Kemenkes Siapkan Jejaring Laboratorium Pendeteksi Mycoplasma Pneumonia

Mycoplasma pneumonia sudah lama tidak pernah diukur tingkat penyebarannya.

Republika/ Dessy Suciati Saputri
Menkes Budi Gunadi Sadikin. Merespons peningkatan kasus mycoplasma pneumonia, Kemenkes menyiapkan jaringan laboratorium pengujian.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyiapkan jejaring laboratorium untuk keperluan diagnosis gejala mycoplasma pneumonia yang terjadi di Indonesia. Hal itu dilakukan merespons meningkatnya kasus pneumonia akibat infeksi bakteri mycoplasma di China.

"Kita siapin jaringan laboratoriumnya supaya bisa dites," kata Budi Gunadi di Balai Sudirman Jakarta, Senin (4/12/2023), menjawab pertanyaan tentang kasus mycoplasma pnemumonia di Indonesia.

Budi mengatakan mycoplasma pneumonia atau bakteri atipikal yang menyebabkan infeksi paru-paru itu bukan merupakan jenis penyakit baru. Namun, penyakit itu sudah lama tidak pernah diukur tingkat penyebarannya di tengah masyarakat.

Baca Juga

Dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis (30/11), dokter paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Erlina Burhan mengatakan mycoplasma pneumonia memiliki gejala yang ringan dengan kejadian jarang di Indonesia. Ia mengatakan karakteristik wabah yang dikenal sebagai pneumonia misterius itu sedang terjadi di China, tetapi menunjukkan perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan kondisi long Covid.

Hingga saat ini, menurut Erlina, informasi mengenai hubungan antara bakteri pneumonia di Indonesia dengan yang ada di China masih perlu diteliti lebih lanjut untuk pemahaman yang lebih mendalam. Kementerian Kesehatan telah melakukan sejumlah upaya mitigasi untuk mengantisipasi merebaknya mycoplasma pneumonia di Indonesia, salah satunya dengan menerbitkan Surat Edaran No. PM.03.01/C/4732/2023 tentang kewaspadaan terhadap kejadian mycoplasma pneumonia di Indonesia.

 
Berita Terpopuler