada upacara pembukaan dan penutupan dan bagaimana mereka akan memasuki stadion," kata komite penyelenggara dalam satu pernyataan seperti dikutip AFP.

Laporan di surat kabar Yomiuri Shimbun mengatakan, Komite Olimpiade Internasional (IOC) memperkirakan hanya 6.000 atlet yang ambil bagian dalam upacara pembukaan pada 23 Juli, mengutip sumber yang tidak disebutkan.

Penyelenggara Tokyo 2020 mengatakan, rinciannya masih dikerjakan dalam diskusi dengan IOC dan organisasi lainnya, dan pendekatan tertentu belum diputuskan.

 

Apapun bisa terjadi

Komite penyelenggara bersikeras Olimpiade bisa berlangsung sekalipun virus belum terkendali, dan meluncurkan serangkaian tindakan anti-virus dalam 53 halaman laporan sementara pada Desember.

Atlet tidak bisa masuk ke Olympic Village -- yang bisa mengakomodasi 18.000 orang -- lebih dari lima hari sebelum event mereka, dan harus meninggalkannya dua hari setelah menyelesaikan kompetisi mereka.

Lonjakan infeksi di Jepang dan tempat lainnya di seluruh dunia telah menimbulkan keraguan baru mengenai Olimpiade, hanya enam bulan lebih sebelum upacara pembukaan.

Seorang menteri kabinet Jepang pekan lalu mengakui "apapun bisa terjadi" dengan Olimpiade, sementara laporan pada akhir pekan mengatakan mantan wakil presiden IOC menyarankan Perserikatan Bangsa Bangsa dapat diajak berkonsultasi mengenai apakah event tersebut harus berlangsung.

Dukungan publik bagi Olimpiade telah anjlok di Jepang, dengan jajak pendapat awal bulan ini menemukan bahwa lebih dari 80 persen yakin event tersebut harus dibatalkan atau ditunda lagi.

 

Juru bicara pemerintah Jepang Katsunobu Kato mengatakan bahwa Jepang berkomitmen untuk menggelar Olimpiade sesuai jadwal.

"Tidak ada perubahan sikap pemerintah terhadap Olimpiade Tokyo dan Paralimpiade," katanya.

"Orang-orang yang bertanggung jawab atas Olimpiade bersatu dalam mempersiapkan mereka untuk sukses dan pemerintah akan melakukan tindakan yang tepat untuk mendukung mereka."

Pada akhir Desember, ketua Tokyo 2020 memilih direktur kreatif baru untuk merancang kembali upacara pembukaan dan penutupan yang "lebih sederhana dan terkendali".

Penyelenggara mengatakan keputusan untuk mengganti tujuh orang tim kreatif sebelumnya akan meningkatkan efisiensi dan membentuk kembali upacara yang biasanya mewah menjadi "selaras dengan situasi".

 

 

 

 
Berita Terpopuler