2021, Kematian Akibat Virus Hasil Mutasi Berpotensi Melonjak

Kematian akibat virus mutasi berpotensi salip kasus serupa dari virus asli tahun ini.

CDC via AP
Virus corona tipe baru penyebab Covid-19 (Ilustrasi). Virus corona yang telah bermutasi ditemukan di Inggris pada Desember.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ilmuwan Scientific Advisory Group for Emergencies (Sage) mengingatkan, varian baru SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, yang pertama kali terdeteksi di wilayah Kent, Inggris, berpotensi membunuh lebih banyak orang pada 2021 dibandingkan varian asli di tahun ini. Dalam skenario kasus terburuk, 118 ribu orang dapat meninggal pada musim panas, dibandingkan dengan hampir 70 ribu pada tahun 2020.

Grafik dari ilmuwan menunjukkan kasus tetap akan meningkat meskipun diberlakukan pembatasan superketat. Menteri Kesehatan Matt Hancock pada pekan lalu mengatakan, sistem tiga level tidak cukup untuk mengendalikan varian baru ini.

Baca Juga

"Mulai dari sekarang sampai akhir Juni, bisa ada lebih dari 118 ribu kematian hanya dengan sistem karantina wilayah Level Tiga,” tulis laporan The Sun, dikutip Selasa (29/12).

Peneliti Scientific Pandemic Influenza Group on Modelling (SPI-M) dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, sub grup dari SAGE menggambarkan penyebaran varian baru menggunakan data saat ini untuk memprediksi apa yang akan terjadi ke depannya. Setiap wilayah secara otomatis akan terpengaruh.

Tim peneliti memperkirakan, varian baru, secara teknis disebut B.1.1.7, 56 persen lebih mungkin ditularkan, dibandingkan varian yang sudah ada sebelumnya. Tidak ada "bukti jelas" yang menyebabkan penyakit akibat virus mutasi bisa lebih parah bagi penderita.

Di lain sisi, karena virusnya menyebar lebih cepat, berarti akan ada lebih banyak kasus, lebih banyak rawat inap, dan kemudian lebih banyak kematian. Selama masa lockdown nasional kedua pada November, sekolah masih buka, menunjukkan pembatasan terberat pun masih belum cukup kuat.

Dengan peningkatan kebijakan lockdown Level 4 di seluruh Inggris hingga akhir Januari, termasuk penutupan sekolah, diperkirakan kasus Covid-19 dapat dipangkas menjadi 107 ribu. Angka itu tetap saja masih 40 ribu jiwa lebih banyak dibandingkan tahun 2020.

Pada Boxing Day, 43 persen Inggris akan berada di Level 4, tetapi ada seruan agar itu digunakan secara nasional. Tim peneliti mencatat penularan kemungkinan akan menyebabkan peningkatan besar dalam insiden, dengan rawat inap dan kematian Covid-19 diproyeksikan mencapai tingkat yang lebih tinggi pada tahun 2021 daripada yang diamati pada tahun 2020, bahkan jika pembatasan berjenjang regional diterapkan sebelum 19 Desember.

Peneliti mengingatkan, sekolah dan universitas juga harus ditutup untuk mengendalikan tekanan ini. Hal itu berarti pengembalian siswa secara bertahap pada bulan Januari bisa gagal.

Pemodelan tersebut juga menunjukkan bahwa penutupan nasional pada bulan November, di mana sekolah-sekolah diizinkan tetap buka, “tidak mungkin mengurangi angka R di bawah 1”. Angka R memberikan indikasi tentang seberapa cepat wabah itu berkembang. Jika angkanya di atas 1, berarti kasus berkembang, bukan berkurang.

Kekuatan vaksin
Ilmuwan menunjukan bagaimana grafik kematian dan kapasitas rumah sakit dapat berjalan baik dengan kasus paling banyak dari varian baru di bawah sistem berjenjang yang berbeda. Akan tetapi vaksin bisa membantu mengurangi risiko terburuk.

Contohnya, jika 200 ribu orang divaksinasi setiap pekan, hanya 83.200 orang bisa meninggal pada Juli. Vaksin diharapkan membantu memangkas kematian secara drastis menjelang Paskah.

Akan tetapi, karena varian baru ini jauh lebih menular, itu berarti ribuan orang bisa meninggal sebelum mereka diberi suntikan vaksin. Para ilmuwan pun memperingatkan satu-satunya cara untuk menghentikan varian yang menyebabkan kerusakan adalah dengan mempercepat vaksinasi, karena sistem berjenjang atau penguncian saat ini tidak cukup kuat untuk menanganinya.

Berdasarkan skenario terbaik, kematian bisa mencapai 35.700 pada bulan Juni. Tapi untuk mencapai angka itu diperlukan pemberlakuan lockdown kembali di seluruh Inggris, termasuk penutupan sekolah. Syarat lainnya ialah dua juta orang yang harus divaksinasi setiap pekannya.

Angka kematian bisa lebih rendah atau ditekan jika vaksin digunakan dalam jumlah besar. Pemerintah memiliki target mencapai satu juta penerika vaksin setiap pekan setelah program vaksin berjalan lancar. Saat ini, Inggris mencapai seperempat dari target itu.

Dalam skenario lockdown lainnya, tim tersebut mengatakan. jika 200 ribu warga divaksinasi setiap pekan, ada sekitar 83.300 orang akan meninggal. Hal ini memberikan gambaran yang mengejutkan tentang berapa lama pemerintah harus mengelola ketegangan baru ini.

Persetujuan vaksin Pfizer dipandang sebagai jalan menuju normalitas, dengan bos NHS mengharapkan orang yang paling rentan akan dilindungi sepenuhnya pada bulan April. Tapi dengan kemunculan varian baru, itu bisa berarti beberapa orang yang berisiko meninggal harus lebih lama menunggu giliran mereka.

Oxford menawarkan 100 juta dosis yang dijamin oleh Pemerintah Inggris segera setelah diberikan persetujuan peraturan. Namun, meski uji coba menunjukkan vaksin Oxford aman dan efektif, belum ada jaminan MHRA akan menyetujuinya. Keputusannya diharapkan keluar sebelum akhir tahun.

 
Berita Terpopuler