Pemerintah Pantau Potensi Lonjakan Kasus Covid-19 Pascalibur

Pascanatal Tahun Baru ini pemerintah akan mengevaluasi dalam dua minggu ke depan

Pixabay
Ilustrasi Covid-19
Rep: Sapto Andika Candra Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memantau potensi terjadinya kenaikan kasus Covid-19 usai libur akhir tahun 2020. Risiko lonjakan kasus memang cukup tinggi, berdasarkan pengalaman serupa pada libur panjang sebelum-sebelumnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, evaluasi akan dilakukan selama dua pekan ke depan. Rentang waktu ini dipakai karena kenaikan kasus biasanya baru terjadi pada 10-14 hari setelah liburan usai.

"Tentu pascanatal Tahun Baru ini pemerintah akan mengevaluasi dalam dua minggu ke depan. Karena memang dengan adanya Natal dan Tahun Baru liburan, seperti liburan-liburan sebelumnya itu biasanya dimonitor dalam dua minggu ke depan," kata Airlangga dalam keterangan pers di kantor presiden, Senin (4/1).

Airlangga juga meminta masyarakat tetap patuh menjalankan protokol kesehatan, baik di lingkungan rumah atau tempat kerja. Menurutnya, penerapan 3M yakni mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak tetap menjadi senjata terampuh untuk menekan risiko penularan virus corona.

Baca Juga

Seperti diketahui, tren penularan Covid-19 di Tanah Air terus memburuk. Libur akhir tahun 2020 lalu, bisa saja justru memperburuk kondisi ini. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito sempat menjelaskan mengenai kondisi ini.

Berdasarkan laporan satgas, sepanjang Maret-Juli 2020 lalu jumlah kasus aktif naik dari hanya 1.107 kasus menjadi 37.342 kasus. Kenaikan tersebut dicapai dalam kurun waktu dua bulan. Peningkatan kasus aktif saat itu juga diikuti peningkatan testing mingguan hingga 50 persen.

"Pada periode ini, peningkatan dibarengi dengan event libur panjang Idul Fitri pada tanggal 22 sampai 25 Mei 2020," kata Wiku.

Kemudian beranjak ke bulan Agustus-Oktober 2020, kasus aktif menanjak dari 39.354 orang menjadi 66.578 orang. Peningkatan tersebut juga dicapai dalam dua bulan, sejalan dengan kenaikan kapasitas testing mingguan mencapai 40 persen. Bersamaan dengan itu, persentase daerah yang tak patuh protokol kesehatan naik dari 28,57 persen menjadi 37,12 persen.

"Pada periode ini bersamaan dengan event libur panjang saat HUT RI dan Tahun Baru Islam," kata Wiku.

Berlanjut ke November-Desember, lonjakan kasua aktif semakin menjadi-jadi. Kenaikan tertinggi terjadi dalam periode ini. Kasus aktif naik dua kali lipat dari 54.804 menjadi 103.239 orang hanya dalam waktu satu bulan saja. Kondisi ini dibarengi dengan peningkatan kapasitas testing yang relatif rendah dan jumlah daerah yang tidak taat protokol kesehatan bertambah menjadi 48 persen.

"Pada periode ini kita sempat melewati event libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW," kata Wiku.

Kesimpulannya, ujar Wiku, lonjakan kasua aktif selalu didorong oleh naiknya jumlah daerah yang tidak patuh protokol kesehatan dan selalu bertepatan dengan momen libur panjang.

"Kemudian meskipun tensting mingguan meningkat namun hal baik tersebut tidak dibarengi dengan penurunan kasus aktif. Seharusnya meskipun testing meningkat  angka kasus aktif harus terus menurun," kata Wiku.

 
Berita Terpopuler