Kekerasan Terjadi di Beberapa Kota Israel

Benjamin Netanyahu mengumumkan keadaan darurat di Lod, dekat Tel Aviv

EPA-EFE/ABIR SULTAN
Sistem pertahanan anti-roket kubah besi Israel dan tentara terlihat saat asap membubung di dekat pabrik minyak di kota Ashkelon, Israel, 11 Mei 2021. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka menyerang lebih dari 100 sasaran Hamas di Jalur Gaza selama pembalasan. serangan semalam setelah roket ditembakkan ke Israel oleh militan Palestina.
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kekerasan di kota-kota campuran Yahudi-Arab di Israel berkobar pada Rabu (12/5) pagi. Kondisi itu terjadi di tengah meningkatnya kemarahan di dalam minoritas Arab di Israel atas serangan udara ke Gaza dan penggerebekan polisi di Masjid Al-Aqsa Yerusalem.

Baca Juga

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan keadaan darurat di Lod, dekat Tel Aviv. Langkah itu dilakukan setelah muncul laporan pada Selasa (11/5) tentang orang-orang Arab yang membakar sinagog dan orang-orang Yahudi melempari mobil yang sedang dikemudikan oleh seorang penduduk Arab.

Pejabat keamanan mengatakan, telah memindahkan 16 pasukan polisi perbatasan ke Lod dari Tepi Barat yang diduduki untuk menangani kekerasan. "Kami telah kehilangan kendali atas kota dan jalan-jalan," keluh Walikota Lod, Yair Revivo kepada Channel 12 News.

Polisi menangkap puluhan orang semalam di Lod serta di kota-kota mayoritas Arab di Israel tengah dan utara, termasuk Umm al-Fahm di sepanjang perbatasan Tepi Barat dan Jisr al-Zarqa di sepanjang pantai Mediterania. "Kami mengutuk bahwa solidaritas dan kohesi rakyat kami dengan saudara-saudara kami di Yerusalem dan Jalur Gaza disalurkan melalui tindakan sabotase ke properti publik dan pribadi, seperti yang sekarang terjadi di pintu masuk Umm al-Fahm," kata walikota kota itu, Samir Mahamid. 

 

Minoritas Arab Israel terdiri atas keturunan Palestina dan berkewarganegaraan Israel. Mereka sebagian besar merupakan keturunan dari orang-orang Palestina yang tinggal di bawah pemerintahan Ottoman dan kolonial Inggris sebelum tinggal di Israel setelah negara itu didirikan pada 1948.

Sebagian besar mereka menggunakan dwibahasa dalam bahasa Arab dan Ibrani dan merasakan rasa kekeluargaan dengan sesama warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki. Mereka sering mengeluhkan diskriminasi sistemik, serta akses yang tidak adil ke perumahan, perawatan kesehatan, dan layanan pendidikan.

Media Israel melaporkan bahwa restoran ikan milik Yahudi yang populer di kota pesisir campuran Acre, Uri Buri, telah dibakar. Rekaman yang ditayangkan oleh Channel 12 menunjukkan bagian luar restoran dihitamkan dan terbakar, serta jendelanya pecah.

Sedangkan wilayah Jaffa, dekat Tel Aviv, pengunjuk ras Arab bentrok dengan polisi yang menembakkan granat kejut untuk membubarkan mereka. Di Haifa, Jaffa, dan Nazareth, pengunjuk rasa dari keturunan Arab telah mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan slogan-slogan untuk mendukung warga Palestina yang menghadapi penggusuran dari lingkungan Yerusalem Timur di bawah kasus hukum yang sudah berjalan lama.

Warga Arab Israel termasuk di antara ribuan warga Palestina yang bentrok dalam beberapa hari terakhir dengan polisi Israel di sekitar Kota Tua Yerusalem. Juru bicara Hamas, Abu Ubaida, mendorong warga Arab untuk bangkit melawan Israel.

"Brigade Qassam dekat dengan Anda, karena dia menggambar peta tanah air dengan roketnya, dan dengan perlawanannya, melawan musuh kami dan Anda," kata Ubaida dalam pidatonya pada Rabu merujuk pada pasukan sayap kanan Hamas.

 
Berita Terpopuler