Kiprah Laskar Hizbullah dalam Melawah Penjajah (Bagian 2-Habis)

Pelatihan laskar Hizbullah dipimpin oleh Kapten Yanagawa.

Foto: 50 tahun Indonesia Merdeka
Laskar Hizbullah dengan bendera tauhidnya dalam parade di Markas Besar TKR/BKR di Yogyakarta pada masa perjuangan kemerdekaan
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karena tujuannya telah berubah, pondok-pondok pesantren yang telah berdiri kala itu segera diminta untuk mengirim lima santrinya untuk dijadikan laskar. Mereka akan dilatih terlebih dulu secara militer di Cibarusah, Bekasi, Jawa Barat.

Baca Juga

 

Pelatihan laskar Hizbullah dipimpin oleh Kapten Yanagawa dengan dibantu 20 chudanco (komandan regu pasukan) PETA di sebuah lapangan seluas 20 hektare. Di tempat ini disediakan asrama, ruang kelas, hingga mushala. 

 

Materi yang diajarkan adalah teknik bertiarap, merangkak, formasi bergerak satu per satu ke belakang, teknik mengintai, penggunaan sangkur, hingga serangan komando. Mereka juga mendapat pengajaran perakitan bom molotov dan bahan peledak lainnya, serta diperkenalkan tentang teknik perang gerilya. 

 

Pelatihan militer bagi Laskar Hizbullah selesai pada 20 Mei 1945. Usai menjalani pelatihan, para peserta kembali ke kampung atau pesantren-pesantrennya masing-masing. Mereka diperintahkan untuk mencari, melatih, dan membentuk Laskar Hizbullah di daerahnya.

 

Adapun susunan pengurus pusat Laskar Hizbullah telah ditentukan dalam rapat pleno Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) pada Januari 1945. Pada rapat tersebut, diputuskan pimpinan pusat dari Barisan Hizbullah adalah KH. Zainul Arifin.

 

Terbentuk menjelang kemerdekaan, Laskar Hizbullah lebih banyak berhadapan dengan tentara sekutu setelah proklamasi. Mereka tersebar di wilayah seperti Surabaya, Jawa Timur, Semarang dan Ambarawa, Jawa Tengah dan Priangan Jawa Barat. 

Namun, peristiwa yang paling hebat...

 

 

Namun, peristiwa yang paling hebat adalah pada saat perang 10 November 1945 atau Hari Pahlawan dan pada 23 Maret 1946 yang dikenal sebagai Hari Bandung Lautan Api. Salah satu perang yang cukup monumental juga dalam sejarah Indonesia dan Laskar Hizbullah adalah ketika meletusnya Pertempuran Ambarawa. Pada 21 November 1945, Sekutu yang tengah terdesak akibat serangan pasukan yang dipimpin Jenderal Sudirman bergerak menuju Semarang.

Pasukan Sekutu pun membuat onar di Ambarawa dan akhirnya memantik peperangan besar di sana. Tak pelak, hal itu memancing lahirnya solidaritas dari berbagai tempat, termasuk dari Yogyakarta yang juga telah membentuk Laskar Hizbullah. 

Bersama dengan pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Laskar Hizbullah bersama laskar-laskar lainnya bergerak serentak menuju Ambarawa dan mengepung kota tersebut. Hizbullah Yogyakarta mengirim Batalion Bachron Edrees, yang ditempatkan di bagian barat Ambarawa, tepatnya di Desa Jambu dan Banyubiru.

Sedangkan di sisi selatan Ambarawa, terdapat pasukan dari Surakarta dan Salatiga. Di sisi utara, telah siap pasukan dari Kedu dan Ambarawa sendiri. Kemudian dari timur, telah mengepung juga pasukan dari Divisi IV Badan Keamanan Rakyat Salatiga.

Dalam pertempuran tersebut, pasukan Indonesia memang berhasil mendesak Sekutu menuju Semarang. Namun, hal itu memang harus dibayar dengan jatuhnya korban jiwa, termasuk dari Laskar Hizbullah.

Ketika Sekutu mundur dan...

 

Ketika Sekutu mundur dan dikepung kembali di Semarang, tepatnya di daerah Mranggen, Laskar Hizbullah segera bergerak. Dalam pengepungan di Semarang, dikirim pasukan Hizbullah Batalion Basuni, yang masih berasal dari Yogyakarta.

Dalam pertempuran di Semarang, sekitar 17 anggota Laskar Hizbullah gugur. Termasuk komandan laskar, yaitu Khudhori yang menjenguk ajal setelah tertembak dan ditusuk bayonet.

Setelah berjuang dan berhasil meraih kemerdekaan, Presiden Indonesia pertama, Sukarno mengeluarkan ketetapan untuk mempersatukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan laskar perjuangan menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). 

Ketetapan itu diresmikan pada 3 Juni 1947 dengan menempatkan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar TNI. Sementara itu, kesatuan-kesatuan Hizbullah dalam TNI melebur ke dalam kesatuan setingkat brigade, resimen, batalyon, seksi pasukan dalam organisasi TNI. 

 

Keputusan yang diambil oleh kesatuan Hizbullah itu untuk memperkuat barisan pertahanan yang bertekad menjaga kemerdekaan Indonesia serta melawan segala bentuk penjajahan, tanpa harus bersikukuh mempertahankan eksistensi laskar. Ketika Hizbullah dilebur ke dalam TNI, Panglima Hizbullah KH Zainul Arifin diangkat sebagai sekretaris pada pucuk pimpinan TNI atau semacam Sekretaris Jenderal Pertahanan Keamanan sekarang.

 
Berita Terpopuler