Bayi Kelelahan Saat Menyusu: Gejala Penyakit Jantung Bawaan

Waspadai gejala penyakit jantung bawaan pada anak.

Republika/Yogi Ardhi
Ibu menimang bayinya. Orang tua perlu mewaspadai gejala penyakit jantung bawaan pada anaknya. Salah satu gejalanya ialah bayi tampak kelelahan saat menyusu.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan menyusui tak hanya berperan penting dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi, tetapi juga untuk menciptakan hubungan erat antara ibu dan bayi. Di saat menyusui ini pula, Yuli Lestari menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan bayinya.

"Pada saat lahir, anak saya saat menyusui selalu terputus-putus, napasnya lebih cepat, berbeda dari anak pada umumnya," ungkap perempuan yang juga merupakan anggota dari Komunitas Keluarga Kelainan Jantung Bawaan (KKJB) tersebut dalam webinar yang diselenggarakan Danone Specialized Nutrition Indonesia dalam rangka memperingati Hari Jantung Sedunia, Rabu (29/9).

Hal itu mendorong Yuli untuk memeriksakan anaknya ke dokter. Dari pemeriksaan, diketahui bahwa anak Yuli mengidap penyakit jantung bawaan (PJB) dan harus menjalani operasi agar fungsi jantungnya bisa menjadi normal.

Selain rutin berkonsultasi dengan dokter, Yuli juga berupaya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anaknya dengan optimal. Hal ini penting dilakukan karena anak dengan PJB lebih rentan terhadap malnutrisi kurang gizi. Kondisi tersebut bisa membuat daya tahan tubuh anak menurun dan anak menjadi lebih sering sakit.

"Itu bisa memengaruhi keberhasilan operasi di kemudian hari. Karena itu saya kejar status gizinya," ungkap Yuli.

Dengan beragam upaya ini, operasi anak Yuli bisa berjalan dengan lancar. Saat ini, anak Yuli sudah menginjak usia empat tahun dan tampak ceria seperti anak seumurnya.

"Saya sangat bersyukur operasi anak saya berjalan lancar, sehingga saya bisa mengejar tumbuh kembangnya," pungkas Yuli.

Apa yang menimpa anak Yuli diperkirakan juga dialami oleh sekitar 43.200 anak Indonesia setiap tahunnya. PJB merupakan kondisi di mana ada kelainan struktur anatomi, letak, atau fungsi jantung akibat gangguan pembentukan organ jantung pada janin. Gangguan pembentukan organ jantung ini terjadi pada trimester awal kehamilan dan terbawa sampai janin dilahirkan.

Anak yang mengidap PJB memiliki kelainan pada fungsi atau struktur jantungnya. Hal ini dapat berimbas pada masalah yang lebih luas karena jantung merupakan organ yang berperan dalam memompa darah dan mengalirkan oksigen serta nutrisi ke sel-sel tubuh.

Dokter spesialis anak ahli kardiologi dr Rahmat Budi Kuswiyanto SpA(K) MKes mengatakan, kelelahan saat beraktivitas merupakan salah satu gejala utama dari PJB. Pada bayi, salah satu aktivitas tersebut adalah menyusui.

"Akan terlihat kelelahan saat menyusui," ujar dr Budi.

Selain kelelahan saat beraktivitas atau menyusu, dr Budi mengatakan ada beberapa gejala dan tanda PJB pada anak yang perlu diketahui dan diwaspadai oleh orang tua. Gejala PJB lainnya adalah napas cepat atau sesak napas, pertumbuhan terhambat atau berat badan sulit naik, perubahan bunyi atau letak jantung, serta kebiruan.

Baca Juga

Menurut dr Budi, gejala kebiruan pada bayi yang baru lahir cenderung sulit terlihat. Dalam kondisi ini, pengecekan saturasi oksigen dapat membantu deteksi dini PJB.

Beberapa tanda PJB yang juga patut diwaspadai adalah infeksi paru berulang, sindrom atau kelainan bawaan lain, pingsan, berdebar, atau nyeri dada. Selain itu, kondisi anak yang kurus atau stunting juga patut diwaspadai sebagai tanda PJB.

"Tapi bisa juga (anak dengan PJB) kelihatan sehat," tutur dr Budi.

Orang tua, lanjut dr Budi, memiliki peran penting dalam mengenali gejala dan tanda PJB pada anak mereka. Bila menemukan gejala atau tanda PJB, orang tua sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

Upaya lain yang perlu dilakukan adalah memberikan asupan nutrisi yang adekuat dan memantau tumbuh kembang anak. Hal lain yang disarankan dr Budi adalah memastikan kelengkapan imunisasi anak dan melakukan upaya untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut anak.

"Harus ekstra untuk menjaga kesehatan gigi mulut, karena ini berisiko infeksi pada jantung ya," ungkap dr Budi.

 
Berita Terpopuler