Istri Hanan Attaki Unggah Foto Kakeknya, Pendiri NU Tuban

Ia adalah seorang Ahlul Alquran yang begitu alim khususnya dalam bidang ilmu qiraat.

Instagram
Istri Ustadz Hanan Attaki, Haneen Akira. Istri Hanan Attaki Unggah Foto Kakeknya, Pendiri NU Tuban
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendakwah yang sangat dekat dengan kalangan milenial, Ustadz Hanan Attaki, menjadi perbincangan hangat setelah dibaiat sebagai warga NU. Sementara, istri Hanan Attaki Haneen Akira sudah mendeklarasikan sejak jauh hari dirinya berasal dari keluarga NU.

Hal itu tampak dari unggahan foto Haneen Akira di akun Instagram-nya pada 20 Februari lalu. Foto ini diunggah Haneen Akira setelah suaminya sempat ditolak berceramah di Masjid Muttaqin Pamekasan pada 12 Februari 2023 lalu.

Melalui akun @haneenakira, ia mengunggah foto kakeknya, KH Chusen, yang disebutnya sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Tuban. Dalam foto itu tampak juga nenek Haneen Akira yang bernama Hj Siti Fatimah. Dalam keterangan foto itu, ia pun menjelaskan tentang profil singkat Kiai Chusen yang disebutnya sebagai “Kiai Wira’i dari Bumi Wali”.

Haneen Akira menjelaskan, Tuban dikenal sebagai “Bumi Wali” karena begitu banyak aulia penyebar cahaya Islam, seperti Sunan Bonang, Maulana Ibrahim Asmoroqondi, Sunan Bejagung, dan lain-lain.

Nun jauh di tepi Pesisir Tuban, tepatnya di Desa Jenu, tersebutlah Mbah Kiai Chusen. Ia adalah seorang Ahlul Alquran yang begitu alim, khususnya dalam bidang ilmu kiraat. Ia adalah putra dari Kiai Hasan, ulama asli Singgahan Tuban yang pernah menempuh studi di Tanah Suci Makkah selama delapan tahun.

Baca Juga



Dari sebuah sumber, Haneen Akira juga mengungkapkan bahwa Mbah Kiai Chusen masih terhitung keturunan Mbah Abdul Jabbar, yang dimakamkan di Nglirip, Mulyoagung, Singgahan. “Apabila benar demikian, beliau masih memiliki hubungan kekerabatan dengan pendiri cikal bakal Pesantren Tambakberas, Mbah Abdus Salam (Mbah Sechah), yang juga sebagai leluhur dari Pesantren Tebuireng dan Denanyar,” kata Haneen.

Seperti penjelasan putri Kiai Chusen, dia melanjutkan, pada usia remaja beliau telah diajak oleh seorang ulama dan saudagar dari Kota Kudus, Syekh Shodaqoh, menuju Haramain. Menurut dia, kakeknya kemungkinan juga sempat belajar di Madrasah Shaulatiyah yang didirikan pada 1292 H oleh Syekh Rahmatullah ibn al-Khalil al-Hindi ad-Dahlawi, ulama besar kelahiran India yang terhitung nasabnya bersambung kepada sahabat Usman bin Affan RA.

“Madrasah Shaulatiyah merupakan madrasah berpaham Ahlussunnah wal Jamaah yang berdiri di dekat Masjidil Haram, Makkah,” kata Haneen.

Secara historis, menurut dia, madrasah ini menjadi kawah candradimuka ulama nusantara lain seperti Hadratu as-Syekh KH Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul Ulama), Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid (Pendiri Nahdlatul Wathan), Syekh Mustofa Husein Nasution (Pendiri Pondok Pesantren Al-Musthafawiyah, Mandailing Natal, Sumatera Utara), al-Musnid ad-Dunya Syekh Yasin al-Fadani, dan ulama-ulama lainnya.

Seperti ulama-ulama sebelumnya, lanjut dia, Kiai Chusen kemudian kembali ke kampung halamannya. Tak berlangsung lama, ia dinikahkan dengan Fatimah binti Romli yang berasal dari Tambakboyo, Tuban (sumber lain mengatakan dari Jenu, Tuban).

Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai enam orang anak, di antaranya Zawawi, Ruqoyyah, Nafisah, Azizah, Husniyah, dan Hasan Bisri. Dan dari jalur Ruqoyyah itu terlahir Haneen Akira.

“Tidak hanya mengasuh pesantren, Kiai Chusen juga aktif dalam Nahdlatul Ulama (NU). Beliau tercatat sebagai salah satu pendiri NU Tuban pada 1935 M,” ujar Haneen Akira.

Dia mengatakan, kakeknya tersebut menjadi pengurus NU di periode awal. Kiai Chusen menjabat sebagai Rais Syuriah, dengan Rais Tanfidziyah-nya adalah Kiai Umar Faruq.

“Ada kisah menarik saat beliau menjadi pengurus NU. Ia hampir tidak pernah absen untuk hadir dalam perhelatan Muktamar NU. Ia bersama Kiai Dimyati, Kaliuntu, sampai rela berboncengan dengan sepeda kayuh ke arena Muktamar,” kata Haneen.

Kisah kealiman Kiai Chusen sendiri juga diakui ulama Ahli Alquran lain, KH Arwani Amin asal Kudus. Dikutip dari buku “Terompah Kyai, Kisah Hikmah dan Inspirasi dari Pojok Pesantren”, suatu ketika ada salah satu santrinya berniat ‘tabarukan’ kepada Kiai Arwani.

Sesampainya di Kudus, santri tersebut diberitahu, “Sampeyan (Anda) dari Jenu kok menghafal Alquran di sini, di Jenu kan ada Kiai Chusen?” Meski begitu, santri tersebut tetap diterima. Kiai Arwani juga tercatat pernah tabarrukan ke Kiai Chusen, walaupun hanya sebentar.

Tercatat juga bahwa Yusuf Masyhar, santri Kiai Chusen yang cemerlang dijodohkan dengan Nyai Ruqayyah, cucu Kiai Hasyim Asy’ari. Sedangkan Nyai Ruqayyah adalah putri dari KH Ahmad Baidhowi Asro dan Nyai Hj  Aisyah.

“Melacak jalur dan lajur dakwah Islam nusantara sangat bermanfaat untuk lebih menghargai perjuangan pendahulu kita, kembali pada kemurnian perjuangan bangsa, mempererat ukhuwah islamiyah dalam kesatuan indonesia,” Kata Haneen Akira.

“Stop adu domba bangsa!,” tegas Haneen mengakhiri tulisannya di kolom komentar unggahan foto kakek dan neneknya tersebut.

 
Berita Terpopuler