Warganet Dorong Kembalikan Wisuda Buat yang Lulus Kuliah Saja, Ini Kata Orang Tua

Wisuda sekolah ada juga yang berbiaya besar karena dirayakan secara berlebihan.

Tangkapan layar Twitter
Warganet mendorong agar wisuda dikembalikan untuk anak kuliah saja, tidak perlu diselenggarakan untuk menandai kelulusan dari TK, SD, SMP, dan SMA.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama bertahun-tahun, acara wisuda sekolah sudah menggantikan kegiatan acara perpisahan anak TK, SD, SMP, hingga SMA. Namun, tidak semua orang sepakat dengan adanya prosesi wisuda di level pendidikan tersebut.

Apalagi, acaranya terkadang berlebihan hingga memberatkan orang tua. Wisuda sekolah ada yang berbiaya besar karena digelar di balai pertemuan atau hotel, menetapkan aturan dress code, hingga mengundang musisi papan atas.

Di ujung tahun ajaran 2022/2023, warganet pun ramai mendorong agar wisuda dikembalikan hanya untuk penanda kelulusan mahasiswa dari perguruan tinggi. Terlepas dari kontroversinya, salah satu orang tua murid, Agia Kamilia, mengaku setuju dengan adanya wisuda anak untuk TK, SD, SMP, SMA/SMK karena hal itu menjadi salah satu kebanggaan tersendiri untuk anak dan orang tuanya.

Baca Juga

"Selama sekian lama menempuh pendidikan, apalagi jenjang SD harus ditempuh selama enam tahun, akan menjadi suatu kenangan indah adanya wisuda ini," kata Agia kepada Republika.co.id, Rabu (14/6/2023).

Agia mengamini bahwa memang tidak sedikit biaya yang dibutuhkan untuk wisuda anak, mulai dari pakaian, riasan, hadiah, maupun persiapan lainnya. Melihat anak temannya yang wisuda TK menggunakan toga, Agia merasa kegiatan wisuda anak terlihat lucu. Di sekolah anaknya, peserta didik lulus menggunakan kebaya dan batik dengan warna seragam.

"Biayanya menurut saya tidak jadi persoalan. Yang penting anak senang dan bisa memiliki kenang-kenangan wisuda," ujar Agia.

Baca juga:

Biayanya Kuras Kocek Orang Tua, Tradisi Wisuda TK, SD, SMP, dan SMA Perlu Dilanjutkan?

Agia menyebut biaya untuk mengisi acara juga tidak sedikit, mulai dari pakaian, riasan, dan perlengkapan lainnya. Salah satu cara Agia menyiasatinya ialah merias wajah sendiri sehingga tidak perlu menyiapkan bujet untuk makeup artist.

Salah satu segi positif wisuda anak, menurut Agia, adalah anak bisa menampilkan bakatnya, misalnya tampil menyanyi saat acara wisuda. Anak juga bisa menunjukkan kemampuan berpidato, ceramah, menari, atau bermain alat musik.

"Selama proses wisuda juga ada momen momen mengharukan karena perjuangan selama enam tahun akhirnya terbayar dengan kelulusan dan wisuda yang menjadi kenangan," kata dia.

Orang tua pelajar TK, Yusmaini Ratna Sari, juga setuju dengan adanya wisuda anak. Syaratnya, acara tidak mengeluarkan biaya yang banyak.

"Buat kenang-kenangan anak kelak karena tak selalu dan tak semua orang tua mampu menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi yang di mana wisuda sebenarnya hanya ada di perguruan tinggi saja," ujar Yusmaini.

Menurut Yusmaini, wisuda dan segala rangkaian acaranya bisa menggantikan momen pelepasan/perpisahan, yang umumnya dilakukan pelajar TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK. Anak bisa menampilkan sesuatu yang mereka capai selama di sekolah.

Untuk kegiatan wisuda anaknya, Yusmaini mengeluarkan biaya kurang dari Rp 500 ribu. Dia menjelaskan sebagian besar biaya sudah ditanggung pihak sekolah.

"Alhamdulillah tidak merasa repot, malahan senang karena ini momen pertama untuk saya mengurus wisuda anak," kata dia.

Yusmaini mengatakan wisuda diikuti oleh semua siswa karena biaya juga sudah ditanggung sekolah sebagian. Sekolah menyampaikan tidak memiliki konsekuensi kepada siswa yang tidak mengikutinya.

Orang tua murid lainnya, Sri Mulyasari, juga setuju dengan adanya wisuda anak. "Emang sih ya, beda generasi, beda lagi trennya, kalau menurut aku, wisuda yang lagi ngetren sekarang ini adalah bentuk apresiasi siswa-siswi yang patut dihargai atas pencapaiannya," ujar wanita yang akrab disapa Lya itu.

Menurut Lya, wisuda anak juga bisa menjadi kenangan yang bagus. "Jadi, asalkan masih dalam tahap wajar sih aku rasa nggak masalahnya ya seharusnya," kata Lya.

Di sekolah anaknya, wisuda TK lebih menunjukan perkembangan si anak, yakni dengan menampilkan kepiawaiannya dalam mengoordinasikan gerak motorik halus dan kasarnya. Intinya, menurut dia, wisuda anak, khususnya di jenjang TK, sifatnya lebih ke kegiatan yang menyenangkan. Untuk biayanya, Lya merasa masih cukup terjangkau.

"Mungkin dibilang repot nggak juga, justru jadi momen keseruan bagi kami selaku orang tua," ujar Lya.

Menurut Lya, hal itu bagian dari tugas kewajiban untuk orang tua untuk mempersiapkan dengan matang anaknya, baik dari segi finansial maupun asupan makanan. Saat momen wisuda, Lya mengatakan semua murid berpartisipasi dalam kegiatan itu dan dia tidak mendengar ada konsekuensi yang diutarakan dari pihak sekolah.

"Tentunya, pihak yayasan sekolah juga membantu para siswa yang kurang mampu dalam segala hal, terutama untuk biaya sekolah dan wisuda," kata Lya.

Sementara itu, orang tua murid, Amita Putri menyatakan tidak setuju dengan adanya wisuda anak. Jika mengutip KBBI, arti wisuda adalah peresmian atau pelantikan yang dilakukan dengan upacara khidmat. "Tidak setuju, kalau prosesi kelulusan pelajar TK-SMA seperti wisuda para sarjana," ujar Amita.

Untuk pelajar, menurut Amita, cukup menggunakan istilah kelulusan saja. Prosesinya juga tidak perlu memakai toga hingga persiapan lain seperti lulusan perguruan tinggi.

"Anak saya tahun ini duduk di bangku TK A. Dia diundang untuk mengisi acara perpisahan/kelulusan murid2 TK B, dan nggak ada istilah wisuda, pun rangkaian acaranya nggak ada prosesi wisuda-wisudaan," kata Amita.

Amita lebih menyukai istilah kelulusan/perpisahan untuk pelajar. Di sekolah anaknya, kegiatan pelepasan/kelulusan tidak menonjolkan capaian murid-murid, lebih fokus kepada pentas terakhir untuk anak didik yang akan lulus.

Terkait biaya, menurut Amita, uang perpisahan/kelulusan diambil dari dana kas. Setoran uang kas per bulan untuk TK A sebesar Rp 30 ribu, sementara TK B senilai Rp 50 ribu per bulan. Jika diakumulasi, uang kas dikumpulkan sejak Juli 2022-Mei 2023 maka 11 bulan kali Rp 30 ribu menjadi Rp 300 ribu. Terkait kostum/baju saat acara pelepasan hanya memakai seragam sekolah, sehingga orang tua tidak ribet.

"Memang sempat pakai kostum menari, tapi itu diurus komite sekolah dan sanggar yang repot mendandani anak-anak," ujar Amita.

Sementara itu, di Twitter, akun @IMCMushroom milik Izz Al Wiru melampirkan tangkapan layar berita Republika.co.id dengan judul "Beratkan Orang Tua, Kemendikbudristek Diminta Tegas Larang Wisuda di Tingkat TK-SMA". Dia mengaku setuju dihapuskannya wisuda selain untuk anak lulus kuliah.

"Saya sih setuju banget, TK sampai dengan SMA nggak usah ada wisuda, wisuda hanya untuk perguruan tinggi saja. Ada yang setuju?" tulisnya di Twitter pada Rabu (14/6/2023).

Menanggapi cicitan tersebut, pemilik akun @Wiparayudha, mengaku setuju sekali dengan peniadaan wisuda anak sekolah. Sebab, biayanya memberatkan.

"Setuju banget. Dulu juga begitu. Lagian acara wisuda membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Anak cewekku mau wisuda bayar Rp 4,5 juta," katanya diikuti emoji tangis.

Dalam kelanjutan cicitannya, @Wiparayudha menyebut kini semuanya dijadikan proyek bisnis. Sementara itu, pemilik akun Twitter @kutubuku78 menyebutnya sebagai pungli dan akun @IMCMushroom pun menimpailinya dengan mengatakan biaya wisuda adalah pemborosan.

"Setuju itu hanya pemborosan, wali murid yang bengek menyiapkan dananya," kata Meferdi ferdi, pemilik akun Twitter @MefediF.

 
Berita Terpopuler