Tiadakan Tes Calistung, Nadiem Ulas Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan

Nadiem menegaskan kesiapan anak bersekolah adalah sebuah proses.

Republika/Prayogi
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim usai memberikan arahan dalam acara Puncak Apresiasi Talenta Berprestasi dan Mitra 2022 di Gedung A Kemendikbudristek, Jakarta, Selasa (20/12/2022). Dalam acara tersebut Republika mendapatkan apresiasi sebagai mitra media atas kontribusinya dalam mendukung dan menyukseskan ajang talenta 2022. Nadiem tiadakan tes calistung sebagai syarat masuk SD.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar Episode ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan. Kebijakan tersebut sekaligus meniadakan tes baca, tulis, hitung (calistung) sebagai syarat masuk sekolah dasar.

"Kemampuan calistung yang sering dibangun secara instan masih dianggap sebagai satu-satunya bukti keberhasilan belajar, bahkan tes calistung masih diterapkan sebagai syarat penerimaan peserta didik baru (PPDB) SD/MI/sederajat," ujar Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, saat peluncuran Merdeka Belajar Episode ke-24 di Jakarta, Selasa (28/3/2023).

Baca Juga

Nadiem mengatakan, hal itu membuat saat ini kemampuan yang dibangun pada anak di PAUD masih sangat berfokus pada calistung. Ia menyebut Merdeka Belajar Episode ke-24 digulirkan untuk mengakhiri miskonsepsi tentang calistung pada PAUD dan SD/MI/sederajat kelas awal, yakni kelas 1 dan 2, yang masih sangat kuat di masyarakat.

Untuk mengakhiri miskonsepsi tersebut, Nadiem menyampaikan empat fokus yang perlu dilakukan dalam pembelajaran. Pertama, transisi PAUD ke SD perlu berjalan dengan mulus.

Proses belajar mengajar di PAUD dan SD/MI/ sederajat kelas awal harus berkesinambungan dan selaras. Kedua, setiap anak memiliki hak untuk dibina agar kemampuan yang diperoleh tidak hanya kemampuan kognitif, tetapi juga kemampuan fondasi yang holistik.

"Bukan hanya kognitif, anak-anak juga berhak mendapatkan kemampuan holistik seperti kematangan emosi, kemandirian, kemampuan berinteraksi, dan lainnya," kata Nadiem.

Lalu, fokus ketiga adalah terkait kemampuan dasar literasi dan numerasi yang harus dibangun mulai dari PAUD secara bertahap dan dengan cara yang menyenangkan. Fokus keempat, "siap sekolah" merupakan proses yang perlu dihargai oleh satuan pendidikan dan orang tua yang bijak.

Setiap anak, menurut Nadiem, memiliki kemampuan, karakter, dan kesiapan masing-masing saat memasuki jenjang SD. Karena itu, setiap anak tidak dapat disamaratakan dengan standar atau label-label tertentu.

"Siap sekolah adalah proses, bukan hasil. Bukan sekadar pemberian label antara anak yang sudah siap atau belum siap sekolah," jelas Nadiem.

 
Berita Terpopuler