Pasukan Myanmar Grebek Warga Malam Hari di Yangon

Demonstrasi menentang junta militer Myanmar terus berlanjut

AP
Pengunjuk rasa anti-kudeta melepaskan alat pemadam kebakaran untuk melawan dampak gas air mata yang ditembakkan oleh polisi selama demonstrasi di Yangon, Myanmar Kamis, 4 Maret 2021. Demonstran di Myanmar yang memprotes kudeta militer bulan lalu kembali ke jalan-jalan pada hari Kamis, tidak gentar oleh pembunuhan tersebut. setidaknya 38 orang pada hari sebelumnya oleh pasukan keamanan.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pasukan keamanan Myanmar melepaskan tembakan ketika mereka melakukan penggerebekan pada malam hari di kota Yangon. Aksi penggerebekan terjadi pasca-protes terbaru terhadap kudeta bulan lalu. 

Baca Juga

Myanmar telah jatuh ke dalam kekacauan sejak militer menggulingkan dan menahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari. Demonstrasi dan pemogokan harian telah mencekik bisnis dan melumpuhkan pemerintahan. 

Lebih banyak demo direncanakan pada Ahad (7/3) setelah media lokal melaporkan bahwa polisi menembakkan peluru gas air mata dan granat setrum untuk membubarkan demo di Yangon. Walau begitu, tidak ada laporan korban jiwa. 

Kelompok protes Komite Serangan Umum Nasional mengatakan demonstrasi selanjutnya akan diadakan di Yangon, Mandalay, dan Monywa. PBB mengatakan pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan lebih dari 50 orang pengunjuk rasa. 

Hingga Ahad kemarin, penduduk mengatakan tentara dan polisi bergerak ke beberapa distrik di Yangon. Mereka melepaskan tembakan. Mereka menangkap setidaknya tiga orang di Kota Kyauktada. Mereka tidak tahu alasan penangkapan itu. 

"Mereka meminta untuk mengeluarkan ayah dan saudara laki-laki saya. Apakah tidak ada yang akan membantu kami? Bawa kami juga jika kamu ingin mengambilnya," teriak seorang perempuan ketika anggota keluarganya dibawa pergi tentara seperti dilansir dari Reuters pada Ahad (7/3).

Tentara juga datang mencari pengacara yang bekerja bagi Liga Nasional Suu Kyi. Tetapi mereka tidak dapat menemukannya. Hal itu disampaikan seorang anggota parlemen yang sekarang dibubarkan, Sithu Maung, dalam sebuah posting Facebook. 

Reuters tidak dapat menghubungi polisi untuk dimintai komentar. Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.

 

Lebih dari 1.700 orang telah ditahan di bawah junta hingga akhir pekan lalu, menurut angka dari kelompok advokasi Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP).

"Tahanan dipukul dan ditendang dengan sepatu bot militer, dipukuli dengan tongkat polisi, dan kemudian diseret ke dalam kendaraan polisi," kata AAPP dalam sebuah pernyataan. 

"Pasukan keamanan memasuki daerah pemukiman dan mencoba untuk menangkap pengunjuk rasa, dan menembak ke rumah, menghancurkan banyak benda," kata AAPP.

Pihak berwenang Myanmar mengatakan pada Sabtu lalu (6/3) bahwa mereka telah menggali jenazah Kyal Sin yang berusia 19 tahun. Sin menjadi ikon gerakan protes setelah dia ditembak mati di Mandalay pada hari Rabu (3/3) dengan mengenakan kaus bertuliskan “Semuanya akan baik-baik saja".

 
Berita Terpopuler