Vaksinasi Bantu Tingkatkan Kekebalan Cegah Penularan Omicron

Banyak hoaks beredar seputar varian Covid-19 baru Omicron

Pixabay
Banyak hoaks beredar seputar varian Covid-19 baru Omicron. Ilustrasi Covid-19 varian Omicron
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Vaksinasi membantu meningkatkan kekebalan namun kewaspadaan tetap harus ditingkatkan untuk mencegah penularan varian omicron. 

Baca Juga

Dengan melakukan vaksinasi berarti ikut melindungi kelompok masyarakat yang tidak bisa menerima vaksinasi seperti lansia atau bayi. 

Hal ini merupakan kesimpulan Talkshow Anti-hoax dengan tema “Virus Corona Varian Omicron: Apa dan Bagaimana Menghadapinya?” yang digelar Fakultas Farmasi UI (FFUI), akhir pekan lalu, Sabtu (18/12)  

Dalam menghadapi kondisi pandemi dengan munculnya varian omicron, masyarakat diharapkan lebih bersabar, menerapkan protokol kesehatan, jangan panik, melakukan vaksinasi lengkap, berdoa, dan terus berprasangka baik pada Tuhan Yang Maha-Esa. 

Pendapat ahli mikrobiologi dan pemerhati vaksin, Prof Dr apt Maksum Radji M Biomed, mengatakan mutasi virus normal terjadi pada proses replikasi virus. Tidak semua mutasi menyebabkan virus lebih berbahaya, data yang ada rata-rata hanya 4 persen mutasi yang membuat virus lebih berbahaya. 

Dia menyebutkan, terjadinya infeksi virus yang berbeda pada saat bersamaan juga berpotensi menyebabkan mutasi pada virus. “Virus sendiri membutuhkan inang untuk replikasi sehingga tujuan vaksinasi mencapai herd immunity berperan penting untuk memberi kekebalan inang,” kata dia dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Senin (20/12). 

Purnabakti guru besar FFUI tersebut menjelaskan, varian omicron mengalami mutasi signifikan pada gen S pembentuk spike virus. Salah satu tanda awal pada pemeriksaan PCR seseorang terinfeksi varian omicron adalah hasil PCR pada gen S tidak menunjukkan hasil positif, namun gen nukleokapsid dan envelope positif. 

Dia menambahkan, replikasi varian omicron pada saluran pernafasan 10 kali  lebih cepat dari varian yang lain, namun di paru-paru replikasinya lebih lambat yang menyebabkan varian omicron lebih cepat menular namun keparahannya tidak signifikan.

Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan dokter spesialis paru yang berpraktik di RSUI, dr Hario Baskoro, SpP, PhD dan apt Tri Kusumaeni, yang berpraktik di RSUP Persahabatan.  Keduanya menyatakan tidak ada peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUI ataupun RSUP Persahabatan.  

Hario menyatakan penyebaran varian omicron tidak dapat langsung dihubungkan dengan peningkatan jumlah pasien Covid-19  yang dirawat di rumah sakit. Hal tersebut dikarenakan sampai saat ini varian omicron hanya menimbulkan gejala ringan yang tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit. 

Dia mengingatkan masyarakat harus berhati-hati dalam mencerna informasi yang beredar di media sosial. Salah satu ciri khas info hoax adalah tidak disertakannya sumber rujukan terpercaya dan judulnya dibuat bombastis. 

Hario membantah informasi varian omicron menyebabkan gangguan pada jantung dan stroke karena tidak sesuai dengan bukti kasus yang ada. 

Sementara itu, Tri Kusumaeni   membantah informasi bahwa varian omicron muncul disebabkan efek samping vaksin Covid-19. “Tidak ada bukti terkait hal itu. Justru sebaliknya, dengan pemberian vaksin, keparahan Covid-19 menurun,” imbuhnya. 

Tri menekankan masyarakat jangan membeli obat-obat keras dengan resep dokter seperti antibiotik dan antivirus secara mandiri untuk mencegah dan mengobati Covid-19. 

Lebih lanjut, Prof  Maksum juga menjelaskan bahwa upaya meningkatkan kekebalan lebih baik dilakukan secara aktif melalui vaksinasi. Kasus pasien meninggal yang disebabkan varian omicron di Inggris juga ternyata ditemukan yang bersangkutan tidak pernah menerima vaksin. “Saat ini, tidak ada vaksin merk khusus yang ditujukan untuk menambah kekebalan menghadapi varian omicron,” tutur dia. 

Dia menyebut, hingga saat ini belum ada perubahan terkait pengobatan pasien Covid-19 di Indonesia walaupun ada berbagai varian virus corona. 

Obat antivirus baru yang diberitakan sebagai obat per oral untuk Covid-19 masih terus diteliti khasiat dan keamanannya. Belum ada klaim khusus yang menyatakan efektivitas obat tertentu pada varian omicron. “Pengobatan yang ada saat ini banyak menekankan pada terapi simptomatis,” tutur dia.  

Dosen Fakultas Farmasi UI dan Apoteker Klinis RSUI, Nadia Farhanah Syafhan, MSi, PhD, menjelaskan kegiatan talkshow anti-hoax ini merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang didanai  Hibah Penugasan Pengabdian Masyarakat DPPM UI 2021. 

 

Dia menyebutkan setelah sesi pertama di bulan Juli kemarin FFUI mengangkat tema hoax interaksi obat, kali ini talkshow dengan pakar mengupas tema virus corona varian omicron yang sedang ramai di masyarakat.       

 
Berita Terpopuler