Masjid Jama, Mahakarya Terakhir Dinasti Mughal

Masjid Jama dibangun oleh Shah Jahan

EPA-EFE/RAJAT GUPTA
Pemandangan umum masjid Jama Majid yang hampir sepi pada kesempatan Idul Adha karena tetap ditutup untuk umum karena pembatasan Covid-19 di Kawasan Lama Delhi, India, 21 Juli 2021. Idul Adha adalah yang paling suci dari dua hari raya umat Islam yang dirayakan setiap tahun, itu menandai ziarah Muslim tahunan (haji) untuk mengunjungi Mekah, tempat paling suci dalam Islam. Muslim menyembelih hewan kurban dan membagi daging menjadi tiga bagian, satu untuk keluarga, satu untuk teman dan kerabat, dan satu untuk orang miskin dan membutuhkan.
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Dinasti Mughal telah meninggalkan begitu banyak bangunan bersejarah di kawasan anak benua. Satu di antaranya yang tak boleh diabaikan adalah Masjid Jama atau dikenal juga dengan nama Masjid Jumat. Masjid ini berdiri di kawasan Old Delhi, India.

Baca Juga

Bangunan itu disebut-sebut sebagai karya magnum opus atau mahakarya terakhir dalam bidang arsitektur dari dinasti yang dipimpin oleh Shah Jahan.Masjid ini memiliki ukuran bangunan dengan panjang 80 meter dan lebar 27 meter.

Pada bagian atap terdapat kubah berbentuk bawang. Total kubah masjid ini berjumlah 25, termasuk di antaranya tiga kubah utama. Pada bagian dasar kubah utama ini memiliki bentuk silindris menyerupai drum. Bentuk kubah macam inilah yang kemudian banyak menginspirasi arsitektur masjid di seluruh dunia pada masa berikutnya. Boleh dibilang, bentuk kubah dari masjid Jama menjadi ciri khusus dari gaya arsitektur Mughal. 

Penanda lainnya dari ciri Mughal ini terlihat pada bentuk menara. Menara masjid tersebut menempel dengan bangunan induknya. Jumlah menara utama masjid ini ada dua. Masing-masing memiliki ketinggian mencapai 41 meter. Untuk mencapai posisi puncaknya, terdapat 130 anak tangga.

Dari posisi puncak menara itu, pandangan akan terlihat begitu lapang. Bentangan kota Old Delhi, benteng Red Fort di sudut utara, semua dapat terlihat tanpa halangan. Tak heran pula jika masjid ini dikenal dengan sebutan Masjid-i Jahanuma atau masjid yang menjadi perhatian dunia. Keindahan menara tersebut dilengkapi pula dengan ornamen berpola garis vertikal.

Garis tersebut memiliki warna putih dan merah bata yang saling berselang-seling. Pola pewarnaan putih-merah itu menjadi corak yang sangat dominan pada seluruh bangunan masjid. Utamanya pada bagian eksterior.

Pada lokasi menuju pintu utama, terdapat pula menara dengan diameter lebih kecil. Menara ini hadir untuk menopang ruang berbentuk kotak. Bagian itu menjadi celah utama menuju gerbang masjid. Pada bagian ini dihiasi pula dengan bentuk lengkungan dengan ujungnya yang dibuat menyatu dan melancip.

Di sebelah kiri dan kanan dari ruang kotak ini terdapat arcade atau semacam lorong. Bagian kolom penghubung antara bagian arcade ini memiliki pola lengkungan. Jarak antara lengkungan itu rata-rata selebar dua meter. Arcade tersebut berfungsi sebagai akses menuju bagian masjid dan halaman. Pada bagian langit-langit arcade ini juga dipenuhi ornamen geometris yang menawan.

Sementara itu, selasar atau teras ini saling berhubungan, mulai dari sisi sebelah timur, selatan, hingga utara. Hadirnya selasar itu memberikan kesan teduh bagi setiap pelancong yang mengunjungi tempat tersebut.

Masjid ini memiliki tiga pintu gerbang. Setiap pintu gerbang memiliki sebuah menara dengan bagian teratasnya dihiasi oleh bentuk kubah menyerupai bawang. Tampilan itu juga menjadi ciri utama dari bangunan bergaya Mughal ini.

Keindahan masjid tersebut semakin bertambah ketika memasuki bagian interior. Jika memandang dari sisi sebelah selatan menuju utama maka bentangan karpet berwarna merah itu terlihat begitu serasi dengan bagian lengkungan di bagian ujungnya. Tampilan ini memberikan kesan masjid layaknya sebuah lorong yang panjang.

Lalu, dari bagian selasar masjid untuk menuju ke bagian dalam terdapat tiga anak tangga yang terletak masing-masing di sisi timur, utara, dan selatan. Lantai masjid ini dilapisi dengan batu pualam berornamen bergaris menyerupai sajadah masing-masing berukuran 95 x 45 cm. Pola ini sekaligus juga menjadi penanda bagi shaf shalat. Setidaknya, ada 899 ornamen yang sama di lantai dalam masjid.

Untuk kesan megah, begitu sangat terasa ketika melihat sisi mihrab masjd. Bagian ini memiliki ceruk ke dalam. Warna bagian itu kuning keemasan. Warna tersebut membuatnya terlihat begitu menonjol dengan warna merah bata yang hampir menghiasi bagian dinding interior masjid. Pada bagian mihrab ini terhias pula ukuran kaligrafi berbahasa Arab yang berpadu dengan pola bentuk geometris.

Dalam mengonsep masjid tersebut, perhatian khusus dicurahkan oleh Sultan Shah Jahan pada bagian interior ini. Selain perhatian khusus pada pembuatan kaligrafi Alquran yang menghias masjid ini, ia juga sengaja membuat mimbar yang ada di bagian mihrab masjid itu berada pada posisi lebih tinggi dari singgasananya yang terletak di Red Fort.

Ini menjadi sebuah simbol atas pengakuannya terhadap nilai keimanannya sebagai seorang Muslim. Sejatinya, kekuasaan yang ia miliki bukanlah kekuasaan yang absolut dibandingkan kekuasaan Ilahi yang menjadi perwujudkan keyakinan spiritualnya.

 
Berita Terpopuler