Mengenal Dar al Shifa, Konsep Penyembuhan dalam Islam

Dae al Shifa tumbuh subur di masa keemasan Islam.

wordpress.com
Mengenal Dar al Shifa, Konsep Penyembuhan dalam Islam. Foto: Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  Zaman Keemasan Islam diterima secara universal sebagai salah satu zaman penting dalam sejarah manusia. Masa ini juga dikenal luas karena pencurahan budayanya, terutama berkembangnya ilmu pengetahuan, matematika, arsitektur dan berbagai disiplin ilmu lainnya.

Baca Juga

Namun, yang kurang dikenal adalah kontribusinya terhadap kesehatan dan kesejahteraan. Dar al-Shifas, atau rumah pengobatan yang tumbuh subur di Anatolia selama periode tersebut, diketahui memberi dampak yang lama pada perawatan kesehatan modern.

Seorang psikiater senior dari Universitas Stanford di AS, Rania Awaad, sedang mempelajari konsep penyembuhan dalam Islam. Ia menggunakan wawasannya tentang Anatolian Dar al-Shifas, menantang konstruksi psikiatri modern dan Eurosentris, serta pemahaman tentang perawatan psikologis.

Dari Seljuk hingga Ottoman, Anatolia menjadi rumah bagi banyak Dar al-Shifas. Mereka menggunakan berbagai metode pengobatan, seperti terapi air, suara dan aroma.

Penelitian yang dilakukan Awaad menunjukkan tidak hanya metode perawatan di pusat medis ini berbeda dari rumah sakit yang diambil dari warisan Eropa, tetapi juga cara mereka mengenali tubuh manusia. Alih-alih melihat tubuh manusia sebagai bagian yang berbeda, mereka melihatnya sebagai aspek yang berbeda, fisik, mental dan spiritual, serta membahasnya menggunakan pendekatan holistik.

Di Türkiye, Awaad dapat melihat implikasi praktis dari apa yang dia baca di buku-buku tentang konsep penyembuhan dalam Islam. Hal ini lantas dia gunakan untuk menantang pemahaman modern tentang pengobatan psikiatri.

Ketika berkesempatan pergi ke Edirne, yang menampung Dar al-Shifa di dalam Museum Kesehatan Bayezid II, dia merasa sangat berbeda. Ia merasa seperti dapat melihatnya dalam kehidupan nyata, dalam bentuk 3D, tentang apa pun yang pernah ia baca dalam buku-buku teori.

“Air mancur, suara, pencahayaan, bahkan hal-hal seperti kualitas udara, semua ini sangat sulit dialami, kecuali jika Anda berada di sana secara langsung,” kata dia dikutip di TRT World, Rabu (9/8/2023).

Kunjungannya ini bahkan diklaim mampu membuatnya tahu bagaimana  Dar al-Shifas menciptakan suasana yang membantu orang pulih, bahkan hanya melalui desain mereka. Ketika masuk ke satu ruangan, secara otomatis orang akan menarik napas lebih dalam. Apa yang ada di dalamnya adalah taman, tanaman hijau dan ketenangan.

Salah satu hal yang membuatnya terkesan tentang desain Dar al-Shifas adalah gagasan tentang külliya. Berasal dari periode Seljuk dan berlanjut hingga era Ottoman, ini adalah konsep perencanaan kota yang menggabungkan berbagai bangunan umum dalam satu kompleks, dengan masjid di tengahnya dan dibangun di atas tanah wakaf.

Sebuah külliya akan mencakup madrasah, perpustakaan, Dar al-Shifas, dapur, toko roti, pemandian umum, dan lainnya dalam kompleks yang sama. Ide pembangunannya adalah semua bagian tubuh manusia harus sembuh bersama. Oleh karena itu, berbagai institusi yang menarik bagi pikiran, tubuh dan jiwa dibuat berdiri berdampingan.

Awaad juga menyoroti pentingnya menempatkan sekolah kedokteran di sebelah Dar al-Shifa di dalam kompleks ini. Melalui kedekatan dua institusi yang berbeda, sekolah dan hospis, sebuah pembelajaran praktis bisa terjadi.

Dar al-Shifa disebut mirip dengan rumah sakit mutakhir saat ini, yang mengintegrasikan berbagai metode penyembuhan seperti terapi suara, air dan aroma, ke dalam rejimen manajemen perawatan kesehatan mereka.

Jika dibandingkan dengan pemahaman penyembuhan modern, Eurosentris, Awaad menyebut mereka sangat berbeda dalam pendekatannya. Berakar pada iman Islam, mereka mengutamakan penyembuhan jiwa manusia.

Ia pun menunjukkan bahwa apa yang hilang dalam pengobatan psikiatri modern adalah penyembuhan spiritual. Dar al-Shifa menggabungkan beberapa rejimen pengobatan lanjutan, yang tidak tersedia untuk pengobatan psikiatri modern.

"Akan sangat bagus jika psikiatri modern mengintegrasikan indra yang berbeda ke dalam proses penyembuhan," lanjut dia. Idenya adalah agar bagian mana pun dari tubuh sembuh, maka semua bagian lain perlu sembuh secara bersamaan.

Dalam psikiatri, ada banyak fokus pada diagnosis dan terapi kognitif dan perilaku. Sebaliknya, konsep penyembuhan holistik yang berakar pada Islam dan dipraktikkan di Dar al-Shifas dahulu berfokus pada penyembuhan orang seutuhnya, pikiran dan tubuh, sambil mencari pengobatan individual untuk setiap orang.

"Akan ada pil dan diet khusus yang diresepkan untuk individu, dengan ahli gizi memasak makanan yang disesuaikan untuk orang tertentu. Tingkat penyesuaian itu benar-benar membuat perbedaan,” ucap dia.

Di bawah rejimen ini, penyembuhan akan memakan waktu dan usaha, serta dinilai tidak menawarkan perbaikan yang cepat seperti perawatan psikiatri modern.

Kerajaan Islam mungkin telah berakhir, tetapi di seluruh Türkiye, Dar al-Shifa masih berdiri. Mereka menawarkan wawasan tentang penyembuhan Islam sejak zaman Seljuk.

“Banyak Dar al-Shifa di sini masih ada, utuh dan sedang dalam pemulihan,” ucap Awaad. Ia pun menggambarkan kunjungannya melintasi Dar al-Shifa Türkiye, dari Istanbul ke Bursa, Edirne, Kayseri, Sivas dan Amasya.

Yang terlintas dalam benaknya usai perjalanan ini adalah keseragaman dalam desain mereka. Berulang kali, standar tersebut dipenuhi dan diulangi di beberapa kota di Türkiye, maupun di negara lain di seluruh dunia Muslim.

Standardisasi ini adalah kunci kerajaan Islam, yang dapat diamati di seluruh negara Islam. Mereka mengikuti konsep penyembuhan yang sama dalam filosofi desainnya, mulai dari air mancur, lengkungan dan detailnya, meskipun sudut dan ukurannya mungkin berbeda.

Hal lain yang menarik perhatiannya adalah keterlibatan perempuan dalam pembangunan Dar al-Shifas di Türkiye. Dalam beberapa kasus, nama Dar al-Shifa menunjukkan bahwa mereka didedikasikan untuk wanita. Bahkan, beberapa memiliki pelindung wanita yang membayar konstruksi dengan uang mereka sendiri, tanpa bantuan apa pun dari negara atau dari amal.

Pengalaman ini membawa Awaad ke titik buta besar di Barat, mengenai psikiatri dan Islam. Dia mengatakan sebagian besar muridnya di AS, bahkan Muslim, tidak tahu tentang hubungannya dan merasa bahwa psikiatri bukan milik dunia Muslim.

“Terapi itu sangat sekuler, tidak membuka kemungkinan untuk agama atau Tuhan. Seorang mukmin yang menjalani terapi merasa terputus, seperti ada sesuatu yang hilang," kata dia.

Namun, keterputusan ini dapat dibatalkan dengan menantang narasi dominan dan menulis ulang sejarah perawatan psikologis. Awaad pun memiliki tekad untuk melakukan itu, dengan cara mengungkapkan hubungan antara warisan Muslim dan psikologi modern.

Hal ini akan ia lakukan dengan menghidupkan kembali hubungan antara sistem perawatan kesehatan Islam Turki seperti yang dipraktikkan di Dar al-Shifas, dengan mengintegrasikan spiritualitas ke dalam proses terapi. Dia bertujuan untuk menghubungkan lebih banyak orang dengan psikiatri modern.

Untuk tujuan ini, dia telah mendirikan organisasi nirlaba, Madristan. Di dalamnya tercakup komunitas dan kelas penyembuhan, yang memungkinkan orang belajar psikologi dari perspektif Islam.

“Kami berharap ini akan menjadi cetak biru yang menjadi model bagi seluruh dunia, serta mengubah perawatan psikiatri," ujar Awaad.  

Sumber:

 

https://www.trtworld.com/turkiye/in-search-of-harmony-of-body-soul-concept-of-healing-in-islam-14370028

 
Berita Terpopuler