Seruan Genosida Muslim dan Penangkapan Biksu India

Biksu Hindu di India, Yati Narsinghanand Giri dituntut karena serukan genosida muslim

Anadolu Agency
Muslim India melakukan shalat berjamaah. (ilustrasi)
Rep: Puti Almas Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang biksu Hindu di India bernama Yati Narsinghanand Giri telah didakwa secara resmi dengan tuntutan lima tahun penjara karena dianggap membuat permusuhan antara kelompok yang berbeda atas dasar agama.

Perwira polisi senior India, Swatantra Kumar mengatakan Giri merupakan pendukung vokal sayap kanan nationalism yang juga menjadi kepala di sebuah biara Hindu. Ia dinilai telah mengobarkan permusuhan setelah menyerukan genosida terhadap Muslim di negara Asia Selatan itu.

Pada awalnya, Giri akhir pekan lalu ditangkap atas tuduhan menghina perempuan. Ia dianggap sebagai pelaku pelanggaran berulang, mengacu pada Desember 2021 mengajak umat Hindu mempersenjatai diri untuk genosida terhadap umat Muslim di India.

Menurut pihak berwenang, Giri adalah orang kedua yang ditangkap dalam kasus Islampohobia setelah Mahkamah Agung India turun tangan pada pekan lalu. Ia menyerukan pidato kebencian terhadap Muslim saat berada di  sebuah konferensi yang digelar Uttarakhand, negara bagian di mana Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) memimpin pada 17-19 Desember 2021.

Naiknya BJP ke tampuk kekuasaan pada 2014, di mana Perdana Menteri Narendra Modi menjabat dan pemilihan kembali pada 2019 telah menyebabkan lonjakan serangan terhadap Muslim dan kelompok minoritas lainnya. Di India, terdapat sekitar 14 persen umat Islam dari 1,4 miliar penduduk negara itu.

Dalam sebuah video yang menunjukkan konferensi di mana Giri menyerukan kebencian terhadap umat Islam, ada beberapa biksu Hindu yang turut ikut serta. Bahkan, salah satunya adalah Pooja Shakun Pandey yang merupakan seorang pemimpin nasionalis Hindu mengatakan bahwa India siap menjadi negara Hindu.

“Jika 100 dari kita siap untuk membunuh dua juta dari mereka, maka kita akan menang dan menjadikan India sebagai negara Hindu,” ujar Pandey, merujuk pada populasi Muslim di negara itu, dilansir Aljazirah, Selasa (18/1/2022).

Seruannya untuk pembantaian disambut dengan tepuk tangan dari para hadirin. Saat ini Pandey sedang diselidiki oleh polisi karena menghina keyakinan agama. Tak hanya itu, dalam acara tersebut banyak pembicara menyerukan untuk memusnahkan minoritas dan menyerang ruang keagamaan mereka.

"Boikot ekonomi tidak akan berhasil. Kelompok Hindu perlu memperbarui diri. Pedang hanya terlihat bagus di atas panggung. Pertempuran melawan Muslim ini akan dimenangkan oleh mereka yang memiliki senjata lebih baik," ujar pemimpin Hindutva, Narsinghanand, dikutip di TRT World, Kamis (23/12/2021).

Pembicara lain, Sekretaris Jenderal Hindu Mahasabha (Majelis Agung Hindu) Sadhvi Annapurna, menyerukan pembunuhan massal terhadap umat Islam.

“Tidak ada yang mungkin tanpa senjata. Jika Anda ingin melenyapkan populasi mereka maka bunuh mereka. Bersiaplah untuk membunuh dan bersiaplah untuk masuk penjara. Bahkan jika 100 dari kita siap untuk membunuh 20 lakh dari mereka (Muslim), maka kita akan melakukannya. Menang, dan masuk penjara," kata dia.

Baca Juga

Baca juga : Biksu India Dipenjara Setelah Serukan 'Genosida' Muslim

Para pembicara lantas mengutip kekejaman massal 2017 terhadap Muslim Rohingya dan eksodus mereka dari Myanmar sebagai contoh. Mereka menyerukan kebijakan serupa untuk melakukan pembersihan etnis Muslim di India.

“Seperti di Myanmar, polisi, politisi di sini, tentara dan setiap umat Hindu, harus mengambil senjata dan melakukan gerakan kebersihan ini (pembersihan etnis). Tidak ada solusi selain ini,” kata kepala Hindu Raksha Sena (Save Hindu Army), Swami Prabodhanand Giri. Kelompok sayap kanan ini berbasis di negara bagian Uttarakhand utara.

Pembicara lain, Dharamdas Maharaj, menyebut jika ia hadir di parlemen ketika PM Manmohan Singh mengatakan minoritas memiliki hak pertama atas sumber daya nasional, maka ia akan mengikuti Nathuram Godse. Maharaj menyebut ia akan menembaknya enam kali di dada dengan pistol.

Godse dikenal membunuh Mahatma Gandhi pada 30 Januari 1948 dan dipuji oleh kelompok Hindutva di India. Pernyataan Maharaj dibuat mengacu pada pidato Parlemen Singh 2006, di mana perdana menteri saat itu mengatakan minoritas India harus memiliki klaim pertama atas sumber daya negara.

Sebagian dari acara pertemuan selama tiga hari itu disiarkan langsung di media sosial. Kegaitan tersebut telah memicu kemarahan di media sosial dengan pengguna yang menggunakan tagar #HaridwarGenocidalMeet dan #HaridwarHateAssembly untuk memojokkan kelompok sayap kanan.

Banyak yang mempertanyakan sikap diam dari pemerintah yang dipimpin Modi, memperingatkan bahwa ujaran kebencian terhadap Muslim hanya akan tumbuh ketika beberapa negara bagian India, termasuk Uttarakhand, akan melakukan pemungutan suara pada Februari. Partai berkuasa Modi telah menghadapi kritik keras atas meningkatnya serangan terhadap Muslim dalam beberapa tahun terakhir.

Para pemimpin oposisi dan kelompok hak asasi menuduh Modi bersama dengan partai, serta pemerintahan secara menyeluruh mendorong kekerasan oleh nasionalis Hindu garis keras terhadap Muslim dan minoritas lainnya. Meski demikian, tudingan itu dibantah oleh partai.

 
Berita Terpopuler