Serangan Israel di Jalur Gaza Semakin Intens

Hamas melepaskan roket ke wilayah Israel tanpa henti

AP/Mahmoud Illean
Warga Palestina bentrok dengan pasukan keamanan Israel di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem Senin, 10 Mei 2021.
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, -- Israel meningkatkan serangan di Jalur Gaza, meratakan gedung bertingkat tinggi yang digunakan oleh Hamas. Sedangkan, Hamas melepaskan roket ke wilayah Israel tanpa henti dan membuat kedua pihak saling bertikai tanpa menunjukan suasana yang lebih tenang.

Baca Juga

Pertempuran antara Israel dan Hamas adalah yang paling intens sejak perang 50 hari pada musim panas 2014. Hanya dalam waktu 24 jam, putaran kekerasan saat ini, yang dipicu oleh ketegangan agama di kota Yerusalem yang diperebutkan, semakin menyerupai perang yang menghancurkan.

Ledakan serangan udara Israel dan desisan tembakan roket yang keluar terdengar di Gaza sepanjang hari. Gumpalan asap besar dari bangunan yang ditargetkan naik ke udara.  Israel melanjutkan kebijakan serangan udara yang bertujuan membunuh kelompok yang menguasai Gaza dan mulai merobohkan seluruh bangunan.

Sedangkan di wilayah Israel, rentetan tembakan roket tanpa henti meninggalkan asap putih yang panjang di belakang. Sementara ledakan pencegat anti-roket meledak di atas kepala. Sirene serangan udara meraung sepanjang hari, membuat penduduk yang panik berlindung.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk memperluas serangan, sementara Hamas terus melepaskan rentetan roket larut malam yang sengit. Serangan Hamas ini memicu sirene serangan udara dan ledakan di seluruh wilayah metropolitan Tel Aviv yang padat penduduk.

Dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional, Netanyahu mengklaim bahwa Israel telah membunuh puluhan militan dan menimbulkan kerusakan parah pada ratusan sasaran. "Kampanye ini akan memakan waktu. Dengan tekad, persatuan, dan kekuatan, kami akan memulihkan keamanan bagi warga Israel," ujarnya.

Serangan paling sengit adalah serangkaian serangan udara yang menjatuhkan seluruh bangunan 12 lantai. Bangunan itu menampung kantor-kantor penting Hamas, serta pusat kebugaran dan beberapa bisnis baru. Israel melepaskan serangkaian tembakan peringatan sebelum menghancurkan gedung, memungkinkan orang untuk melarikan diri dan tidak ada korban jiwa.

 

Pesawat Israel merusak berat bangunan lain di Kota Gaza Rabu pagi (12/5). Bangunan berlantai sembilan ini menampung apartemen hunian, perusahaan medis, dan klinik gigi.

Sebuah drone menembakkan lima roket peringatan sebelum pemboman. Israel mengatakan Hamas memiliki kantor intelijen dan komando kelompok yang bertanggung jawab untuk merencanakan serangan terhadap sasaran Israel di Tepi Barat yang diduduki.  Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan, korban meninggal di Gaza meningkat menjadi 35 warga Palestina, termasuk 10 anak-anak, dengan lebih dari 200 orang terluka.

Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, menyatakan telah ada target-target yang siap diserang. Serangan yang dilakukan saat ini diklaim baru permulaan. Militer mengatakan pihaknya mengaktifkan sekitar 5.000 cadangan dan mengirim bala bantuan pasukan ke perbatasan Gaza.

Konfrontasi meletus akhir pekan lalu di kompleks masjid Al-Aqsa. Selama empat hari, polisi Israel menembakkan gas air mata dan granat kejut ke arah warga Palestina di kompleks yang melemparkan batu dan kursi ke arah pasukan. Kadang-kadang, polisi menembakkan granat setrum ke masjid yang dilapisi karpet.

Pada Senin (10/5) malam, Hamas mulai menembakkan roket dari Gaza. Sejak saat itu, eskalasi terjadi dengan cepat. Dalam pidato yang disiarkan televisi, pemimpin Hamas yang diasingkan, Ismail Haniyeh, mengatakan Israel memikul tanggung jawab. "Pendudukan Israel-lah yang membakar Yerusalem, dan apinya mencapai Gaza," katanya.

Para diplomat berusaha untuk campur tangan, dengan Qatar, Mesir, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bekerja untuk memberikan gencatan senjata. Ketiganya berfungsi sebagai mediator antara Israel dan Hamas.

Dewan Keamanan PBB berencana untuk mengadakan pertemuan darurat tertutup kedua dalam tiga hari pada Rabu. Pertemuan itu membahas mengenai meningkatnya kekerasan.

 
Berita Terpopuler