Dua Sendok Teh Cuka Bermanfaat Bagi Pengidap Diabetes, Tapi ...

Cuka tampak turunkan sensitivitas insulin pengidap diabetes.

Prayogi/Republika.
Pemeriksaan kadar gula darah (ilustrasi). Studi yang dimuat di National Library of Medicine ungkap takaran cuka yang dapat menurunkan kadar GDPP secara efektif. Tes GDPP adalah tes gula darah dua jam postprandial (setelah makan).
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumsi cuka bersama dengan makanan merupakan praktik pengobatan tradisional yang kerap digunakan untuk pengidap diabetes di masa lalu. Penggunaan cuka diyakini dapat membantu memperbaiki sensitivitas insulin.

Mengacu pada komunitas diabetes global, Diabetes.co.uk, sensitivitas insulin menggambarkan sensitivitas tubuh terhadap efek dari insulin. Seseorang dengan sensitivitas insulin yang baik akan membutuhkan lebih sedikit insulin untuk menurunkan kadar gula darah dibandingkan orang yang sensitivitas insulinnya rendah.

Peran cuka dalam memperbaiki sensitivitas insulin disoroti dalam sebuah studi yang dipublikasikan di National Library of Medicine. Studi ini menyoroti empat uji coba yang dilakukan pada partisipan dewasa, dengan atau tanpa riwayat diabetes tipe 2.

Seluruh uji coba dilakukan dengan protokol yang sama, di mana para partisipan mengonsumsi makanan yang sudah distandardisasi pada malam sebelum tes dilakukan. Para partisipan juga berpuasa semalaman lalu menjalani tes gula darah dua jam postprandial (GDPP) setelah mereka mengonsumsi satu bagel dan jus atau larutan dekstrosa.

Tim peneliti lalu membandingkan hasil tes GDPP dari empat uji coba yang dilakukan. Dari berbagai data yang didapatkan, tim peneliti menemukan bahwa konsumsi dua sendok teh atau 10 gram cuka bisa menurunkan kadar GDPP secara efektif.

Bila dibandingkan dengan partisipan yang hanya mendapatkan plasebo, kadar GDPP partisipan yang mengonsumsi cuka terlihat 20 persen lebih rendah. Penurunan paling signifikan terlihat ketika cuka dikonsumsi bersamaan dengan makan besar, dibandingkan ketika cuka dikonsumsi lima jam sebelum makan besar.

Akan tetapi, cuka tidak mengubah GDPP ketika dikonsumsi bersamaan dengan monosakarida. Hal ini menunjukkan bahwa aksi antiglikemik pada cuka berkaitan dengan pencernaan karbohidrat.

Terkait masalah diabetes, National Health Service (NHS) mengungkapkan bahwa pengidap diabetes tetap bisa mengalami hiperglikemia meski sudah berhati-hati. Episode hiperglikemia yang ringan umumnya tidak menyebabkan masalah dan bisa diobati dengan mudah.

"Hiperglikemia juga bisa kembali normal sendiri," kata NHS.

Kondisi hiperglikemia atau kadar gula darah yang tinggi pada pengidap diabetes biasanya muncul secara perlahan selama beberapa hari atau pekan. Pada sebagian kasus, gejala bahkan bisa tidak muncul dan baru akan terasa ketika kadar gula darah sudah menjadi sangat tinggi. Beberapa gejala hiperglikemia yang patut diwaspadai adalah peningkatan frekuensi berkemih, peningkatan rasa haus, dan peningkatan rasa lapar.

Baca Juga

Kontrol gula darah

Pada orang yang sehat, kadar gula darah sebenarnya mengalami kenaikan dan penurunan sepanjang hari. Akan tetapi, fluktuasi ini menjadi lebih besar dan lebih sering pada diabetesi.

Jenis-jenis tes gula darah. - (Republika)

Kontrol kadar gula darah pada penderita diabetes perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan. Salah satu di antaranya adalah pengaturan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi diri pasien.

Selain itu, penting juga bagi pasien untuk mengonsumsi obat-obat yang diresepkan oleh dokter dan melakukan kontrol ke dokter secara berkala. Beberapa obat yang dapat membantu pasien diabetes adalah insulin dan obat antidiabetes sulfonilurea.

Agar kadar gula darah lebih terkontrol, pengidap diabetes juga dianjurkan untuk rutin melakukan pengecekan gula darah secara mandiri. Pengecekan ini akan membantu diabetesi mengetahui kapan gula darah mereka dalam kondisi hiperglikemia atau hipoglikemia.

 
Berita Terpopuler