Penggemar Trump Kecewa Penyerbuan Capitol

Penyerbuan terhadap Capitol Hilll dinilai sudah berlebihan.

EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Para pengunjuk rasa Pro-Trump menyerbu halaman Front Timur Capitol AS, di Washington, DC, AS, 06 Januari 2021. Berbagai kelompok pendukung Trump telah membobol Capitol AS dan melakukan kerusuhan saat Kongres bersiap untuk bertemu dan mengesahkan hasil pemilihan Presiden AS 2020.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, LAMESA -- Eddie Emerson sebagai pendukung Donald Trump merasa penyerbuan di Gedung Capitol Amerika Serikat (AS) sudah berlebihan. Dia mengatakan tidak menyukai kekerasan yang tertangkap di TV pada Rabu (7/1).

Orang-orang membalikkan barikade, bentrok dengan polisi dan mengerumuni gedung di Washington yang menampung Senat dan House of Representatives. Kondisi ini menarik perhatian banyak pihak termasuk pendukung Trump lainnya, seperti Emerson.

Tapi, Emerson mengungkapkan rasa frustrasi  kemunafikan dari mereka yang mengutuk kerusuhan tetapi menutup mata terhadap kekerasan pada protes Black Lives Matter musim panas lalu. "Bagaimana dengan Portland?" tanyanya menunjuk bulan protes dan kekacauan di kota terbesar Oregon.

Dalam puluhan wawancara dengan pendukung Trump di wilayah yang sangat konservatif di Texas dan Georgia, mereka mengutuk kekerasan Rabu. Namun,  pada saat yang sama tidak meminta pertanggungjawaban presiden atas terjadinya peristiwa itu.

Emerson mengatakan memahami kemarahan di balik kerusuhan itu. Pengunjuk rasa dinilai mengungkapkan kemarahan atas kepercayaan tentang hasil pemilu dari curang yang dimenangkan oleh Demokrat Joe Biden.

Sementara Emerson dan yang lainnya mengatakan akan menerima Biden mengambil alih kekuasaan pada 20 Januari. Namun, mereka juga mengatakan akan terus mendukung Trump.

“Trump bukan politisi. Kami mengirimnya ke Washington untuk menyingkirkan 'rawa', tapi 'rawa' menyingkirkannya. Dan sejauh yang saya ketahui, rawa itu sekarang termasuk Partai Republik, bersama dengan Demokrat," kata pria berusia 67 tahun.

Baca Juga

Sherri McQueen dan Linda Mashburn, warga wilayah Homer, sebuah kota pedesaan di Georgia utara menyatakan, keduanya mereka dapat bersimpati dengan rasa frustrasi di balik kekerasan bahkan jika mereka tidak memaafkannya. “Dia mungkin bisa berbuat lebih banyak untuk meredakan situasi tetapi saya tidak merasa itu salahnya,” kata McQueen tidak ingin kesalahan hanya ditunjukan pada Trump.

Anggota parlemen Republik telah menjauhkan diri dari presiden setelah kerusuhan di Capitol. Pada Kamis (7/1), ancaman pemakzulan kedua membayangi, Trump mengecam kekerasan tersebut dan berkomitmen untuk transisi kekuasaan.

Beberapa pejabat pemerintahan telah mengundurkan diri tetapi para penggemar Trump tampaknya tidak terlalu peduli dengan yang dikatakan politisi, bahkan dari Partai Republik di Washington. “Anda tidak dapat menerima apa yang terjadi kemarin dan menyalahkan satu orang,” kata Anslee Payne, warga Homer.

“Tak satu pun dari kami percaya pada aspek kekerasan dari apa yang terjadi kemarin. Apakah kita semua pemilik senjata? Benar. Apakah kita semua mendukung NRA? Benar. Tapi apakah kita akan menyerbu Capitol dengan senjata yang masih menyala? Tidak," kata Payne.

Payne menyatakan warga AS merasa tidak didengarkan, entah berada di kubu kiri, kanan, atau tengah. Kondisi ini yang membuat awal keretakan masyarakat lebih lanjut. Dia mengatakan pendukung Trump lelah diberi label yang salah sebagai orang bodoh, kasar, atau rasis.

 
Berita Terpopuler