KH Muslih Al-Maraqi, Ulama Berjiwa Patriot (III)

Kiai Muslih banyak menulis kitab-kitab berbahasa Arab.

pxhere
(Ilustrasi) Kiai Muslih banyak menulis kitab-kitab berbahasa Arab.
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Salah seorang ulama yang dikenang sebagai sesepuh tarekat di Indonesia ialah KH Muslih al-Maraqi. Dalam masa hidupnya, ia pernah menjadi mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN).

Baca Juga

Khususnya bagi masyarakat Nahdliyin, dirinya diingat sebagai salah satu pendiri Jam'iyyah Ahlith Thariqah al- Mu'tabarah an-Nahdliyyah (Jatman). Bahkan, Kiai Muslih disebut sebagai salah satu pionir terorganisasinya Tarekat al- Mu'tabarah di Indonesia.

Dalam buku Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat, Martin van Bruinessen menuturkan perihal ketokohan Kiai Muslih. Akademisi itu mengatakan, Kiai Muslih termasuk dalam jajaran tokoh sentral TQN pada era 1970-an.

Dalam hal ini, dirinya bersama dengan Abah Anom, Kiai Thohir Falak, dan Kiai Mustain Romly. Sedangkan, Murtadho Hadi menyebut Kiai Muslih sebagai Guru Sufi Tanah Jawa, bersanding dengan Abuya Dimyati Banten atau Kiai Romli Tamim Rejoso Jombang.

Selain memanfaatkan waktunya untuk mengajarkan tarekat, Kiai Muslih juga banyak menulis kitab-kitab berbahasa Arab. Karena itu, ia tergolong kelompok ulama yang cukup produktif. Setidaknya, ada empat karya utama yang ditulisnya dalam kurun masanya sebagai pengasuh Pesantren Futuhiyyah.

 

 

Kitab karangannya yang pertama berjudul Hidayah al-Widan. Kitab ini berisi kurang lebih 100 bait tentang ilmu nahwu. Kitab ini sekarang lebih populer dengan nama Sulam as-Shibyin yang notabenenya terjemahan dari Hidayah al- Widan, ditulis oleh menantunya, Kiai Muhammad Ridhwan.

Kedua, kitab Inarah az-Dzalam yang berisi kurang lebih 60 bait. Karya Kiai Muslih ini mengupas tentang 50 dasardasar tauhid, tarekat, hakikat, makrifat, masalah zikir, dan metode penyucian diri. Kitab ini lebih banyak mencerminkan ajaran teologinya Syekh Abu Hasan al- Asy'ari, dan tasawuf Syekh Junaid al-Bagdhadi.

Ketiga, Kiai Muslih juga menulis Wasailu Wushulil Abdi Ila Maulah (2 jilid) yang merupakan syarah kitab Al-Hikam karya Ibnu Athaillah As-Sakandari. Kiai Muslih terinspirasi oleh isi dari beberapa bait syair yang ditulis Ibnu Athaillah tentang pintu menuju Tuhan.

Keempat, Kiai Muslih juga menulis kitab An-Nur Al-Burhany yang terdiri atas dua jilid. Kitab ini merupakan terjemahan dengan sedikit catatan tambahan Kiai Mushlih atas kitab manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani. Di samping keempat karya utamanya tersebut, Kiai Muslih juga menulis kitabkitab yang berupa doa dan wirid. 

Setidaknya ada tiga karya kumpulan doa Kiai Muslih, yaitu Tsamrotul Qulub, Nasru Al-Fajr, dan Al-Munajat. Kitab Tsamrotul Qulub sendiri sampai sekarang masih terus diamalkan secra kolektif oleh santri Pesantren Futuhiyyah setiap sholat lima waktu. Sedangkan, dua kitab lainnya diamalkan secara perorangan. 

 

 
Berita Terpopuler