Banten Pintu Masuk Bangsa Eropa Jajah Indonesia

Banten, sekitar 500 tahun lalu, pernah menjadi bandar terbesar di pulau Jawa.

network /Kurusetra
.
Rep: Kurusetra Red: Partner

Pelabuhan Karangantu. Sekitar 500 tahun lalu, pernah menjadi bandar terbesar di pulau Jawa. Foto: IST

CERITA ABAH: Artikel ini adalah warisan berupa tuturan dari sejarawan sekaligus wartawan senior (Almarhum) Alwi Shahab kepada kami dan kami tulis ulang. Selamat Menikmati.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Banten sejak 4 Oktober 2000 disahkan menjadi provinsi. Perjuangan rakyat di provinsi paling barat pulau Jawa ini untuk berdiri sendiri sudah berlangsung lama. Awalnya, ketika pada 1963, para tokoh Banten dari berbagai kecamatan membentuk Panitia Provinsi Banten.

Sejak menjadi provinsi, sejumlah tokoh masyarakat setempat yakin, Banten yang berpenduduk 9,6 juta (2000), mempunyai prospek baik. Bahkan, tokoh masyarakat H Tubagus Chasan Sochib, yang juga seorang pendekar, yakin, “Insya Allah, 15 tahun ke depan Banten menjadi seperti Brunei Darussalam, tidak kalah dengan Malaysia.”

BACA JUGA: Humor Gus Dur: Nakal Sejak Kecil Bikin Gus Dur Jadi Orang Muhammadiyah

Optimismenya ini berdasarkan kenyataan, berbagai proyek raksasa, industri berat dan ringan kini berada di provinsi ini. Seperti Bandara Internasional Cengkareng. Belum lagi kawasan industri Cilegon yang memiliki 50 industri besar, baik PMA dan PMDN. Krakatau Steel dengan 16 anak perusahaan.

Bumi Serpong Damai (BSD) yang terus berkembang jadi kota satelit modern. Tangerang dengan lebih dari 6.000 unit perusahaan, kecil dan menengah. Ratusan tempat peristirahatan tepi pantai, dengan puluhan hotel berbintang yang tiap hari libur menyedot ribuan pengunjung. Masih banyak lagi aset yang dimiliki provinsi ini.

BACA JUGA: Download GB WhatsApp (GB WA) Terbaru di Sini, Dijamin Anti-Banned

Tentu saja, Pemprov Jabar yang paling terkena dampak lepasnya Banten. Mengingat sepertiga aset Pemprov Jabar masuk Banten.


Banten, sekitar 500 tahun lalu, pernah menjadi bandar terbesar di pulau Jawa. Bangsa Portugis, bukanlah pedagang asing pertama yang mencari lada dan rempah-rempah lainnya di Karangantu, pelabuhan Banten. Karena jauh sebelumnya, mereka didahului saudagar-saudagar Cina, Arab, Gujarat, dan Turki — yang mengangkut rempah-rempah dari bandar Karangantu yang ramai — melalui Teluk Parsi. Kemudian mereka menjualnya kepada pembeli Eropa yang sangat berhasrat.

Lada, saat itu bukan untuk dijadikan bumbu masak. Melainkan untuk memelihara kesehatan badan: ‘menghangatkan perut dan mengurangi sakit perut yang disebabkan oleh cuaca dingin dan angin.’

BACA JUGA: Profil Tjahjo Kumolo, Agama dan Perjalanan Kariernya dari Politisi Menjadi Menteri

Pelaut Belanda, Inggris, Prancis, dan Denmark juga mengikuti jejak pelaut Portugis ke arah sumber lada dan rempah-rempah lainnya yang luar biasa khasiatnya waktu itu. Kala itu, mereka tidak singgah di Sunda Kelapa, tapi di Banten, 75 km sebelah barat Sunda Kelapa.

Banten, mengalami masa jayanya pada masa Sultan Maulana Yusuf (1570-1580). Ia putra Sultan Maulana Hasanuddin, pendiri Kerajaan Islam Banten. Begitu majunya perdagangan kala itu, hingga Banten menjadi tempat penimbunan barang dari segala penjuru dunia, yang kemudian disebarkan ke seantero Nusantara.


Situasi perdagangan di bandar internasional Karangantu saat itu digambarkan sebagai berikut: Pedagang dari Cina membawa uang kepeng, terbuat dari timah hitam yang juga disebut picis. Dengan jung-jung yang tidak hentinya berdatangan ke Banten, mereka membawa porselen, sutera, bludru, benang emas, kain sulaman, jarum, sisir, payung, kertas, dan berbagai barang lainnya.

Orang Arab dan Persia membawa permata dan obat-obatan. Pedagang Gujarat (India) menjual kain, kapas, dan sutra. Orang Portugis membawa kain dari Eropa dan India. Para pedagang ini kembalinya ke negara mereka membawa lada dan rempah-rempah, yang mereka beli dari para pedagang yang berdatangan dari Nusantara ke Banten.

BACA JUGA: Israel Pernah Bikin Indonesia Gagal ke Piala Dunia 1958, Bagaimana dengan Piala Dunia U-20 2023?

Dengan majunya perdagangan maritim, Sorosowan, ibukota kerajaan, menjadi ramai. Maka diaturlah penempatan penduduk sesuai keahlian dan asal mereka. Perkampungan untuk orang asing di pusatkan di luar tembok kota. Seperti Kampung Pekojan, terletak di sebelah barat pelabuhan diperuntukkan untuk pedagang Arab, Gujarat, Mesir, dan Turki. Kampung Pecinan, di sebelah barat Masjid Agung Banten, diperuntukkan bagi pedagang Cina.

Mungkin meniru Banten, Belanda juga membangun kampung Pekojan untuk etnik Arab, dan Pecinan bagi warga Cina. Kini kampung yang disediakan itu lebih populer dengan nama Glodok.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA: > Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

Orang Cina sangat berperan dalam ikut memajukan ekonomi Banten kala itu. Jenderal JP Coen sendiri, saat mendirikan Batavia (1619), telah membawa sekitar 800 warga Cina ke Batavia dari Banten. Dipimpin Souw Beng Kong, yang kemudian diangkat menjadi kapiten Cina pertama.

Pecinan, yang letaknya sekitar 500 meter dari kraton, kini hanya ditinggali empat keluarga keturunan Cina. Di dekatnya terdapat klenteng, yang menurut pengurusnya sudah berdiri sejak awal Kerajaan Islam Banten. Klenteng ini banyak didatangi pengunjung dari luar Banten, terutama pada malam ciit (tanggal 1 penanggalan Cina) dan malam Cap Go Meh.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah Jadi Imam Tarawih di Masjid NU

> Humor Gus Dur: Yang Bilang NU dan Muhammadiyah Berjauhan Hanya Cari Perkara, Yang Dipelajari Sama

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

 
Berita Terpopuler