Perbankan China akan Sulit Dapatkan Modal Tahun Depan

Lebih dari 4.000 bank kecil dan tidak terdaftar di China membutuhkan pendanaan besar.

Reuters
Bank of China
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Bank-bank di China diperkirakan akan menghadapi tantangan dalam mengumpulkan dana (raising funds) tahun depan. Sebab, investor yang memprioritaskan keuntungan akan memilih menahan diri. Mereka mengekspektasikan adanya gelombang kredit macet menghantam sektor keuangan dan akan mengikis margin yang sudah tipis.

Baca Juga

Sektor keuangan mengakhiri kinerja tahunan terburuknya dalam beberapa tahun terakhir, meskipun tanpa Covid-19. Di sisi lain, Beijing mendesak bank untuk mengorbankan keuntungan guna membantu perekonomian.

Tahun depan, perbankan dituntut untuk meningkatkan modal mereka terhadap pinjaman yang sempat diberikan stimulus pada tahun ini. Diketahui, pemerintah meminta bank untuk memungkinkan peminjam menangguhkan pembayaran atau membayar lebih sedikit bunga.

Pemberi pinjaman skala besar dan menengah juga perlu meningkatkan kecukupan modal mereka seperti yang diminta oleh pengawas global dan domestik. Seperti dilansir di Reuters, Senin (28/12), bank-bank China mengumpulkan 1,2 triliun yuan (18 miliar dolar AS) dalam 11 bulan pertama tahun ini. Jumlah tersebut turun dari 1,5 triliun yuan untuk sepanjang 2019.

Pialang Guosheng Securities yang berbasis di Shenzhen memperkirakan, 26 bank terdaftar akan membutuhkan tambahan modal setidaknya 1,25 triliun yuan pada 2021.

Direktur lembaga keuangan Asia-Pasifik Fitch Vivian Xue menjelaskan, tekanan pengumpulan modal untuk seluruh industri perbankan masih cukup besar. "Bank-bank terbesar di China perlu meningkatkan modal yang besar atau hutang yang bisa menurunkan kerugian selama beberapa tahun ke depan," ucapnya.

Sementara itu, empat bank terbesar China menghadapi kekurangan dalam utang yang menyerap kerugian sebesar 4,7 triliun yuan pada 2024, merujuk pada persyaratan Dewan Stabilitas Keuangan. Mereka adalah Industrial and Commercial Bank of China (ICBC), China Construction Bank, Agricultural Bank of China dan Bank of China.

Dalam skenario tersebut, Fitch mengasumsikan, aset tertimbang menurut risiko termasuk pinjaman akan tumbuh sekitar delapan persen per tahun.

 

Seperti diketahui, kelompok 20 negara besar (G20) mengadopsi ‘kapasitas menyerap kerugian total’ (total loss absorbing capacity/ TLC) pada 2015 sebagai standar untuk memastikan lembaga keuangan terbesar di dunia mempunyai sumber daya untuk melakukan restrukturisasi apapun. Standar ini juga memastikan dukungan dari publik diambil seminimal mungkin.

Sedangkan, menurut para analis, lebih dari 4 ribu bank kecil dan tidak terdaftar di China memiliki kebutuhan pendanaan yang lebih akut. Kondisi ini terjadi meski 200 miliar yuan obligasi khusus pemerintah setempat tahun ini sudah digelontorkan untuk membantu rekapitalisasi bank-bank regional.

Banyak cara yang dapat dilakukan bank untuk mengumpulkan dana. Di antaranya, obligasi tier-two, obligasi abadi untuk bank besar, penawaran saham publik, suntikan modal strategis dan investasi yang dipimpin pemerintah untuk pemberi pinjaman lebih kecil.

Terlepas dari banyaknya pilihan, bank menghadapi tantangan dalam menarik investor, terutama bank kecil. "Bank kecil akan kesulitan mendapatkan pengakuan dari investor," kata analis Wang Yifeng dari Everbright Securities.

Kekhawatiran tentang risiko kredit untuk bank kecil  juga telah menurunkan kepercayaan pada instrumen modal yang diterbitkan oleh bank regional. Pada akhir pengumpulan dana, terutama melalui deposito, pemberi pinjaman besar akan lebih disukai dibandingkan yang regional.

 

 
Berita Terpopuler