Cara Berzikir yang Disukai Allah SWT

Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman untuk selalu berzikir.

Thoudy Badai/Republika
Berdzikir. Ilustrasi
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman untuk selalu berzikir dan bersyukur kepada-Nya serta melarang berbuat kufur kepada-Nya. Berzikir merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya.

Baca Juga

Berzikir kepada Allah sangat penting bagi seorang Mukmin sehingga Alquran menyebutkan pada sekitar 50 ayat, begitu pula dalam sunnah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam. Adapun yang dimaksud zikir bukan sekadar yang dilakukan dengan lisan tetapi juga dilakukan dengan pikiran, perasaan, dan perbuatan.

Secara garis besar, zikir dibagi menjadi dua jenis, yakni lisan dan selain lisan antara lain pikiran, perasaan, dan perbuatan. Adapun zikir lisan adalah mengucapkan kalimat thayyibah.

Sementara, zikir pikiran adalah sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Ali Imran ayat 191, yaitu orang yang senantiasa mengingat Allah dalam berbagai kondisi dan senantiasa memikirkan penciptaan alam semesta beserta semua isinya, baik yang tampak maupun tidak. Juga meyakini tidak ada yang sia-sia dari apa yang diciptakan Allah SWT.

 

Alquran menyebutkan sejumlah cara zikir yang disukai Allah yakni

Dengan rendah diri (QS Al Anam ayat 63).

Dengan suara lembut (QS Al Araf ayat 55).

Dengan rasa takut kepada Allah (QS Al Araf 205).

Dengan tidak mengeraskan suara (QS Al Araf 205).

Berdoa dan berzikir yang keluar dari empat kategori tersebut termasuk kategori melampaui batas. Padahal Allah SWT, tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Abu Musa Al-Asyari berkata,"Kami bersama Rasulullah SAW sehingga jika kami mendekati suatu lembah kami bertahlil dan bertakbir dengan suara yang sangat keras sehingga Nabi bersabda, wahai sekalian manusia, rendahkan suara kalian, sesungguhnya kalian tidak menyeru Zat yang tuli atau tidak ada, sesungguhnya Dia bersama kalian, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, dan Mahamendekat, Mahasuci asma-Nya, dan Mahamulia (HR Bukhari no.6838).

Sumber: Tafir At Tahrir wat Tanwir, Ibnu Asyur;Afsir Al Wasith, Sayyid at-Thantawi; dan Tafsir AL Karim Ar Rahman, Abdurahman As Sa'di)

 
Berita Terpopuler