Erdogan Bujuk Putin Agar Rusia Ikut Lagi Kesepakatan Koridor Gandum

Erdogan menganggap kesepakatan koridor gandum sebagai jembatan perdamaian.

EPA-EFE/MIKHAIL TERESCHENKO / TASS HOST
A handout photo made available by TASS Host Photo Agency shows Russian President Vladimir Putin addressing a plenary session during the Second Summit
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya akan melakukan upaya diplomasi intens untuk menghidupkan kembali kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) yang melibatkan Rusia dan Ukraina. Moskow diketahui telah menolak memperpanjang masa aktif BSGI yang berakhir pada 18 Juli 2023 lalu.

Baca Juga

Dilaporkan Anadolu Agency, dalam percakapannya dengan Putin, Erdogan menekankan pentingnya BSGI. Erdogan menganggap kesepakatan tersebut sebagai jembatan perdamaian. 

Dia menambahkan, penangguhan BSGI dalam jangka panjang tidak akan menguntungkan siapa pun. Menurutnya, negara-negara berpenghasilan rendah yang membutuhkan pasokan gandum atau komoditas biji-bijian lainnya menjadi pihak paling terimbas.

Erdogan mengungkapkan, ketika BSGI diterapkan, harga biji-bijian turun 23 persen. Sejak BSGI tak lagi diperpanjang masa aktifnya, harga komoditas tersebut telah beranjak naik sebesar 15 persen. Menurut Direktorat Komunikasi Turki, Vladimir Putin telah setuju untuk berkunjung ke Ankara.

Sementara itu, menurut layanan pers Kremlin, dalam perbincangan dengan Erdogan, Putin menyampaikan kesiapan Rusia untuk berpartisipasi kembali dalam BSGI. Namun sebelum langkah itu diambil, Moskow menghendaki Barat memenuhi persyaratan-persyaratan yang tertuang dalam BSGI.

"Kesiapan untuk kembali ke perjanjian Istanbul (BSGI) telah dikonfirmasi, segera setelah Barat benar-benar memenuhi semua kewajiban terhadap Rusia yang terdaftar di dalamnya," kata Kremlin, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Putin pun menyampaikan kepada Erdogan bahwa saat ini Rusia sedang mengerjakan opsi pengiriman biji-bijian yang layak, termasuk secara gratis, ke negara-negara membutuhkan. Dalam KTT Rusia-Afrika yang digelar di St Petersburg pekan lalu, Putin mengatakan akan mengirimkan hingga 50 ribu metrik ton komoditas biji-bijian gratis untuk enam negara Afrika paling membutuhkan.

“Saya telah mengatakan bahwa negara kami dapat menggantikan biji-bijian Ukraina, baik secara komersial maupun sebagai bantuan hibah, untuk negara-negara Afrika yang paling membutuhkan. Terlebih lagi karena kami mengharapkan rekor panen lainnya tahun ini,” kata Putin, Kamis (27/7/2023) lalu.

Putin pun menyebutkan negara-negara Afrika yang kemungkinan akan menerima komoditas biji-bijian Rusia secara gratis. “Dalam tiga hingga empat bulan ke depan, kami akan siap mengirim 25 hingga 50 ribu metrik ton biji-bijian secara gratis ke masing-masing Burkina Faso, Zimbabwe, Mali, Somalia, Republik Afrika Tengah, dan Eritrea. Kami juga akan memberikan pengiriman gratis produk ini kepada konsumen,” ucapnya.

Putin turut menjelaskan tentang penerapan....

Pada kesempatan itu, Putin turut menjelaskan tentang penerapan BSGI. Dia mengungkapkan, sejak perjanjian itu disepakati Rusia dan Ukraina pada Juli 2022, sebanyak 32,8 juta ton kargo diekspor dari Ukraina. Namun Putin menyoroti fakta bahwa lebih dari 70 persen dari komoditas biji-bijian Ukraina, termasuk gandum,  dikirim ke negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas.

Putin menambahkan, pangsa negara-negara seperti Ethiopia, Sudan, dan Somalia hanya menyumbang kurang dari tiga persen dari total komoditas biji-bijian yang sudah dikirim dari Ukraina. Artinya kurang dari 1 juta ton biji-bijian yang sampai ke negara-negara Afrika terkait. Putin merasa bahwa hal itu telah mengingkari tujuan dari disepakatinya BSGI, yakni memastikan ketahanan pangan global dan membantu negara-negara termiskin, termasuk di Afrika.

Rusia telah menolak memperpanjang masa aktif BSGI yang berakhir pada 18 Juli 2023 lalu. Alasan utama Rusia menolak memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa ketentuan terkait kepentingan Rusia dalam kesepakatan itu tidak dilaksanakan. Tuntutan terkait penyambungan kembali Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) ke sistem pembayaran SWIFT, misalnya, belum direalisasikan. Sanksi Barat yang menyebabkan komoditas pertanian dan pupuk Rusia tak bisa memasuki pasar global juga tak kunjung dicabut.

Alasan lain mengapa Rusia enggan memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa kesepakatan tersebut sudah melenceng dari tujuan awal, yakni untuk memperlancar pengiriman komoditas pangan ke negara-negara membutuhkan. Namun Moskow menilai Ukraina secara terang-terangan “mengkomersialkan” BSGI dan mengirim produk pertaniannya ke negara-negara maju, terutama Eropa.

Masa aktif BSGI telah diperpanjang tiga kali, yakni pada November 2022, serta Maret dan Mei 2023. Pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam diblokade setelah Rusia melancarkan agresi ke negara tersebut pada Februari 2022 lalu. Pada Juli 2022, Rusia dan Ukraina dengan bantuan mediasi Turki serta PBB menyepakati BSGI. Kesepakatan tersebut diteken di tengah kekhawatiran terjadinya krisis pangan global akibat konflik Rusia-Ukraina.

Lewat BSGI, Moskow memberikan akses bagi Ukraina untuk mengekspor komoditas pertaniannya lewat tiga pelabuhannya di Laut Hitam. Sebagai gantinya, Moskow meminta operasi ekspor pertaniannya, termasuk pupuk, dibebaskan dari sanksi Barat. Rusia telah beberapa kali menyampaikan bahwa bagian dalam BSGI terkait pembebasan ekspor komoditas pertaniannya dari sanksi belum terealisasi. Hal itu menjadi salah satu faktor Moskow ingin keluar dari BSGI. 

 

 
Berita Terpopuler