Vaksin Merah Putih Jadi Prioritas BRIN, Kapasitas Periset Ditingkatkan

Di Indonesia, belum ada periset yang mempunyai pengalaman membuat vaksin dari nol.

ANTARA/Hafidz Mubarak A
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengungkapkan pengembangan vaksin Merah Putih menjadi prioritas utama bagi institusinya.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan, pengembangan vaksin Merah Putih untuk penanganan Covid-19 tetap menjadi prioritas dalam fokus kegiatan riset dan inovasi lembaganya. Ia menyebut, target nomor satunya ialah mempunyai vaksin Merah Putih.

Baca Juga

"Tetapi ada yang jauh lebih penting, yaitu bagaimana menciptakan kapasitas periset yang mampu mengembangkan vaksin secara mandiri," kata Handoko dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa (18/1/2022).

Handoko menuturkan, kemampuan mengembangkan vaksin secara mandiri itu akan menjadi modal yang penting. Sebab, selama ini vaksin yang beredar di Indonesia merupakan lisensi dari produk luar negeri.

"Inilah yang menjadi fokus dan pembelajaran bagi BRIN untuk meningkatkan kapasitas para periset dalam pengembangan vaksin," ujarnya.

Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung menuntut BRIN dan institusi lainnya untuk segera melakukan penelitian penyediaan vaksin Covid-19. Vaksin Merah Putih menjadi salah satu jenis vaksin yang diharapkan menjadi vaksin yang dihasilkan oleh anak bangsa.

Untuk mendukung pengembangan vaksin Merah Putih, BRIN sedang membangun dua infrastruktur utama, yakni infrastruktur produksi berstandar cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dan fasilitas uji praklinis tahap 2 di kawasan Cibinong Science Center di Bogor, Jawa Barat. Handoko berharap, dua infrastruktur tersebut siap di akhir triwulan I 2022.

Handoko menginginkan agar infrastruktur tersebut dapat segera digunakan untuk membantu pengembangan vaksin untuk manusia dan hewan ke depannya. Artinya, kerja peneliti tidak tidak hanya terbatas pada vaksin Merah Putih untuk Covid-19.

Kepala BRIN mengharapkan pengembangan vaksin Merah Putih segera selesai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Namun, perlu dipahami bahwa pembuatan dan pengembangan vaksin bukanlah pekerjaan yang mudah, karena selama ini di Indonesia belum ada yang mempunyai pengalaman membuat vaksin dari nol.

Semua pihak atau institusi yang mengembangkan vaksin sedang berupaya keras untuk menciptakan kandidat vaksin Covid-19 potensial untuk bisa membantu memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri. Akan tetapi, menurut Handoko, semua memang membutuhkan proses dan upaya bersama untuk mewujudkannya.

Sebanyak tujuh tim mengembangkan vaksin Merah Putih dalam konsorsium nasional untuk pengembangan vaksin Merah Putih. Pelaksana tugas Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati BRIN Iman Hidayat mengungkapkan progres pengembangan vaksin Merah Putih yang paling cepat adalah Universitas Airlangga (Unair).

"Saat ini tim yang progresnya paling cepat adalah tim dari Unair bekerja sama dengan PT Biotis, sudah menyelesaikan uji praklinis pada makaka (monyet)," kata Iman saat dihubungi Antara di Jakarta, Sabtu (15/1).

Tujuh tim di dalam konsorsium nasional untuk pengembangan vaksin Merah Putih tersebut adalah Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada. Di samping itu, ada Universitas Padjadjaran, eks Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Perkembangan uji coba vaksin Covid-19. - (Republika)

"Tiap tim mengembangkan vaksin Merah Putih dengan metode yang berbeda, mulai dari vaksin yang berbasis inaktivasi virus sampai vaksin yang berbasis rekombinan protein," ujarnya.

 
Berita Terpopuler