Stunting Bisa Diintervensi Sejak Kehamilan, Ibu Jangan Terlalu Kurus ataupun Terlalu Gemuk

Pencegahan stunting perlu dilakukan sejak dini, termasuk saat kehamilan.

Republika/Putra M. Akbar
Ibu hamil menimbang berat badannya. Cegah anak stunting, ibu harus memperhatikan kehamilannya. Kehamilan di usia remaja, malanutrisi (kurang energi kronis dan obesitas), anemia, serta gangguan kesehatan ibu juga memiliki andil besar terjadinya gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan serta persalinan prematur.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Untuk melahirkan anak yang sehat dan kuat di masa mendatang, calon ibu perlu melakukan persiapan sejak masa kehamilan. Prof Dr dr Dwiana Ocviyanti SpOG(K) mengatakan, penting menjaga fase kehamilan sebagai pondasi kesehatan, termasuk mengurangi risiko stunting alias gagal tumbuh anak nantinya.

"Sejak dalam kandungan, janin dapat mengalami gangguan pertumbuhan yang berpotensi menyebabkan stunting," kata Prof Ocvi yang juga konsultan obstertik ginekologi sosial  itu dalam webinar yang digelar aplikasi Tentang Anak, dikutip Kamis (7/4/2022).

Prof Ocvi mengingatkan, persalinan prematur juga berpotensi menyebabkan stunting. Selain itu, kehamilan di usia remaja, malanutrisi (kurang energi kronis dan obesitas), anemia, serta gangguan kesehatan ibu juga memiliki andil besar terjadinya gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan serta persalinan prematur.

Baca Juga

Oleh karena itu, upaya pencegahan stunting perlu dilakukan sejak dini, bahkan sebelum ibu hamil. Kehamilan perlu direncanakan dan dipersiapkan dengan baik.

Upaya mencegah stunting yang perlu dilakukan adalah menghindarkan kehamilan remaja, rutin memeriksakan kehamilan. Selain itu, jaga asupan makanan agar memenuhi kebutuhan gizi selama masa kehamilan.

Hal yang terpenting adalah ibu memahami perencanaan kehamilan agar dapat tetap sehat dan bahagia saat hamil dan menyusui bayinya. Menurut Prof Ocvi, ibu hamil jangan sampai terlalu kurus ataupun terlalu gemuk.

Sebab, berat badan yang tidak terkontrol jug berisiko melahirkan bayi dengan kurang energi kronis. Gizi berlebih dari ibu justru berisiko melahirkan bayi kecil karena ada penyumbatan.

"Makan steak dua porsi, misalnya, karena menganggap makan untuk dua orang, padahal tidak seperti itu. Berat badan ibu hamil naik satu sampai dua kilogram masih wajar," kata Prof Ocvi yang juga ketua Pokja Angka Kematian Ibu (AKI) Perhimpunan Obstetri Ginekologi Indonesia.

Menurut Prof Ocvi, musuh bersama saat ini bukan hanya ibu hamil yang terlalu kurus, tetapi juga terlalu gemuk. Risiko bayi kecil dan ibu dengan kematian akibat preklamsia mencapai 30 persen. Sebaliknya, anemia juga berisiko melahirkan anak stunting dan kematian ibu. Risiko preklamsia juga bisa menyerang ibu remaja.

"Bayi sudah kecil, prematur pula. Jadi, pastikan hamil sehat, usia cukup di atas 18 tahun, tidak usah periksa aneh-aneh, cukup ke laboratorium minimal cek Hb untuk tahu potensi anemia atau tidak," kata dia.

 
Berita Terpopuler