Warga Selandia Baru Protes Kebijakan Pembatasan Sosial

Selandia Baru kembali menerapkan pembatasan sosial setelah ada kasus baru Covid-19.

Zsolt Czegledi/MTI via AP
Pembatasan sosial atau social distancing (ilustrasi).
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, AUCKLAND -- Kerumunan besar menggelar unjuk rasa di Auckland, Selandia Baru. Mereka memprotes kebijakan pembatasan sosial yang diberlakukan sejak wabah Covid-19 kembali muncul bulan lalu.

Stasiun televisi setempat menayangkan gambar yang memperlihatkan banyak pengunjuk rasa tidak memakai masker. Belum diketahui pasti jumlah orang yang berdemonstrasi, ada laporan yang menyebutkan ribuan tapi ada pula yang mengatakan ratusan.  

"Kami semua di sini kami karena kami yakin kami harus membela hak kami," kata pemimpin partai Advance New Zealand, Jami-Lee Ross pada stasiun televisi setempat, Sabtu (12/9).

Partai Advance New Zealand salah satu penyelenggara unjuk rasa ini. Belum ada laporan pihak berwenang melakukan penangkapan.

"Kami semua di sini karena kami yakin ini waktunya untuk berdiri dan mengatakan 'kami harus mendapatkan hak dan kebebasan kami lagi'," kata Ross.

Selandia Baru yang berpopulasi lima juta orang itu tampaknya berhasil menahan penyebaran Covid-19 di dalam negeri. Tapi pada bulan Agustus lalu muncul wabah kedua di Auckland sehingga pemerintah pun menerapkan karantina wilayah di kota itu.

Perdana Menteri  Jacinda Ardern yang akan menghadapi pemilihan umum pada 17 Oktober mendatang sempat melonggarkan kembali kebijakan pembatasan sosial di Auckland. Tapi kota itu masih siaga level 2,5 artinya masyarakat dilarang menggelar pertemuan lebih dari 10 orang.

Pemerintah Selandia Baru juga mewajibkan pemakaian masker di transportasi massa. Pada Sabtu ini Selandia Baru hanya melaporkan dua kasus baru infeksi virus korona, sehingga total kasus infeksi di negara itu menjadi 1.444.

Baca Juga

 
Berita Terpopuler