Babak Baru Ketegangan Rusia dan Ukraina

Hubungan Ukraina dan Rusia memburuk sejak anekasasi Rusia atas Krimea.

AP/Alexander Zemlianichenko,
Pasukan terjun payung Angkatan Darat Rusia berbaris selama latihan untuk parade militer Hari Kemenangan di Moskow, Rusia, pada 7 Mei 2021. Pejabat Ukraina dan Barat khawatir bahwa penumpukan militer Rusia di dekat Ukraina dapat menandakan rencana Moskow untuk menyerang bekas Sovietnya tetangga.
Rep: Fergi Nadira, Dwina Agustin, Lintar Satria Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Oleh: Fergi Nadira, Dwina Agustin, Lintar Satria

Baca Juga

Ketegangan antara Ukraina dan Rusia meningkat tahun ini. Hubungan kedua negara telah memburuk selama bertahun-tahun sejak aneksasi Rusia atas Krimea dari Ukraina pada Maret 2014.

Klaim provokasi pun terlontar. Rusia merasa terancam dengan aktivitas NATOdi Laut Hitam. Sebaliknya, Ukraina menuduh Rusia menempatkan puluhan ribu pasukan di perbatasan. 

Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan, Rusia telah meninggalkan unit militernya di dekat perbatasan Ukraina setelah latihan. Dikatakan bahwa pasukan Rusia di daerah itu kini berjumlah 90 ribu.

"Angkatan bersenjata Rusia baru-baru ini mengadakan serangkaian latihan skala besar, termasuk dengan pasukan udara," demikian pernyataan resmi Kementerian Pertahanan Ukraina pada Selasa (2/11) malam waktu setempat.

Setelah pelatihan, unit-unit Angkatan Darat ke-41 tetap tinggal di sekitar 260 kilometer dari perbatasan Ukraina. "Perlu dicatat bahwa Federasi Rusia secara berkala menggunakan praktik pemindahan dan pengumpulan unit militer untuk menjaga ketegangan di kawasan dan tekanan politik terhadap negara-negara tetangga," kata kementerian itu.

Militer Rusia mengancam Ukraina - (Moskowtimes/APReuters)

Media Politico mengatakan foto satelit komersial yang diambil pada Senin mengkonfirmasi laporan terbaru tentang Rusia yang sekali lagi mengumpulkan pasukan dan peralatan militer di perbatasan dengan Ukraina. Foto satelit yang dipasok oleh perusahaan luar angkasa AS Maxar Technologies menunjukkan sekitar 1.000 kendaraan militer di dekat kota Yelnya, Rusia, sekitar 250 km utara perbatasan Ukraina. 

"Berdasarkan tinjauan citra satelit baru-baru ini, peralatan (yang meliputi tank, pengangkut personel lapis baja, artileri self-propelled dan peralatan pendukung terkait) kemungkinan mulai tiba di daerah itu pada akhir September," kata Maxar dalam komentar yang dikirim melalui email.

 

 

Sejumlah laporan media massa menuliskan, Rusia gerah dengan aktivitas Pakta Atlantik Utara (NATO) di Laut Hitam. Kapal induk Armada Keenam AS USS Mount Whitney memasuki Laut Hitam. Rusia kemudian menerbangkan pesawat pengintai di dekat Krimea.

Moskow berulang kali mengecam kegiatan NATO di Laut Hitam yang menyebutnya sebagai provokasi untuk memicu ketegangan. Belum lama ini Presiden Vladimir Putin menyebut latihan itu mengganggu stabilitas dan berbahaya.

"Sekarang, Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya melakukan latihan yang tak terjadwal, saya ingin menggarisbawahi latihan yang tidak terjadwal di perairan Laut Hitam. Dan tidak hanya formasi kelompok kapal yang dibentuk, tetapi juga penerbangan strategis sedang dilakukan dan digunakan dalam latihan," kata Putin seperti dikutip laman Sputnik, Ahad (14/11).

"Saya harus mengatakan bahwa Kementerian Pertahanan kami juga mengusulkan untuk mengadakan latihan sendiri yang tidak direncanakan di area yang sama, tetapi saya percaya bahwa ini tidak tepat dan tidak perlu untuk lebih meningkatkan situasi di sana," ujarnya menambahkan.

Terpisah, intelijen Ukraina memperkirakan, Rusia bersiap untuk melakukan serangan pada awal tahun depan. Kepala badan intelijen pertahanan Ukraina, Kyrylo Budanov, mengatakan, Moskow telah mengumpulkan lebih dari 92 ribu tentara di perbatasan.

“Serangan seperti itu kemungkinan akan melibatkan serangan udara, artileri dan serangan lapis baja diikuti oleh serangan udara di timur, serangan amfibi di Odessa dan Mariupul, serta serangan yang lebih kecil melalui negara tetangga Belarusia,” kata Budanov, dilansir Alarabiya, Senin (22/11).

Budanov memperkirakan, Rusia mempersiapkan serangan pada akhir Januari atau awal Februari. Budanov mengatakan, Rusia kemungkinan akan mempersiapkan serangan yang lebih besar dari sebelumnya.

“Serangan yang sedang dipersiapkan Rusia akan jauh lebih menghancurkan daripada serangan dalam konflik yang dimulai pada 2014, yang telah menewaskan sekitar 14 ribu warga Ukraina,” ujar Budanov.

 

 

Selang beberapa pekan, Putin mempertegas sikap Rusia dengan memperingatkan NATO agar tidak mengerahkan pasukan dan senjatanya ke Ukraina, Selasa (30/11).  Menurut Putin, ekspansi NATO ke arah timur telah mengancam kepentingan keamanan inti Rusia.

"Munculnya ancaman semacam itu merupakan ‘garis merah’ bagi kami. Saya berharap itu tidak akan sampai ke sana dan akal sehat dan tanggung jawab untuk negara mereka sendiri dan komunitas global pada akhirnya akan menang," kata Putin.

Putin menambahkan bahwa negaranya telah dipaksa untuk melawan ancaman yang berkembang dengan mengembangkan senjata hipersonik baru. "Apa yang harus kita lakukan? Kami perlu mengembangkan sesuatu yang serupa untuk menargetkan mereka yang mengancam kami. Dan kita bisa melakukannya bahkan sekarang," ujarnya. 

Putin mengatakan rudal hipersonik baru yang akan memasuki layanan dengan angkatan laut Rusia awal tahun depan akan mampu mencapai target dalam waktu yang sebanding. "Itu juga hanya membutuhkan lima menit untuk menjangkau mereka yang mengeluarkan perintah," katanya.

Rudal jelajah hipersonik Zirkon ini mampu terbang dengan kecepatan sembilan kali kecepatan suara hingga jarak 1.000 kilometer. Senjata itu telah menjalani serangkaian tes, yang terbaru pada Senin (29/11).

 

Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba bertemu dengan pejabat-pejabat NATO di Riga, Rabu (1/12). Dalam pertemuan itu, Kuleba mengatakan NATO harus mempersiapkan sanksi-sanksi ekonomi untuk diberlakukan pada Rusia. "(Bila) Rusia memilih skenario terburuk," katanya.

Kuleba menambahkan NATO juga harus meningkatkan kerja sama militer dan pertahanan dengan Ukraina. Pada Selasa (30/11) kemarin NATO dan Amerika Serikat (AS) memperingatkan Moskow akan membayar harga mahal jika mereka menggelar agresi militer baru pada Ukraina.

"Setiap agresi Rusia pada Ukraina di masa depan akan menimbulkan harga mahal dan konsekuensi ekonomi dan politik serius bagi Rusia," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di hari pertama pertemuan dengan 30 sekutu NATO di Riga. 

Terpisah, Menteri Luar Negeri Antony Blinken bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di pertemuan sela forum Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) Stockholm. Pertemuan Rabu (1/12) gelar ketika hubungan kedua negara memanas.

 

 
Berita Terpopuler