Kazakhstan Deklarasikan 10 Januari Hari Berkabung Nasional

Sebanyak 18 petugas keamanan dan 26 pengunjuk rasa meninggal dalam kerusuhan.

AP/Vladimir Tretyakov
Kazakhstan Deklarasikan 10 Januari Hari Berkabung Nasional. Seorang pria mengambil foto jendela kios polisi yang dirusak oleh demonstran selama protes di Almaty, Kazakhstan, Rabu, 5 Januari 2022.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, NURSULTAN -- Kazakhstan telah menyatakan 10 Januari sebagai hari berkabung nasional untuk menghormati mereka yang kehilangan nyawa karena protes besar-besaran di seluruh negeri. Menurut Kementerian Dalam Negeri, setidaknya 18 petugas keamanan dan 26 pengunjuk rasa telah kehilangan nyawa dalam kerusuhan tersebut.

Baca Juga

“Sehubungan dengan banyaknya korban jiwa akibat peristiwa tragis di sejumlah wilayah negara, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev memutuskan mendeklarasikan 10 Januari 2022 sebagai hari berkabung nasional," ujar juru bicara presiden Berik Uali dilansir Anadolu Agency, Ahad (9/1/2022).

Uali mengatakan keputusan terkait akan dipublikasikan di situs kepresidenan Akorda. Aksi protes pecah pada Ahad (2/1/2022), ketika pengemudi di kota Zhanaozen di wilayah Mangystau yang kaya minyak menggelar demonstrasi besar-besaran menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair (LPG). Pada awal tahun pemerintah Kazakhstan mengumumkan kenaikan bahan bakar dua kali lipat dan menghapus subsidi bahan bakar.

Aksi protes kemudian menyebar ke kota Aktau. Protes juga terjadi di kota-kota barat, seperti Atyrau, Aktobe dan Oral, yang dikenal memiliki cadangan minyak dan gas alam. Aksi protes menyebar luas ke kota-kota lain di Kazakhstan dan berubah menjadi demonstrasi publik.

Para demonstran membakar mobil polisi, menyerbu gedung-gedung pemerintah, dan membakar istana presiden. Mereka juga menduduki bandara internasional di Almaty, serta menjarah pertokoan, perbankan, dan bisnis lainnya. Sejauh ini, 4.266 orang ditahan, termasuk warga negara tetangga. 

 

Kementerian Luar Negeri Kazakhstan mengatakan sekitar 2.500 tentara dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif telah dikerahkan ke Kazakhstan. Organisasi tersebut mengirim pasukan gabungan dari Rusia, Belarus, Kirgistan, Tajikistan, dan Armenia.

Pemerintah Kazakhstan mengundurkan diri sebagai tanggapan atas kerusuhan tersebut. Tokayev mengklaim kerusuhan itu dipimpin oleh kelompok teroris yang telah menerima bantuan dari negara lain yang tidak disebutkan namanya.

Awalnya aksi protes dimulai karena kenaikan harga bahan bakar gas cair hampir dua kali lipat. Bahan bakar gas cair ini banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan.

Namun, penyebaran aksi protes yang cepat mencerminkan ketidakpuasan yang lebih luas di negara itu. Kazakhstan telah berada di bawah kekuasaan partai yang sama sejak memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada 1991.

Kazakhstan adalah negara terbesar kesembilan di dunia, yang berbatasan dengan Rusia di utara dan China di timur. Kazakhstan memiliki cadangan minyak yang luas dan penting bagi ekonomi negara.

Ketidakpuasan atas kondisi kehidupan yang buruk masih tampak di beberapa wilayah Kazakhstan. Sebagian besar warga Kazakhstan kesal dengan dominasi partai yang berkuasa, dan memegang lebih dari 80 persen kursi di parlemen.

Banyak pengunjuk rasa meneriakkan "orang tua pergi," merujuk pada Nursultan Nazarbayev, presiden pertama Kazakhstan yang terus memiliki pengaruh besar meskipun telah mengundurkan diri pada 2019. Nazarbayev mendominasi politik Kazakhstan dan pemerintahannya ditandai oleh kultus kepribadian yang moderat. Kritikus mengatakan dia secara efektif melembagakan sistem klan di pemerintahan. 

 
Berita Terpopuler