Ilmuwan Turki: Tanaman Astragalus Bisa Bantu Lawan Kanker

Menurut ilmuwan, ramuan astragalus bisa meningkatkan sistem kekebalan pasien kanker

Sekelompok ilmuwan Turki mengatakan pada Selasa (5/1) bahwa tanaman astragalus telah terbukti meningkatkan sistem kekebalan pasien kanker.
Red: Nur Aini

 

Baca Juga

REPUBLIKA.CO.ID, IZMIR -- Sekelompok ilmuwan Turki mengatakan pada Selasa (5/1) bahwa tanaman astragalus telah terbukti meningkatkan sistem kekebalan pasien kanker.

Studi jangka panjang mengamati bahwa beberapa molekul yang diperoleh dari ramuan astragalus meningkatkan jumlah sitokin dan merangsang kekebalan.

Permohonan paten yang dibuat oleh tim untuk penemuan berjudul "Metode untuk memperoleh molekul Saponin dan menggunakan molekul aktif sebagai imunomodulator" telah didaftarkan oleh Kantor Paten dan Merek Dagang Turki.

Para ahli percaya bahwa penemuan tersebut akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap imunoterapi kanker.

'Molekul merangsang kekebalan'

 

Erdal Bedir, profesor bioteknologi di Institut Teknologi Izmir, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa tim tersebut memulai penelitian berdasarkan penggunaan sejenis astragalus oleh pasien kanker di Turki.

Tim peneliti menemukan bahwa ramuan tersebut tidak memiliki efek langsung pada sel kanker, tetapi bisa meningkatkan sistem kekebalan.

"Kami menemukan bahwa beberapa molekul yang kami peroleh meningkatkan jumlah beberapa sitokin penting dan merangsang kekebalan dengan kuat. Paten yang diperoleh tim kami mencakup molekul dan turunan yang diperoleh dari sejenis Astragalus," kata Bedir.

Dia mengatakan bahwa tim telah mendemonstrasikan bahwa molekul tersebut yang disajikan dalam paten ini dapat digunakan sebagai kandidat adjuvan yang kuat dalam formulasi vaksin dan bahkan dalam vaksin kanker karena bisa memicu sistem kekebalan pada tingkat sel.

Dia menekankan bahwa molekul itu juga merupakan kandidat adjuvan yang ideal untuk formulasi vaksin yang dikembangkan untuk Covid-19. Peneliti dari Institut Teknologi Izmir itu terdiri dari profesor kimia Ali Cagir, kandidat doktor Nilgun Yakubogullari dan Duygu Sag dari Pusat Biomedis dan Genom.

 

 
Berita Terpopuler