Tembak Mati Warga Palestina, Polisi Israel Dibebaskan

Polisi Israel terkadang menggunakan kekuatan berlebihan dalam menanggapi serangan.

AP/Maya Alleruzzo
Polisi Israel tiba di lokasi serangan penikaman di Terminal Bus Pusat Yerusalem Senin, 13 September 2021. Paramedis Israel merawat dua orang yang ditikam di dekat Terminal Bus Pusat Yerusalem oleh seorang tersangka penyerang Palestina pada hari Senin.
Rep: Rizki Jaramaya Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  TEL AVIV -- Kementerian Kehakiman Israel menginterogasi dua petugas polisi, setelah penembakan yang menewaskan seorang warga Palestina. Penembakan dilakukan karena warga Palestina tersebut telah menikam seorang pria Israel di Yerusalem timur.

Baca Juga

Pada Sabtu (4/12), polisi Israel merilis video yang menunjukkan penyerang menikam pria Yahudi ultra-Ortodoks, kemudian mencoba menikam seorang petugas Polisi Perbatasan sebelum ditembak dan jatuh ke tanah.  Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai pria berusia 25 tahun dari Salfit, di Tepi Barat yang diduduki. Polisi kemudian terlihat membawa jenazah pria itu dengan tandu.

Sebuah rekaman video yang beredar luas menunjukkan, seorang petugas dari Polisi Perbatasan paramiliter Israel menembak penyerang ketika dia sudah terbaring di tanah. Sementara video lainnya menunjukkan, polisi mencegah petugas medis untuk menolong pelaku penyerangan. Hal ini mendorong seruan kepada kepolisian untuk membuka penyelidikan.  

Unit investigasi kepolisian Kementerian Kehakiman Israel mengatakan, petugas polisi yang terlibat dalam penembakan telah diinterogasi tak lama setelah insiden. Polisi tersebut dibebaskan tanpa syarat. 

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menegaskan kembali dukungannya atas tindakan petugas. Hal ini diungkapkan Bennett dalam pertemuan Kabinetnya pada Ahad (5/12).

“Para petugas bertindak luar biasa, persis seperti yang dituntut dari para pejuang dalam situasi operasional seperti ini. Mereka pantas mendapatkan semua dukungan dan penghargaan kami untuk mencegah pembunuhan dan bertindak dengan kecerdasan operasional dalam sepersekian detik," ujar Bennett.

 

 

Insiden penembakan itu terjadi di dekat Gerbang Damaskus di luar Kota Tua Yerusalem. Wilayah ini kerap menjadi tempat demonstrasi dan bentrokan. Dalam beberapa tahun terakhir terdapat puluhan serangan di sekitar Kota Tua. Hampir semua serangan dilakukan oleh individu Palestina yang tidak memiliki hubungan dengan kelompok bersenjata.

Palestina dan kelompok hak asasi Israel mengatakan, pasukan keamanan terkadang menggunakan kekuatan berlebihan dalam menanggapi serangan. Termasuk membunuh tersangka penyerang, yang semestinya bisa saja ditangkap atau yang tidak menimbulkan ancaman langsung bagi pasukan keamanan.

Kelompok hak asasi juga mengatakan, Israel jarang meminta pertanggungjawaban anggota pasukan keamanannya atas penembakan mematikan terhadap warga Palestina.  Investigasi seringkali berakhir tanpa dakwaan atau hukuman ringan. Bahkan dalam banyak kasus, mereka tidak memanggil saksi. Israel mengatakan, pasukan keamanannya melakukan segala upaya untuk menghindari melukai warga sipil dan menyelidiki dugaan pelanggaran.

Dalam kasus 2016, tentara Israel Elor Azaria tertangkap kamera menembak seorang penyerang Palestina yang terluka dan telah terbaring di tanah.  Azaria kemudian menjalani dua pertiga dari hukuman 14 bulan, karena pembunuhan yang sembrono.

Kasusnya secara tajam memecah belah orang Israel. Militer Israel menilai Azaria melanggar kode etik. Sementara sebagian besar orang Israel, terutama sayap kanan nasionalis membela tindakan Azaria.

Sementara, dalam kasus terbaru seorang petugas Polisi Perbatasan didakwa melakukan pembunuhan, karena menenbak mati seorang pria Palestina di Kota Tua Yerusalem tahun lalu. Pria Palestina yang ditembak mati tersebut diketahui menderita autisme.

 
Berita Terpopuler