6 Fakta Islamnya Abu Darda Sahabat Nabi SAW yang Pernah Jadi Penyembah Berhala

Abu Darda tersadar dengan kelemahan berhala yang dia sembah

MgIt03
Ilustrasi Sahabat Nabi Muhammad SAW. Abu Darda tersadar dengan kelemahan berhala yang dia sembah
Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Abu Darda adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad yang sangat luar biasa. Sebelum menyatakan masuk Islam, ia adalah sosok penyembah berhala yang taat. 

Baca Juga

 

Dikutip dari buku “Abu Darda: Pedagang dan Ulama Besar" karya Fajar Dinar terbitan Titian Ilmu, Abu Darda adalah seorang penyembah berhala yang hidup di zaman Jahiliyah. Saat itu, manusia masih banyak yang terjebak di lubang kesesatan. Berikut ini sejumlah fakta terkait dengan Abu Darda:    

 

1. Nama asli Abu Darda adalah Uwaimir bin Malik Al-Khazraji. Ia adalah seorang penyembah berhala yang taat dalam peribadatannya. Namun, pada akhirnya ia mendapatkan hidayah dari Allah dan masuk Islam.

 

2. Abu Darda menyembah berhala yang didandani dan juga ditaburi harum-haruman, sebab ia menganggap benda itu adalah Tuhan yang wajib disembah. Akan tetapi, berkat perbuatan sahabatnya yang bernama Abdullah ibnu Rawahah, ia menyadari kekeliruannya dan langsung masuk Islam.

 

3. Abu Darda adalah seorang pedagang dan termasuk salah satu orang kaya di Madinah. Diceritakan, suatu hari Abu Darda tengah sibuk melayani para pembeli di tokonya. Para pelayannya dengan patuh menjalankan perintah majikannya.

 

Ketika Abu Darda sedang berada di tokonya, Abdullah Ibnu Rawahah datang berkunjung ke rumah sahabatnya. Hari itu ia hendak mencoba menyadarkan Abu Darda dari dari kesesatannya.

 

Di halaman rumah, Abdullah kemudian melihat istri Abu Darda, yaitu Ummu Darda. Dengan hormat, ia pun menanyakan keberadaan Abu Darda. Namun, Abu Darda sedang tidak berada di rumah. Seperti biasanya, ia sedang berdagang di tokonya.

 

Lalu, Abdullah meminta izin kepada Ummu Darda untuk menunggu sahabatnya itu di dalam rumah. Sementara, Ummu Darda melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

 

Abdullah duduk menunggu kedatangan sahabatnya datang dari took. Karena Darda belum kembali juga, kemudian ia masuk ke dalam kamar tempat menyimpan berhala sesembahan sahabatnya

 

Di dalam kamar itu, baunya harum semerbak. Keadaannya sangat rapi serta dipelihara dengan baik. Melihat hal itu timbulah perasaan muak dalam diri Abdullah. Ia menatap sesambahan sahabatnya itu dengan pandangan penuh kebencian.

 

Baca juga: Golongan Ini Justru akan Dilawan Alquran di Hari Kiamat Meski di Dunia Rajin Membacanya

Bagi Abdullah, manusia picik yang menyembah selain Allah SWTt. Benda seperti ini tak pantas untuk disembah, sebab tak mampu memberi manfaat bagi umat manusia.

 

Lalu, Abdullah pun mengeluarkan kapak yang dibawa dari rumahnya. Tanpa berfikir lagi, Berhala yang dipuja-puja oleh Abu Darda dihantam dengan kapak berkali-kali dalam waktu sekejap. Berhala sesembahan sahabatnya telah hancur berserakan di lantai.

 

“Jangankan memberi manfaat atau berkah, mempertahankan dirinya sendiri saja tidak mampu,” ujar Abdullah sambil terus pulang dengan rasa puas. 

Ummu Darda terkejut ...

 

 

Ummu Darda terkejut ketika menyaksikan kejadian tersebut. Ia menjerit keras sembari meratap memanggil nama berhala yang telah hancur berkeping-keping itu.

“Engkau kecelakaan saya wahai Abdullah ibnu Rawahah! Kau hancurkan patung yang disembah oleh Abu Darda!,” seru Ummu Darda sambil menampar pipinya berkali-kali.

Dia membayangkan bagaimana kemarahan Abu Darda jika nanti melihat kejadian tersebut. Walau bagaimanapun Abu Darda akan merasa dihina oleh sahabat karibnya tersebut. Kemungkinan besar di antara mereka akan timbul perkelahian.

Setelah Abu Darda pulang, ia pun langsung masuk ke dalam kamarnya dan menyaksikan berhala sesembahannya telah hancur berserakan di lantai menjadi belahan batu-batu kecil.

Timbullah kemarahannya kepada Abdullah ibnu Rawahah. Akan tetapi, nafsunya lambat laun mereda juga bagaikan api disiram air yang mengandung hikmah.

Otaknya terus mencari kebenaran yang terlihat di hadapan matanya. Diperhatikan dengan seksama patung sesembahannya tersebut, kemudian ia bergumam perlahan,

“Kalau ia benar Tuhan yang mempunyai kekuatan, mengapa tidak mampu mempertahankan dirinya? Kalau tidak bisa membela dirinya, apalagi untuk membela orang lain?.”

Cahaya Hidayah telah datang menembus kegelapan hati Abu Darda yang selama puluhan tahun hidup dalam dunia kesesatan. Kini muncullah kebenaran hakiki mengisi jiwanya yang paling dalam.

4. Hari itu juga Abu Darda pun langsung menuju ke rumah sahabatnya. Namun, kedatangannya bukan hendak melampiaskan kemarahan, tetapi minta diantar ke rumah Rasulullah SAW.

Baca juga: Alquran Sebut Ada Makhluk Hidup di Luar Angkasa, tapi Apakah Alien? Ini Kata Prof Quraish

 

Di hadapan Nabi SAW, kemudian Abu Darda  mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah menjadi seorang muslim, ia membaktikan hidupnya untuk beribadah kepada Tuhan dan beramal baik untuk umat manusia. 

5. Abu Darda pun dapat mencapai puncak ibadahnya, sehingga ia selalu mengulang-ulang pembacaan ayat suci Alquran yang berbunyi, 

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ 

Artinya: "Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam," (QS Al An'am [6]: 162)

6. Pada akhirnya, dia pun menjadi ulama besar di zaman Rasulullah SAW. Setelah melewati masa kekhusyukan dalam beribadah kepada Allah, Abu Darda wafat pada 652 Masehi.  

 
Berita Terpopuler