Timur Tengah Diprediksi Alami Suhu 60 Derajat Celsius

Suhu panas super ekstrem mendesak inovasi adaptasi jamaah haji.

SPA
Timur Tengah Diprediksi Alami Suhu 60 Derajat Celsius. Lebih dari 2,7 juta pohon ditanam di Timur Arab Saudi.
Rep: Alkhaledi Kurnialam/Meiliza Laveda/Kiki Sakinah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alkhaledi Kurnialam, Meiliza Laveda, Kiki Sakinah

Baca Juga

RIYADH -- Timur Tengah dan Afrika Utara sudah menjadi wilayah terpanas dan terkering di bumi. Tetapi perubahan iklim dapat membuat beberapa daerah bahkan tidak dapat dihuni dalam beberapa dekade mendatang dengan suhu yang berpotensi mencapai 60 derajat Celsius atau lebih. 

Dilansir dari Aljazirah, Senin (8/11), dampak krisis iklim di seluruh wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) diperkirakan sangat menghancurkan, termasuk kekurangan air kronis, ketidakmampuan untuk menanam makanan hingga lonjakan kematian terkait panas dan masalah kesehatan.

Pada 2100, sekitar 600 juta penduduk atau 50 persen dari populasi wilayah tersebut mungkin terkena peristiwa cuaca super-ekstrem jika proyeksi gas rumah kaca saat ini terus berlanjut. Hal ini dijelaskan doleh salah satu studi di jurnal Nature. 

"Berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, panas terik akan berpotensi mengancam jiwa manusia," kata penelitian itu. 

"Kami mengantisipasi suhu maksimum selama gelombang panas di beberapa pusat perkotaan dan kota-kota besar di MENA dapat mencapai atau bahkan melebihi 60 derajat Celsius yang akan sangat mengganggu masyarakat," tulis para ilmuwan.

Penulis utama studi tersebut George Zittis....

Perubahan iklim ancam 100 juta warga Afrika. - (republika)

 

Penulis utama studi tersebut George Zittis mengatakan, kelembapan yang lebih tinggi dari peningkatan penguapan laut di sekitarnya akan meningkatkan bahaya. “Tekanan panas selama musim panas akan mencapai atau melebihi ambang batas kelangsungan hidup manusia, setidaknya di beberapa bagian wilayah dan untuk bulan-bulan terpanas,” kata Zittis.

Pusat-pusat kota besar di sekitar Teluk, Laut Arab, dan Laut Merah, seperti Dubai, Abu Dhabi, Doha, Dhahran, dan Bandar Abbas semuanya akan lebih sering mengalami suhu yang parah. “Kota-kota tersebut akan merasakan peningkatan efek pulau panas dan sebagian besar ibu kota di Timur Tengah dapat menghadapi empat bulan hari yang sangat panas setiap tahun,” menurut Bank Dunia.

Bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya

Sekitar 70 persen dari negara-negara yang paling mengalami kesulitan air di dunia berada di MENA. Saat iklim semakin menghangat, dampak sosial dan ekonomi akan semakin parah.

Saat ini, ada lebih dari 12 juta orang di Suriah dan Irak kehilangan akses ke air, makanan dan listrik karena kenaikan suhu, rekor tingkat curah hujan yang rendah, dan kekeringan. Hal inilah yang membuat orang-orang di seluruh wilayah kekurangan air minum dan kesulitan pertanian.

Suriah saat ini menghadapi kekeringan terburuk dalam 70 tahun. Kelompok-kelompok bantuan menggambarkan situasi tersebut sebagai bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Potensi intensifikasi gelombang panas....

Ilustrasi kekeringan di Afrika - ( AP /Farah Abdi Warsameh)

 

“Potensi intensifikasi gelombang panas di lingkungan MENA yang sudah keras, panas, dan gersang diperkirakan akan berdampak negatif langsung pada kesehatan manusia, pertanian, perhubungan air dan energi, dan banyak sektor sosial ekonomi lainnya,” kata Direktur Dampak Hidrogeologi dari Yayasan CMCC Paola Mercogliano.

Meningkatnya kekurangan air telah memicu konflik regional. Beberapa peneliti khawatir memperebutkan sumber daya yang langka akan meningkat di seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara saat dunia semakin memanas.

“Dampak sosial mungkin relatif besar. Selain itu, populasi manusia di wilayah MENA diproyeksikan mencapai puncaknya sekitar tahun 2065. Oleh karena itu, ancaman terhadap pasokan air di wilayah dengan kenaikan suhu sangat serius,” kata Mercogliano. 

Kelangkaan air juga akan menjadi beban keuangan dengan wilayah MENA akan paling menderita dari wilayah mana pun di seluruh dunia. Ini akan merugikan pemerintah 7-14 persen dari produk domestik bruto mereka pada 2050. 

Sektor pertanian, yang menyediakan pekerjaan paling banyak di Timur Tengah dan Afrika Utara, bisa hancur dengan ketersediaan air yang menurun 45 persen. Produksi pangan diperkirakan akan sangat menderita sebagai akibat dari sepertiga lahan pertanian yang hangus oleh panas yang ekstrem.

Dengan pemanasan bumi yang terus berjalan....

Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh akan menjadi salah satu lokasi proyek kota hijau terbesar dunia. - (Arab News)

 

Dengan pemanasan bumi yang terus berjalan, langkah-langkah adaptasi yang mahal akan diperlukan. “Adaptasi sangat penting untuk kelangsungan hidup generasi mendatang di bawah perubahan iklim,” kata Mercogliano.

Lebanon sedang mengembangkan danau di bukit untuk melestarikan dan menyimpan air irigasi. Di Mesir, upaya sedang dilakukan untuk membangun pemecah gelombang untuk melestarikan lahan basah dan instalasi pesisir dari intrusi air laut. Di Yordania, air limbah yang diolah sekarang digunakan untuk mengairi daerah pertanian.

“Sebuah proyek di Maroko memberdayakan perempuan untuk memanen air dari kabut, sementara di Yordania ada program memberdayakan perempuan pedesaan untuk membantu mengatasi pertanian dalam konteks perubahan iklim,” kata Mercogliano.

Dampak bagi jamaah haji

Bagi umat Islam di seluruh dunia, berpartisipasi dalam haji di Arab Saudi akan membutuhkan inovasi yang sangat adaptif untuk melindungi jamaah dari kondisi panas. Diperkirakan dua hingga tiga juta Muslim melakukan haji setiap tahun dengan masing-masing menghabiskan 20-30 jam di luar ruangan selama periode lima hari.

“Tingkat stres panas bisa melebihi ambang batas bahaya yang ekstrem,” kata Zittis, tentang haji ke Makkah di masa depan.

Namun, langkah-langkah adaptasi hanya....

Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Haji dan Umrah Saudi menunjukkan jamaah haji mengenakan masker pelindung wajah, berdoa di Jabal al-Rahmah (Bukit Rahmat) pada Hari Arafah, sebagai bagian dari ritual penting ziarah haji tahunan di kota tenda Arafat, Arab Saudi, 19 Juli 2021. - (EPA-EFE/SAUDI HAJJ AND UMRAH MINISTRY )

 

Namun, langkah-langkah adaptasi hanya membantu jika kelangsungan hidup di wilayah tersebut memungkinkan, yakni jika jutaan penduduk Timur Tengah dan Afrika Utara melakukan tindakan. Para peneliti setuju tanpa emisi gas rumah kaca yang segera dan menurun dengan cepat, situasi di kawasan MENA akan menjadi situasi yang suram dalam beberapa dekade mendatang.

“Ketika sekitar 600 juta orang dihadapkan pada gelombang panas yang mengancam jiwa [dan] kekurangan makanan dan air berikutnya, satu-satunya cara bertahan hidup adalah menuju ke bagian dunia yang lebih dingin, berlimpah sumber daya, dan masih berkembang,” tulis Hafed al- Ghwell dari Institut Kebijakan Luar Negeri di Universitas John Hopkins.

Arab Saudi berencana menanam 100 ribu pohon menggunakan drone atau pesawat nirawak di cagar alam utara Saudi. Langkah tersebut merupakan bagian dari rencana untuk mengembangkan vegetasi, memerangi penggurunan, dan membudidayakan pohon lokal serta tanaman liar di Cagar Alam Kerajaan Imam Turki bin Abdullah di Hail.

Menteri dan Ketua Dewan Direktur Cagar Alam Pangeran Turki bin Mohammed bin Fahd mengatakan kampanye penghijauan bertujuan melestarikan keanekaragaman lingkungan dan memperkuat perlindungan lingkungan. Drone akan digunakan untuk menyebarkan benih di lebih dari 200 hektare lahan.

Sebagai bagian dari Inisiatif Hijau Saudi dan Timur Tengah yang diluncurkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman awal tahun ini, Arab Saudi bertujuan menanam 10 miliar pohon di Kerajaan dalam beberapa dekade mendatang. Arab Saudi mengumumkan serangkaian langkah-langkah menangani krisis iklim yang semakin intensif. Rencana iklim tersebut dituangkan dalam 'Inisiatif Hijau Timur Tengah' yang diluncurkan pada Senin (25/10).

Inisiatif tersebut termasuk mencapai nol emisi gas rumah kaca pada 2060, menanam 50 miliar pohon di Timur Tengah dalam beberapa dekade mendatang, dan meluncurkan proyek energi bersih senilai 10,4 miliar dolar untuk kawasan tersebut. Arab Saudi menguraikan rencana membangun pabrik hidrogen hijau terbesar di dunia yang ditenagai oleh energi matahari dan angin di kota futuristik Neom. Riyadh telah mengatakan 'Inisiatif Hijau Saudi' akan melibatkan investasi lebih dari 700 miliar riyal (187 miliar dolar AS) pada 2030.

 
Berita Terpopuler