Melihat Langsung Kondisi Hutan Kota di Cawang yang Diduga Jadi Lokasi Kumpulnya LGBT

Satpol PP akan berjaga 24 jam di kawasan Hutan Kota UKI.

Republika/Eva Rianti
Kondisi Hutan Kota UKI Cawang di Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Selasa (25/7/2023) malam, usai ramainya pemberitaan sebagai lokasi perkumpulan kaum LGBT.
Rep: Eva Rianti Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hutan Kota UKI Cawang yang berlokasi di Jalan Perindustrian, Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur diduga telah menjadi ‘sarang’ berkumpulnya kaum lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT) sejak lama. Warga sekitar menyebut kelompok itu telah berkeliaran di kawasan itu sekitar satu dekade yang lalu.

Berdasarkan pengamatan Republika.co.id di Hutan Kota UKI Cawang, Selasa (25/7/2023) malam, lokasi hutan kota itu tepat berada di seberang Universitas Kristen Indonesia (UKI), tepat di tengah-tengah Jalan Perindustrian dan Jalan Mayjen Sutoyo. Di sisi selatan hutan kota tampak cukup ramai karena terdapat deretan pedagang yang menjajakan berbagai makanan.

Namun, bergerak ke sisi utara, kondisinya terbilang sangat sepi. Hanya ada pepohonan yang menjulang dan besar dengan pencahayaan yang sangat minim dan remang-remang. Kondisinya di dalam hutan kota sangat gelap sehingga untuk memasukinya perlu menggunakan senter. Saat itu, tidak terlihat adanya sejumlah orang yang masuk ke dalam hutan kota, kecuali dua orang yang merupakan 'pasukan oranye' sedang melintas.

Kemudian, lalu lalang orang yang melintasi pedestrian luar hutan kota di sisi utara juga tidak begitu banyak. Tampak hanya ada satu pedagang starling yang mangkal di trotoar tersebut. Adapun di sisi tengah ada beberapa pagar yang terbuka dan menjadi akses keluar masuk.

Malam itu, sekira pukul 19.30 WIB, di sisi tengah luar hutan kota ada puluhan personel satuan polisi pamong praja (Satpol PP) yang berjaga, lengkap dengan mobil patroli. Informasinya, per hari ini, mereka berjaga selama 24 jam di kawasan tersebut, berdasarkan instruksi dari pemerintah kota setempat.

Republika.co.id berbincang-bincang dengan warga sekitar kawasan Hutan Kota UKI Cawang. Didapati informasi bahwa ruang terbuka hijau (RTH) itu memang sudah dikenal sebagai tempat berkumpulnya kaum LGBT.

“Itu (berkumpulnya kalangan LGBT di Hutan Kota UKI Cawang) sudah lama sebenarnya. Kurang lebih 10 tahun yang lalu,” kata salah satu warga, Agus (42 tahun), saat ditemui Republika.co.id di kawasan Hutan Kota UKI Cawang, Selasa (25/7/2023) malam.

Agus merupakan warga asli yang bertempat tinggal tak jauh dari Hutan Kota UKI Cawang. Dia mengaku cukup tahu, bahkan mafhum mengenai keberadaan kaum LGBT yang kerap berkumpul di lokasi ruang terbuka hijau (RTH) itu.

Saya terakhir liat satu pekan lalu...

Baca Juga

“Saya terakhir liat sekitar satu pekan yang lalu. Kalau sekarang kayaknya sudah enggak ada,” tutur dia.

Pria yang bekerja sebagai tukang ojek tersebut bercerita bahwa dirinya memang kerapkali melihat kaum LGBT beraktivitas di dalam Hutan Kota UKI Cawang. Bahkan secara terang-terangan dan leluasa, seperti menunjukkan aktivitas bermesraan sesama jenis.

“Bukan sering lihat lagi (hampir selalu). Jadi mungkin mereka pikir tempatnya aman dan strategis, mereka nyaman. Rata-rata ya memang orang-orang seperti itu memang mencari tempat seperti ini, yang gelap dan tidak berada di lingkungan permukiman masyarakat. Beda kalau mereka berkumpul di lingkungan padat penduduk, banyak dampaknya, mereka enggak diterima,” ujar dia.

Menurut penuturan Agus, rerata kaum tersebut yang berkumpul di Hutan Kota UKI Cawang adalah mereka yang berusia produktif di bawah 50 tahun. Mereka diduga merupakan pendatang yang berasal dari Jawa ataupun Sumatra yang bertempat tinggal di kontrakan atau kos-kosan. Adapun latar belakang mereka adalah pekerja, seperti pekerja perkantoran, salon, tata boga, hingga IT.

Hal itu diketahui oleh Agus karena pernah dilakukan penggerebekan terhadap kalangan tersebut pada sekitar 2020 oleh pihak RT setempat bersama warga. Pada saat itu dilakukan pula pengecekan identitas, sehingga bisa diperoleh informasi personal mereka. Agus masih mengingatnya.

“Pernah dilakukan penggerebekan di dalam hutan kota sekitar tiga tahun yang lalu. Jadi ada laporan masuk ke RT lalu bersama dengan warga menggerebek. Lalu dinasihatin, sekadar diberi peringatan. Tapi enggak kontinyu jadi muncul lagi muncul lagi. Kalau kontinyu mungkin akan hilang sendiri,” kata Agus.

Agus mengaku aktivitas kelompok LGBT di Hutan Kota UKI Cawang sangat meresahkan. Dia berharap, penjagaan yang dilakukan oleh Satpol PP secara nonsetop dapat dilaksanakan secara kontinyu, sehingga kaum tersebut lama-lama menjadi enggan untuk menjadikan Hutan Kota UKI Cawang sebagai ‘sarang’ berkumpul kaum tersebut.

 
Berita Terpopuler