Xanthelasma Sering Terlihat pada Stadium Lanjut Penyakit Hati Berlemak

Tanda di sekitar mata bisa menandakan perubahan kondisi penyakit hati berlemak.

Instagram dr Pimple Popper
Dr Sandra Lee alias dr Pimple Popper memperlihatkan xanthelasma pada mata pasiennya. Xantelasma merupakan salah satu pertanda kolesterol tinggi.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit hati berlemak adalah kondisi progresif yang pada akhirnya menyebabkan jaringan parut pada organ hati.

Pada awalnya penyakit ini sering kali tidak memiliki gejala. Tetapi penyakit cenderung memburuk pada setiap tahapnya.

Komplikasi kulit seperti xanthelasma sering terlihat pada stadium lanjut penyakit hati berlemak (fatty liver disease). Ada hubungan yang kuat antara penyakit autoimun sirosis bilier primer dengan hiperkolesterolemia alias kondisi ketika kadar kolesterol di dalam darah terlalu tinggi.

Hubungan yang kuat tersebut dapat menjelaskan kecenderungan orang untuk mengembangkan xanthelasma dan xanthoma kulit. Dilansir Express, Rabu (8/3/2023), xanthoma adalah istilah medis yang menggambarkan pertumbuhan benjolan kuning yang cenderung berada di sudut dalam kelopak mata atas dan bawah, berbentuk busur.

Baca Juga

Dalam dunia medis, xanthelasma dan xanthoma sering berfungsi sebagai tanda peringatan dini bahwa kolesterol sudah mulai menumpuk di dalam pembuluh darah. Bahkan, Journal of Inflammation Research menyatakan bahwa hingga 67,9 persen pasien xanthoma kulit memiliki kelainan lipid darah.

"Oleh karena itu, xanthelasma tidak hanya memengaruhi penampilan kosmetik, tetapi juga berfungsi sebagai tanda bahaya hiperlipidemia," tulis jurnal tersebut.

Jurnal itu menyebut penampakan kulit terkait penyakit lain yang lebih jarang, termasuk sindrom sicca dan vitiligo. Seiring waktu, hiperlipidemia atau kadar kolesterol yang meningkat berkontribusi pada pembentukan plak keras yang lengket di dinding pembuluh nadi (arteri).

Plak yang keras mengurangi jumlah ruang yang tersedia untuk aliran darah. Semakin banyak literatur yang mendukung kaitan xanthelasma dengan kesehatan jantung dan hati, meskipun terutama dihubungkan dengan keberadaan kolesterol dalam aliran darah.

Dua tahun yang lalu, Journal of Inflammation Research menunjukkan bahwa penyakit hati berlemak memiliki faktor risiko yang sama dengan penyakit aterosklerosis. Melansir situs resmi Kementerian Kesehatan Republika Indonesia (Kemenkes RI), aterosklerosis merupakan penyempitan pembuluh darah yang diakibatkan oleh penumpukan plak kolesterol pada dinding pembuluh darah tersebut.

Para peneliti kemudian terdorong karena hal itu untuk menyelidiki apakah pasien dengan xanthelasma juga berisiko terkena penyakit hati berlemak nonalkohol. Dalam analisis mereka, para ilmuwan menemukan pasien dengan bentuk penyakit hati berlemak nonalkohol yang lebih serius menunjukkan skor xanthelasma yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut.

Para penulis juga mencatat bahwa kondisi tersebut cenderung lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria. Penyakit hati berlemak nonalkohol dengan xanthelasma menyerang individu berusia sekitar 40 hingga 50 tahun.

Selain itu, WebMD mengemukakan sebagian besar kolesterol yang didapatkan dari makanan berakhir di hati. Laman kesehatan tersebut menjelaskan ketika memiliki terlalu banyak kolesterol, risikorisiko penyakit hati berlemak akan meningkat.

"Kolesterol tinggi juga dapat mengubah penyakit hati berlemak menjadi kondisi yang lebih serius dan terkadang fatal yang dikenal sebagai steatohepatitis nonalkohol," ujar WebMD.

Steatohepatitis adalah istilah medis untuk sejenis penyakit hati di mana lemak menumpuk di dalam hati orang yang minum sedikit atau tidak mengonsumsi alkohol. Hasilnya adalah peradangan pada hati dan kerusakan sel, yang berkontribusi pada jaringan parut pada organ. Hal tersebut dikenal sebagai sirosis.

Di sisi lain, Pelayanan Nasional Kesehatan (NHS) Inggris menyatakan perlu waktu bertahun-tahun sebelum hati mulai terbentuk jaringan parut. Jadi, tidak ada kata terlambat untuk mengubah gaya hidup.

Contohnya, berolahraga secara teratur dan membatasi asupan makanan berlemak dapat membantu memperbaiki penyakit hati berlemak nonalkohol, meskipun berat badannya tidak turun.

 
Berita Terpopuler