Unik, Habib Satu ini Minta Diiringi Rebana Ketika Wafat, Alasannya Bikin Merinding

Habib satu ini menjadi guru banyak ulama di Jawa Timur.

Youtube
orang orang berkumpul dalam haul habib Abubakar Gresik
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ulama, khususnya kekasih Allah atau waliyullah memiliki kekhasan yang unik. Biasanya tidak mudah dipahami orang awam, tapi ketika dikerjakan, ternyata manfaatnya sungguh luar biasa. Salah satunya adalah waliyullah yang masyhur di Gresik, yaitu Habib Abubakar bin Muhammad bin Umar Assegaf alias Habib Abubakar Gresik.

Baca Juga

Waliyullah yang hidup pada 1869 hingga 1957 tersebut selalu dikenang ribuan orang. Beberapa hari lalu, mereka berkumpul di makam sang habib yang nasabnya tersambung kepada waliyullah yang luar biasa Syekh Abdurrahman Assegaf (al-Faqih al-Muqaddam kedua). Terus bersambung ke sejumlah orang-orang sholeh di antaranya ke Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir ila Allah bin Isa ar-Rumi hingga ke Husein bin Ali wa Fathimah az-Zahra binti Rasulillah SAW.

Di antara pesan takwa Habib Abubakar pernah dijelaskan Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Taufiq bin Abdulqodir Assegaf. Pesan tersebut mirip dengan kisah dialog dua orang sufi, Hatim al-‘Asham dan gurunya Syaqiq al-Bilkhi. Hatim menjelaskan kepada sang alim, dia melihat banyak orang di dunia ini begitu mengagungkan kehidupan duniawi seperti harta dan berbagai kenikmatan keduniaan. Namun ketika mati, tak satupun kenikmatan duniawi yang menyertai jenazah si mayat yang ketika hidup begitu mengagungkan dunia.

Dari kisah tersebut Habib Abubakar berpesan agar banyak berdzikir, membersihkan hati dari keduniaan, agar mata batin dapat jernih melihat hakikat kehidupan.

Ada kisah menarik terkait jual beli yang dilakukan Habib Abubakar. Suatu ketika ada orang datang kepadanya untuk membeli kayu gaharu untuk wewangian di rumah. “Ya Habib saya ingin membeli kayu gaharu.” Kemudian Habib Abubakar menyebut harganya sekian. Si orang tadi menawar sekian.

Habib Abubakar dengan perkataan lembut mengatakan tidak bisa dibeli dengan harga tersebut. Lalu si pembeli seperti sedikit menekankan, ya habib biarlah saya dapat berkah dari membeli kayu gaharu. Lalu Habib Abubakar mengatakan, jika ingin berkah, maka datang dan ikuti ngaji Ihya Ulumiddin yang biasa dia pimpin. Insya Allah di dalamnya terdapat banyak berkah.

Khatam Ihya hingga 40 kali

Haul Habib Abubakar tergolong unik. Sebab rangkaian kegiatannya pasti terdapat khataman Ihya Ulumiddin al-Ghazali. Sepanjang hidupnya, Habib Abubakar hingga 40 kali untuk menghormati legasi sang alim.

Berkat jasanya, banyak orang di Jawa dan pulau lainnya semakin mengenal bahkan cinta kepada Ihya Ulumiddin. Mereka yang mengaji kitab ini adalah orang-orang pilihan, biasanya orang-orang dewasa dan sudah memiliki dasar ilmu keislaman. 

Setelah mengaji ihya, mereka mendakwahkan ajaran al-Ghazali dengan bahasa yang mudah dipahami kepada masyarakat luas. Mereka menjadi paham dan mengamalkan ajaran imam al-Ghazali yang terdapat di dalam kitab tersebut.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

Khalwat yang luar biasa

Suatu hari saat berusia 20 tahun Habib Abubakar terpanggil untuk berkhalwat. Hal itu dia laksanakan hingga 15 tahun. Sepanjang waktu itu dia berdzikir, baca dan tadabur Alquran, melazimkan ratib dan memperbanyak munajat. Hingga akhirnya dia dijemput oleh gurunya, Habib Idrus bin Muhammad al-Habsyi untuk keluar dari ruang khalwat.

Setelah itu, Habib Abubakar dibawa ke pengajian sang habib di Surabaya. Di hadapan para jamaah, dia ditunjukkan sebagai ‘mutiara Alawiyyin’ yang menerangi dakwah Islam, membawa kearifan, dan membawa ketenangan.

Habib Abubakar juga menjadi rujukan banyak ulama dan kekasih Allah. Oleh banyak ulama di zaman itu, dia dijuluki sebagai quthbul auliya.

Dia pula yang menjemut Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid atau Habib Sholeh Tanggul di ruang khalwat dan mengeluarkannya. Habib Sholeh pun takzhim dan sangat menghormati Habib Abubakar karena kemuliaan akhlak dan keistikamahan berdzikir.

Kisah wafat yang unik

Di masa tuanya, Habib Abubakar banyak menghabiskan waktu berdzikir. Dia pernah berpesan bahwa ketika nanti wafat, tolong kumpulkan orang-orang untuk memainkan rebana. Musik rebana biasa dibunyikan untuk menyambut ulama dalam suatu acara untuk menunjukkan suasana bahagia.

Orang-orang ketika itu bertanya-tanya, mengapa rebana, bukankah rebana untuk menyambut orang datang, ini kan habib wafat, pergi, suasananya berduka, mengapa rebana? Pertanyaan itu terus menghantui orang-orang di sekitar Habib Abubakar.

Namun diketahui, permintaan Habib Abubakar tidak main-main. Ketika dia wafat, banyak orang berkeyakinan, bahwa sang habib dijemput dan diiringi datuknya yang mulia, Nabi Muhammad SAW. Sang nabi datang dan hadir membersamai jenazah Habib Abubakar hingga dikuburkan.

Kini jenazah sang habib beristirahat di Kompleks Masjid Jami Gresik Jawa Timur.

 

 
Berita Terpopuler