Grup Band Perempuan di Kashmir Bertekad Hidupkan Musik Sufi

Musik sufi banyak dimainkan para pemuda di Khasmir.

TRT World
Grup Musik Sufi di Khasmir.
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, Lima gadis yang mengenakan pheran (baju tradisional Kashmir) dan kerudung warna-warni duduk melingkar, memegang alat musik. Mereka semua bernyanyi serempak, memainkan instrumen mereka dan mengisi udara dengan suara merdu. Pegunungan Himalaya yang menjadi latar belakang mereka memberikan sentuhan dunia lain pada musik yang dimainkan.

Baca Juga

Dilansir dari Turkish Radio and Television (TRT World), grup tersebut terdiri dar Irfana Yousuf Beigh yang menjadi musisi utama, memetik akord pada santoor, alat musik tradisional khas anak benua India. Rekan penampilannya ada di tabla, drum tangan, dan Saaz-e-Kashmir, alat musik gesek dengan busur.

Mereka semua adalah bagian dari grup musik khusus perempuan di wilayah Jammu dan Kashmir di India Utara, wilayah yang disengketakan India dan Pakistan.

Band ini memainkan Sufiyana Musiqi (musik Sufi), genre musik yang secara tradisional lebih banyak dimainkan kaum pria. Maklum saja, ribuan orang di Kashmir memang mengikuti Sufisme, sebuah bentuk aliran dalam Islam yang didasarkan pada perdamaian, toleransi, dan pluralisme, yang pengikutnya mencari kedamaian spiritual melalui musik.

 

Musik sufiyana berdasarkan ayat-ayat puisi memiliki akar Asia Tengah dengan lirik dalam bahasa Persia yang datang ke Kashmir dari Iran pada abad ke-15. Dengan asimilasi bertahap ke Kashmir, sekarang campuran berbagai bahasa dari Hindi dan Urdu hingga Kashmir dengan bahasa Persia asli.

Di masa lalu, ada banyak gharanas (sekolah) Sufiyana Musiqi di seluruh Kashmir.  Tetapi dengan munculnya musik Barat dan Bollywood, mereka telah didorong ke ambang kepunahan. 

Terlepas dari sejarahnya yang panjang di wilayah tersebut, minat terhadap musik Sufi semakin berkurang karena berbagai faktor mulai dari hilangnya perlindungan pemerintah hingga munculnya kelompok-kelompok Islam konservatif dan perselisihan sipil serta eksodus Pandit Kashmir dari wilayah tersebut. Kashmiri Pandit adalah salah satu pelindung utama musik Sufi.

 

Tertarik

Sekitar lima tahun lalu, Irfana tertarik pada musik Sufiyana, ayah musisi klasiknya Mohammad Yousuf, di desa kecil menonton Ganastan di distrik Bandipora, Kashmir Utara.  Ia terpesona oleh alat musik tradisional yang dimainkan seperti santoor dan sitar, serta lagu-lagu gubahan para santo sufi.  Adik perempuannya Rehana dulu juga pernah belajar tabla (drum) dari ayahnya.

Untuk pelajaran musik, ayahnya mengirimnya ke ahlinya, Ustaz Mohammad Yakoub Sheikh.  Melihatnya tampil di Doordarshan, penyiar publik India, tetangganya Gulshan Lateef juga bergabung dengannya. 

Beberapa teman di desa juga tertarik untuk mempelajari bentuk musik tersebut.  Mereka membentuk kelompok khusus perempuan bernama Yemberzal, bunga pertama yang tumbuh di Kashmir setelah musim dingin yang panjang dan keras.

Gadis-gadis itu berusia akhir belasan dan awal dua puluhan.  Sambil mengejar karir di bidang musik, mereka terus bersekolah di sekolah dan perguruan tinggi masing-masing. Mereka telah mengikuti banyak kompetisi tingkat kabupaten dan kota dan memenangkan berbagai penghargaan.

 

 

“Musik ini adalah bagian dari warisan Kashmir.  Sejak kecil, saya telah mendengarkan ayah saya membawakan musik yang kuat ini yang selalu memberi saya kedamaian dan ketenangan.  Saya juga terinspirasi untuk mempelajari dan menampilkan genre ini, ”jelas Irfana.

"Belajar musik klasik itu menuntut dan membutuhkan berjam-jam latihan setiap hari,"tambahnya.

Kashmir memiliki gadis-gadis lain yang menampilkan musik di masa lalu. Pada tahun 2012, tiga gadis sekolah menengah membentuk sebuah band rock bernama Pragaash, yang menghadapi reaksi keras dan mengeluarkan fatwa, menyebabkan mereka membubarkan grup tersebut. 

 
Berita Terpopuler