KH Hasan Gipo, Ketum Tanfiziyah Pertama NU (III)

Sebelum terbentuknya NU, Kiai Hasan sudah mendukung dakwah dan syiar Islam.

abunamira.wordpress.com
Nahdlatul Ulama
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, KH Hasan Gipo merupakan seorang saudagar kaya raya yang lahir pada 1869 di Surabaya, Jawa Timur. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agama dan bangsa, terutama melalui Nahdlatul Ulama (NU). Ia menjadi ketua umum tanfidziyah pertama NU, mendampingi Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari selaku rais akbar.

Baca Juga

Jauh sebelum terbentuknya NU, Kiai Hasan sudah mendukung dakwah dan syiar Islam, khususnya yang dilakukan kalangan pesantren. Sewaktu para tokoh Islam tradisionalis hendak mengirimkan utusan ke Hijaz (Arab Saudi) demi menemui Ibnu Saud, ia turut memberikan sokongan finansial.

Komite Hijaz itu diketuai KH Abdul Wahab Hasbullah. Tujuannya mengimbau Raja Saud agar tidak mengekang aktivitas Islam Ahlussunnah waljamaah di Jazirah Arab. Dalam pengiriman delegasi ke Makkah itu, KH Hasan Gipo memelopori penghimpunan dana.

Bahkan, ia sendiri menyumbang dalam jumlah yang sangat besar. Pembentukan Komite Hijaz itu pun akhirnya melatari berdirinya NU sebagai salah satu penyeimbang gerakan-gerakan Islam modernis di Tanah Air.

Kini, riwayat Kiai Hasan seolaholah terlupakan bahkan di lingkungan Nahdliyin. Makam sang saudagar yang alim agama itu hampir saja hilang, tidak ditemukan jejaknya. Namun, sejak 2015 lalu sejumlah tim akhirnya berhasil menemukan kuburannya di Kompleks Permakaman Kanjeng Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Lokasinya persis di sebelah timur Masjid Ampel.

 

 

Salah satu keturunan Kiai Hasan Gipo, Abdul Quddus Salam, mengatakan, pihaknya terus berupaya agar negara menetapkan mubaligh tersebut sebagai seorang pahlawan nasional. Dalam hal ini, dukungan telah datang dari Ikatan Keturunan Sagipodin (IKSA) dan tentunya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Menurut Abdul Quddus, Kiai Hasan Gipo tidak hanya berperan dalam NU, tetapi juga pergerakan nasional sejak zaman penjajahan. Hingga kini, PBNU, IKSA, dan lain-lain terus mempersiapkan berbagai bahan demi meyakinkan pemerintah bahwa sang kiai sangat layak ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Kalau menurut kami, beliau layak menjadi pahlawan nasional. Kami sebagai pengusul pertama-tama memunculkan dulu peran-peran beliau (Kiai Hasan Gipo). Ini dimulai dari memakmurkan Langgar Gipo, ujarnya saat dihubungi Republika, beberapa waktu lalu.

Langgar Gipo berada di tepi Jalan Kalimas Udik, Pabean Cantian, Surabaya. Bangunan itu memang cukup bernilai sejarah. Sebab, di sanalah tempat berkumpulnya para ulama NU zaman dahulu. Konstruksi berusia dua abad itu juga tercatat sebagai asrama haji pertama di Kota Pahlawan.

Abdul Quddus mengaku optimistis akan fungsi Langgar Gipo dalam mendukung program wisata kota tua yang belakangan ini didengungkan Pemerintah Kota Surabaya. Di antara jasa-jasa Kiai Hasan ialah menangkal paham yang berupaya merusak Indonesia, semisal komunisme. Selain itu, kiprahnya juga tampak jelas dalam bidang pendidikan. 

 

"Pahlawan nasional itu kan harus digali apa peran utamanya. Salah satunya adalah bagaimana mendorong pergerakan nasional dan juga bagaimana menyemangati,"kata koordinator kaderisasi Pengurus Wilayah NU Jawa Timur itu.

Pada intinya, dia melanjutkan, sosok KH Hasan Gipo bukanlah milik keluarga besar Gipo, melainkan kaum Nahdliyin dan umat Islam seluruhnya.

 
Berita Terpopuler