PM Yordania Rombak Kabinet Sesuai Arahan IMF

Perombakan kabinet Yordania untuk mempercepat reformasi pemulihan ekonomi

EPA
Perdana Menteri Yordania, Bisher al-Khasawneh, merombak kabinet pada Ahad (7/3).
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Perdana Menteri Yordania, Bisher al-Khasawneh, merombak kabinet pada Ahad (7/3). Langkah itu bertujuan mempercepat reformasi yang direkomendasikan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk pemulihan ekonomi Yordania dari hantaman pandemi virus corona.

Baca Juga

Sebanyak enam menteri baru termasuk dalam negeri dan keadilan mendapatkan perombakan. Dalam kabinet baru yang beranggotakan 28 orang, Brigadir Jenderal Mazen Araya yang memimpin pusat krisis Covid-19 ditunjuk sebagai menteri dalam negeri.

Pejabat pemerintah menyatakan, perombakan yang dianggap memberi Khasawneh lebih banyak ruang untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi. Para pembantunya mengatakan Khasawneh diharapkan untuk mempertahankan Mohammad Al Ississ yang berpendidikan Harvard sebagai menteri keuangan.

Khasawneh telah memenangkan pujian IMF atas penanganannya terhadap ekonomi selama pandemi. Dia telah menegosiasikan program empat tahun IMF senilai 1,3 miliar dolar AS yang menandakan kepercayaan pada agenda reformasi Yordania.

Perombakan yang diharapkan terjadi setelah parlemen pekan lalu meloloskan anggaran 9,9 miliar dinar yang menurut Al Ississ bertujuan untuk menjaga kehati-hatian fiskal. Upaya itu untuk membantu memastikan stabilitas keuangan dan mengendalikan rekor utang publik senilai 45 miliar dolar AS.

Perekonomian mengalami kontraksi terburuk sebanyak 3 persen dalam beberapa dekade tahun lalu. Kondisi itu akibat penerapan karantina, penutupan perbatasan, dan penurunan tajam dalam pariwisata selama pandemi.

 

Para pejabat mengatakan komitmen Yordania untuk reformasi IMF dan kepercayaan investor dalam prospek yang lebih baik. Kondisi itu membantu negara tersebut mempertahankan peringkat kedaulatan yang stabil pada saat pasar negara berkembang lainnya menurun peringkatnya.

Khasawneh yang berpendidikan Inggris merupakan mantan diplomat veteran dan pembantu istana baru menjabat pada Oktober lalu setelah ditunjuk Raja Abdullah. Dia dipercaya untuk memulihkan kepercayaan publik atas penanganan krisis kesehatan virus corona dan meredakan kemarahan atas kegagalan pemerintah berturut-turut untuk memenuhi janji kemakmuran dan mengekang korupsi.

Jordan menyaksikan lonjakan infeksi hampir dua bulan yang didorong oleh varian virus yang lebih menular. Kondisi semakin memanas dengan meningkatnya ketidakpuasan atas memburuknya kondisi ekonomi dan pembatasan kebebasan publik di bawah undang-undang darurat. 

 
Berita Terpopuler