Banyak Non-Muslim di Arab Saudi Memilih Berpuasa Ramadhan

Hal ini dilakukan untuk merasakan kedekatan dengan teman serta kolega Muslim mereka.

Gulf Today
Ilustrasi penjual makanan berbuka puasa. Banyak Non-Muslim di Arab Saudi Memilih Berpuasa Ramadhan
Rep: Rossi Handayani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Banyak non-Muslim yang tinggal di Arab Saudi telah memutuskan untuk berpuasa selama Ramadhan. Hal ini dilakukan untuk merasakan kedekatan dan persaudaraan dengan teman serta kolega Muslim mereka.

Baca Juga

“Anda tidak melakukan Ramadhan hanya sendiri, Anda membagikannya. Ini adalah momen persahabatan yang nyata dan berbagi kemurahan hati,” kata seorang non-Muslim dan kepala Alliance Francaise cabang Riyadh, Raphael Jaeger dilansir dari Arab News pada Ahad (1/5/2022).

"Saya merasa menjadi bagian dari pengalaman indah ini, dan saya memikirkan Ramadhan sekarang, dan apa yang saya lakukan adalah membangun jembatan antara budaya Saudi dan Prancis," lanjutnya.

Jaeger telah tinggal di Riyadh selama tiga tahun. Akan tetapi, tahun ini adalah pertama kalinya dia berpuasa Ramadhan. 

“Tahun pertama saya di Arab Saudi, saya tidak mengenal banyak orang secara mendalam, dan kemudian Covid-19 terjadi,” kata Jaeger.

Namun semenjak itu, dia telah menjalin banyak teman Saudi dan membangun hubungan yang kuat. Tepat sebelum awal Ramadhan, teman-temannya mengundangnya untuk berbuka puasa bersama.

“Saya ingin berbagi dengan mereka pengalaman pencapaian, tantangan pribadi, spiritual dan fisik untuk berbuka puasa,” kata Jaeger.

Dia menjalani pertandingan squash pada hari pertama Ramadhan dan mendapati dirinya sangat haus selama pertandingan. “Ini adalah pertama kalinya dan pengalaman yang sangat menantang untuk tidak minum air, yang tidak saya lakukan, dan saya sangat bangga pada diri saya sendiri,” kata dia.

Jaeger membandingkan proses puasa dengan pengalaman pergi ke gym dan melampaui tujuan pribadi. “Kemenangan kecil yang Anda miliki dalam hidup ini, Anda memilikinya setiap hari selama Ramadhan, dan Anda memilikinya dalam solidaritas dengan begitu banyak orang, bahwa kita bersama-sama berdiri,” kata Jaeger.

Sementara Ramadhan diketahui memiliki dampak positif pada kesejahteraan spiritual, Ramadhan juga memiliki banyak manfaat kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa puasa dari matahari terbit hingga terbenam dapat meningkatkan kesehatan pribadi secara signifikan.

 

Selama Ramadhan, tubuh terbiasa makan lebih sedikit, dan ini memberi kesempatan pada perut dan sistem pencernaan untuk mengecil. Ini secara langsung mengontrol rasa lapar karena nafsu makan berkurang, seringkali menyebabkan penurunan berat badan.

Sementara Mariah Ross (21 tahun) dari Cleveland, Amerika Serikat (AS) berbagi pengalamannya sebagai non-Muslim yang berpuasa selama Ramadhan. “Saya mulai berpuasa ketika saya melakukan perjalanan internasional pertama saya ke Turki. Saya bepergian dengan sahabat Muslim saya, jadi kami memutuskan berpuasa bersama dan menikmati Turki seperti penduduk setempat selama Ramadhan,” kata Ross.

Ross telah berpuasa berkali-kali selama perjalanannya di negara-negara Muslim dan saat di universitas. Sebagian besar teman intinya berasal dari negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi, Kuwait, dan Oman.

“Saya menghabiskan Ramadhan itu setiap hari dengan teman-teman saya, dan kami selalu makan buka puasa bersama, baik pergi makan atau di salah satu apartemen kami,” ucap Ross.

Saat di universitas, Ross menikah dengan seorang pria Muslim Saudi. Sekarang, dia merayakan Ramadhan bersamanya setiap tahun.

“Ramadhan hanyalah salah satu hari libur yang biasa bagi saya, sama seperti Natal di AS di mana saya akan membelikan hadiah untuk semua orang,” kata Ross.

Wanita asal Georgia, Ana Mailova mengatakan dia berpuasa pada kunjungan pertamanya ke Arab Saudi. “Tentu saja, pertama kali saya merayakan Ramadhan bersama teman saya Haifa dan keluarganya di Khafji. Mereka seperti keluarga saya sekarang,” kata Mailova.

“Saya bertemu Haifa melalui perusahaan perjalanan di Georgia tempat kami bekerja bersama,” lanjut Mailova.

Dia mengatakan pemilik perusahaan perjalanan adalah keponakan Haifa. Dia mengundang mereka ke rumahnya untuk bertemu keluarganya, dan persahabatan mereka berkembang.

Meskipun mereka berbeda dalam keyakinan agama, banyak ekspatriat telah terhubung dan membangun persahabatan yang langgeng dengan Muslim lokal yang tinggal di Kerajaan. Persahabatan yang bermanfaat ini telah menghasilkan berbagi dan perpaduan budaya serta praktik. 

 
Berita Terpopuler