Mengenal Lebih Dekat Al Aqsha

Al-Quds merupakan rumah bagi Masjid al Aqsha.

AP / Mahmoud Illean
Warga Palestina lari dari bom suara yang dilemparkan oleh polisi Israel di depan kuil Dome of the Rock di kompleks masjid al-Aqsa di Yerusalem, Jumat (21/5), ketika gencatan senjata mulai berlaku antara Hamas dan Israel setelah perang 11 hari. .
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Dalam ajaran Islam terdapat tiga kota yang dimuliakan yakni,Makkah al-Mukarramah, Madinah al- Munawwarah, dan al-Quds. Semua kota tersebut berpusat pada masjid-masjid suci.

Baca Juga

Al-Quds merupakan rumah bagi Masjid al Aqsha. Inilah masjid kedua yang mula-mula dibangun di bumi, seperti dinyatakan dalam sebuah hadis riwayat Abu Dzar. Sahabat tersebut pernah bertanya kepada Nabi SAW, "Ya Rasulullah, masjid apa yang pertama kali dibangun di muka bumi? Beliau menjawab, Masjid al-Haram. Kemudian apa? tanya Abu Dzar lagi. Masjid al-Aqsha, jelas Nabi SAW. Berapa jarak waktu di antara keduanya? Empat puluh tahun."(HR Bukhari-Muslim).

Salju menyelimuti kawasan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. - (AP/Dusan Vranic)

Dalam sejarah Islam, kedudukan al-Aqsha begitu berarti. Inilah kiblat pertama bagi umat Rasu lullah SAW dalam shalat. Sebelum berhijrah, Na bi SAW dan para pengikutnya melaksanakan sha lat dengan menghadap ke arah sana. Ketika perintah shalat lima waktu turun, mereka tetap berkiblat ke masjid di Kota al-Quds itu selama 17 bulan hingga turunnya surah al-Baqarah ayat 144. Firman Allah Ta'ala tersebut memuat perintah agar kiblat berpindah ke Ka'bah.

Al-Aqsha pun menjadi salah satu tujuan Nabi SAW tatkala melakukan Isra dan Mi'raj, yakni pada ta hun ke-11 kenabian atau kira-kira setahun sebelum hijrah. Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al- Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihat kan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebe saran) Kami. (QS al-Isra: 1).

Dari Makkah, Rasulullah SAW menaiki al-Buraq dengan diiringi Malaikat Jibril, ke al-Quds. Selan jutnya, dari Masjid al-Aqsha beliau naik ke Si dratul Muntaha untuk menyaksikan berbagai ke kuasaan Allah dan menerima perintah shalat lima waktu. Dari langit ketujuh, beliau kembali lagi ke Makkah. Semua perjalanan itu ditempuhnya, se ca ra jasmani sekaligus rohani, hanya dalam satu ma lam.

 

 

 

Secara kebahasaan, nama al-aqsha berarti 'yang paling jauh.' Tolok ukur jauhnya adalah posisi dari Makkah sehingga Masjid al-Haram seolaholah merupakan masjid terdekat, sedangkan masjid di al-Quds itu terjauh letaknya. Siapa yang pertama kali menamakannya? Hanya Allah yang menge tahui. Bagaimanapun, Dia menggunakan nama itu dalam firman-Nya, antara lain al-Isra ayat 1.

Secara geografis, Masjid al-Aqsha terletak di Kota al-Quds atau Baitul Maqdis, Palestina—yang kini dijajah zionis-Israel. Lokasi persisnya berada di atas dataran tinggi Murayya atau kerap disebut Gunung Baitul Maqdis. Sebutan tersebut hanya berlaku bagi Muslimin. Orang-orang Yahudi menamakannya Gunung Haikal. Karena itu, kaum yang mengeklaim sebagai umat Nabi Sulaiman AS tersebut mendambakan berdirinya Haikal Sulaiman di atasnya.

Kompleks Masjid al-Aqsha memiliki luas sekira 144 ribu meter persegi. Bentuknya menyerupai sebuah persegi panjang dengan sisi-sisi yang kurang teratur. Sebab, panjang tembok yang terletak di empat arah mata angin berlainan, yakni tembok timur (491 m), tembok barat (462 m), tembok utara (310 m), dan tembok selatan (281 m).

Patut diketahui, seluruh yang ada di dalam kawasan yang terlindungi keempat sisi tembok tersebut merupakan satu kesatuan, yakni Masjid al- Aqsha. Kesuciannya pun meliputi seluruh tanah tersebut. Alhasil, yang dinamakan sebagai Masjid al-Aqsha bukanlah hanya satu bangunan. Ia bukan cuma, umpamanya, masjid yang berkubah emas (Kubah ash-Shakhrah) atau perak (Jami' Qibli).

Mahdy Saied RK dalam buku Fadhailu al- Masjidi al-Aqsha wa Madinati Baiti al-Maqdisi wa ar-Raddu 'alaa Mazaa'imi al-Yahudi memapar kan bagian-bagian dari Masjid al-Aqsha sebagai berikut. Pertama, Masjid Qadim. Dinamakan demikian karena bangunan ini lebih dahulu didirikan dari pada bagian-bagian lain di al-Aqsha. Nama lainnya adalah Masjid Janubi atau Masjid Jami' Qibli karena letaknya di arah kiblat. Pendirinya adalah Umar bin Khattab, sang khalifah yang berhasil membebaskan al-Quds dari jajahan Romawi.

 

 

Adapun bentuknya yang dapat dijumpai hingga kini merupakan legasi dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan putranya, Malik. Masjid berkubah perak ini mengambil luas 4.500 m persegi dari total luas al-Aqsha, sedangkan kapasitasnya meliputi 5.500 jamaah. Berdekatan dengan itu, ada Masjid Umar dan Mushalla Qadim. Masjid Umar memiliki atap yang bersambung dengan Jami' Qibli. Adapun Mushalla Qadim terdiri atas dua paviliun yang bisa menampung hingga seribu jamaah.

Kedua, Masjid Qubbat ash-Shakhrah. Ia disebut pula sebagai Dome of the Rock atau Masjid Kubah Batu. Banyak gambar tentang Masjid al- Aqsha yang beredar di dunia nyata maupun maya menempatkan Kubah ash-Shakhrah di tengah-tengah. Hal itu wajar kiranya bila sang pembuat gambar ingin menunjukkan keanggunan tanah suci di al-Quds tersebut. Sebab, bangunan yang didirikan raja Dinasti Umayyah, Abdul Malik bin Marwan, itu bisa dianggap sebagai komponen yang kein da han nya paling mencolok di antara seluruh bagian al-Aqsha.

Kubah ash-Shakhrah berwarna emas terang. Diameternya mencapai 20 m dengan ketinggian 10 m, sedangkan jaraknya dari permukaan tanah ialah 30 m. Berbeda dengan umumnya seluruh al- Aqsha yang menampilkan corak arsitektur Islam klasik, gaya bangunan Masjid Kubah Batu terinspirasi budaya Romawi Timur (Bizantium).

Nama lainnya adalah Kubah Batu karena di bawahnya terdapat batu (shakhrah) yang berukuran 56x42 kaki persegi. Muslimin meyakini, pada batu itulah Nabi Muhammad SAW mulai melakukan Mi'raj. Karena itu, kesuciannya sering disepa dankan dengan Hajar al-Aswad di Masjidil Haram. Di bawah shakhrah, terdapat gua segi empat yang luasnya 4,5x4,5 m persegi dan tingginya 1,5 m.

Anak Palestina Diincar Israel - (Republika)

Berikutnya, ada Masjid al-Buraq sebagai salah satu tempat di dalam kompleks al-Aqsha. Dina makan demikian karena di sanalah al- Buraq—kendaraan Nabi SAW saat melakukan Isra dan Mi'raj— ditambatkan. Seperti ash-Shakhrah, pemba ngunannya bermula sejak era Bani Umayyah. Namun, bentuknya yang dapat dilihat sekarang adalah hasil renovasi yang dikerjakan sultan zaman Dinasti Mamluk.

 

 

Masjid seluas 100 m persegi ini terletak di samping tembok barat al-Aqsha. Kaum zionis kerap memicu konflik di sana karena merasa tembok masjid tersebut adalah bagian dari sisasisa Haikal Sulaiman, yakni Tembok Ratapan. Dalam area al-Aqsha, tepatnya pada sisi barat daya, terdapat Masjid al-Magharibah yang dibangun Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Selain itu, ada pula Mushalla an-Nisa.

Dahulu, bagian dari Tanah Suci ini, sesuai namanya, menjadi tempat bagi jama ah perempuan. Namun, kini ia merupakan pusat perpustakaan al-Aqsha. Adapun pada sisi tenggara al-Aqsha, ada Mushalla al-Marwani. Bangunan seluas 4.000 m persegi itu didirikan Khalifah Walid bin Abdul Malik. Sewaktu al-Quds diserbu Pasukan Salib, bagian al-Aqsha ini diubah menjadi kandang kuda.

Masjid al-Aqsha memiliki sebanyak 15 gerbang yang terletak di sepanjang tembok pagarnya. Mereka adalah Gerbang al-Qaththanin, al- Mathharah, as-Silsilah, al-Magharibah, an-Nazhir, al-Hadid, al- Ghawanimah, al-Asbath, al-Hiththah, dan al-Atam. Gerbang al-Magharibah disebut pula Ger bang Buraq karena dekat dengan tembok Masjid al-Buraq.

Namun, ada satu gerbang pada tembok tersebut yang kini sudah ditutup paksa Yahudi karena di klaim sebagai bagian dari Tembok Ratapan. Itu dinamakan sebagai Gerbang Nabi karena diyakini Na bi SAW masuk ke dalam al-Aqsha melaluinya. Senasib dengan Gerbang Nabi ialah Gerbang ar-Rah mah, al- Janaiz, al-Muzdawaj, dan al-Munfarid. Keempatnya telah diblokade permanen pihak zionis.

Seperti halnya Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi, pesona Masjid al-Aqsha pun diperindah de ngan adanya menara-menara. Lokasinya berada per sis di atas berbagai gerbang al-Aqsha, seperti Ger bang al-Magharibah, as-Silsilah, atau al-Asbath. Selain menara, ada pula kubah-kubah yang memiliki kekhasan tersendiri dalam al-Aqsha. Di samping kubah emas dan perak yang terpasang pada Masjid Qubbat ash-Shakhrah dan Jami' Qibli, terdapat beberapa kubah lagi yang menarik perhatian.

Misalnya, Kubah Nabi yang terletak di sisi barat Qubbat ash-Shakhrah. Kubah yang dibangun pada abad ke-16 M itu menandakan titik tempat Nabi SAW diyakini pernah mendirikan shalat saat Isra-Mi'raj. Namun, tak ada keterangan yang sahih untuk memastikan klaim ini. Berdasarkan hadis-hadis, beliau memang masuk Masjid al-Aqsha dan berjalan di dalamnya sehingga memunggungi ash-Shakhrah, lalu shalat. Namun, di titik mana persis nya dalam al-Aqsha beliau shalat, tidak ada yang tahu.

 

 

Contoh lain konstruksi kubah dalam al-Aqsha ialah Kubah al-Khalili. Letaknya di sisi utara Qubbat ash-Shakhrah. Bangunan itu didirikan Kesultanan Turki Utsmaniyah pada awal abad ke- 18 untuk menghormati seorang pakar fikih, Syekh Muhammad al-Khalili yang wafat pada 1734 M.

 

 

Untuk pengairan, Masjid al-Aqsha mengandalkan sumber-sumber air yang terpancar dari dalam tanah setempat. Tercatat, ada 25 sumur di dalam kompleks suci itu. Masing-masing digali pada masa yang berbeda-beda. Dari jumlah tersebut, setidaknya ada dua sumur terpenting karena terus mengalirkan air hingga kini, yaitu Sumur al-Jannah dan Rumanah.

 
Berita Terpopuler