Pencegahan Stunting Harus Dimulai Saat Calon Ibu Masih Remaja

Remaja putri banyak yang mengalami anemia, berisiko membuat bayinya kelak stunting.

ANTARA/Dedhez Anggara
Sejumlah siswi baru mengikuti pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMA Negeri 2 Indramayu, Jawa Barat, Senin (13/7/2020). Remaja putri banyak yang mengalami anemia. Jika tidak diatasi, kelak ketika sudah menikah dan hamil, kondisi bisa membuat bayinya mengalami berat badan lahir rendah, salah satu faktor risiko terjadinya stunting.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan mengingatkan, butuh persiapan untuk calon ibu mencegah kekerdilan (stunting) pada anaknya kelak. Persiapan pencegahan stunting bahkan harus dilakukan sejak dini, yaitu saat masih remaja.

"Mengenai persiapan (pencegahan stunting) dilakukan sedini mungkin, jadi sejak awal. Bahkan, dimulai sejak saat masih remaja," kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi saat mengisi konferensi virtual mengenai stunting, Selasa (29/3/2022).

Baca Juga

Endang menyerukan agar pemenuhan gizi dilakukan sejak remaja. Pasangan usia subur yang ingin punya anak sangat direkomendasikan meningkatkan status kesehatan anaknya.

Endang berharap, kondisi calon ibu layak hamil pada saat sebelum mengandung. Bahkan, kondisinya harus sehat sejak masa remaja. Sebab, masa remaja adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan asupan gizi cukup yang kualitasnya baik.

"Mereka ini juga mengalami menstruasi sehingga asupan makanannya harus benar-benar diperhatikan. Karena dari data kami, anemia cukup tinggi, baik yang dialami ketika usia remaja maupun saat kehamilan," kata Endang.

Anemia bisa menyebabkan pendarahan pada ibu hamil. Sementara itu, bayinya mengalami berat badan lahir rendah (BBLR), salah satu faktor risiko terjadi stunting.

Di sisi lain, pihaknya menyadari kini konsumsi makanan kekinian banyak beredar di kalangan remaja. Makanan ini banyak mengandung garam, gula, lemak (GGL). Kondisi ini diperparah dengan pikiran body image yang harus langsing.

"Oleh karena itu, sekarang harus dibiasakan bahwa sejak remaja yang diinginkan adalah masa remaja yang sehat," ujar Endang.

Kemenkes menyerukan persiapan sebagai calon ibu dilakukan dengan memperhatikan pola konsumsi agar tidak mengalami anemia. Pihaknya juga mencatat pola konsumsi remaja 52 persen kurang asupan energi dan 48 persen kurang asupan protein.

Lebih lanjut, Kemenkes ingin masalah gizi pada remaja dan calon pengantin diintervensi supaya kualitas generasi penerus bangsa nantinya bisa membaik dan tidak terjadi stunting.

"Kita tentu ingin sumber daya manusia (SDM) berkualitas," katanya.

 

 
Berita Terpopuler